Selasa, 19 April 2016

Pemerintah Stop Program Restrukturisasi Mesin Industri Tekstil

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menghentikan sementara bantuan mesin baru bagi industri tekstil skala besar dalam program restrukturisasi mesin tekstil. Penghentian program tersebut dilakukan seiring dengan proses evaluasi terhadap program itu.

“Kami tengah melakukan evaluasi terhadap program yang sudah berjalan lebih dari delapan tahun tersebut. Selama proses evaluasi ini, maka bantuan permesinan dihentikan untuk sementara,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Syarif Hidayat kepada pers.

Apabila hasil evaluasi menunjukkan bahwa program tersebut memiliki banyak dampak positif bagi industri tekstil, menurut Syarif, maka bukan tidak mungkin program ini akan kembali dijalankan. Namun jika sebaliknya, maka program tersebut akan dihentikan.

“Kalau memang ada hal-hal yang perlu kita ubah sistemnya supaya meningkatkan efektifitas, jadi banyak hal yang ingin kita lihat. Kalau memang tidak efektif, harus dihentikan,” papar dia.

Syarif menambahkan, penghentian bantuan mesin ini hanya dilakukan terhadap industri tekstil skala besar. Sedangkan bantuan untuk industri kecil dan menengah (IKM) tetap berjalan. “Tahun lalu berjalan dengan baik dan ini untuk industri besar. Bantuan untuk IKM jalan,” ujar Syarif.

Menurut catatan duniaindustri.com, program restrukturisasi mesin industri tekstil dimulai pada 2007 oleh Kementerian Perindustrian. Program ini meniru program serupa yang dilakukan pemerintah India untuk meremajakan mesin industri tekstil agar lebih efisien, produktif, dan berdaya saing. Dalam program ini, investasi mesin oleh perusahaan tekstil diberikan insentif oleh pemerintah berupa subsidi bunga dan fasilitas lainnya. Atau, pemerintah memberikan insentif sebesar 10% dari harga mesin yang diremajakan oleh perusahaan.

Berdasarkan data Kemenperin, selama periode 2007-2014, anggaran yang telah terserap melalui program insentif restrukturisasi mesin dan peralatan untuk industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki dan penyamakan kulit mencapai Rp 1,18 triliun atau sebesar Rp 168,5 miliar per tahun. Sementara pada 2015, Kemenperin menganggarkan dana Rp 100 miliar untuk program tersebut.

Dalam perkembangannya, Kementerian Perindustrian melihat bahwa program tersebut berjalan cukup baik karena mampu menstimulus industri tersebut. Dengan adanya program insentif restrukturisasi, kegiatan investasi mesin atau peralatan yang dilakukan oleh industri tersebut mencapai Rp 14,84 triliun.

Dengan adanya program tersebut juga terjadi efisiensi energi sebesar 5 persen hingga 9 persen. Selain itu, dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian adalah penyerapan tenaga kerja yang mencapai 241.835 orang.(*)

Sumber: di sini

Minggu, 03 April 2016

Mau Tahu Tren Akuisisi di Industri Otomotif

Tren akuisisi di industri otomotif Indonesia dalam lima tahun terakhir cukup tinggi untuk menopang pertumbuhan kinerja keuangan dan pangsa pasar. Duniaindustri.com mencatat sedikitnya 14 aksi akuisisi terjadi di sektor industri ini.

Aksi akuisisi terbaru dilakukan oleh PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) yang membeli 25,8% saham PT SKF Indonesia, produsen bearing, dari Aktieboleget SKF, perusahaan asal Swedia, senilai Rp 67,1 miliar. Dengan pembelian saham itu, kepemilikan saham Astra Otoparts di SKF Indonesia bertambah menjadi 40% dari sebelumnya 14,2%.

“Perseroan telah menandatangani perjanjian jual beli kepemilikan 25,8% saham, sehingga kepemilikan saham perseroan di SKF Indonesia akan meningkat menjadi 40% dari kepemilikan saat ini 14,2%. Sedangkan kepemilikan SKF Swedia turun menjadi 60% dari sebelumnya 85,8%,” kata Hugeng Gozali, Direktur Astra Otoparts dalam keterangan tertulis.

SKF Indonesia merupakan perusahaan patungan antara Astra Otoparts dan Aktieboleget SKF. Pembelian saham tersebut antara lain bertujuan untuk meningkatkan kerjasama bisnis perseroan dengan SKF terkait pengembangan bisnis bearing di pasar domestik dan internasional. “Selain itu, untuk peningkatan produktivitas operasional dan pemasaran SKF Indonesia,” ujar Hugeng dalam keterangan tertulis.

Sebelum mengakuisisi SKF Indonesia, Astra Otoparts juga mengakuisisi 51% saham PT Pakoakuina dengan membeli sebagian saham milik pemegang saham minoritas dan mengambil saham baru yang dikeluarkan oleh PT Pakoakuina senilai Rp700 miliar.

Bersama Grup Pakoakuina, Astra Otoparts merambah bisnis komponen otomotif baru yaitu produk wheel rim untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Produksi dilakukan di pabrik Sunter seluas 3,8 hektare dan pabrik Karawang seluas 14,5 hektare dengan kapasitas produksi 7,4 juta unit per tahun. Pakoakuina merupakan anak perusahaan Grup Triputra yang bergerak di usaha komponen otomotif wheel rim baik untuk kendaraan roda dua dan roda empat.

Sedangkan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) mengakuisisi mayoritas saham dua perusahaan komponen otomotif, yaitu 99,1% saham PT Prapat Tunggal Cipta senilai Rp 50,6 miliar dan 98,5% saham PT Selamat Sempurna Perkasa senilai Rp 44,9 miliar. “Sumber pendanaan akuisisi sebagian berasal dari cash flow dan pinjaman bank,” kata Ang Andry Pribadi, Corporate Secretary Selamat Sampurna.

Dia menjelaskan akuisisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan integrasi vertikal dalam bisnis perusahaan (vertical integration of business). Prapat Tunggal Cipta merupakan distributor tunggal perseroan yang bergerak dalam lingkup kegiatan utama perdagangan, pembangunan, perindustrian, pertambangan, transportasi, dan perbengkelan.

PT Indospring Tbk (INDS) juga melakukan akuisisi 99% saham PT Sinar Indra Nusa, perusahaan yang bergerak di bidang distribusi spare parts otomotif khususnya pegas untuk pasar after market. Dalam transaksi jual beli saham tersebut, perseroan mengalokasikan investasi sebesar Rp 3,96 miliar atas pembelian 99% saham Sinar Indra Nusa.(*)

Baca selengkapnya di sini