Riset Pasar dan Tren Harga Baja (Hulu-Hilir) 2010-2016
yang dirilis September 2016 ini menampilkan riset independen, data,
analisis, kajian, dan outlook terkait tren harga baja dari hulu (bahan
baku) hingga hilir. Selain itu, dilengkapi dengan tren pasar baja di
Indonesia, tren konsumsi baja dan produksi baja serta ketergantungan
impor, nilai pasar (market size) industri baja nasional, pangsa pasar
produsen baja per segmen, tren harga baja global dan harga baja lokal,
profil singkat market leader di industri baja Indonesia, serta prospek
dan tantangan industi ini ke depan.
Riset Pasar dan Tren Harga Baja (Hulu-Hilir) 2010-2016
ini dimulai dari dimulai dengan menampilkan highlight makro ekonomi
Indonesia, meliputi pertumbuhan PDB 2014-2019, tren inflasi, populasi
penduduk, tren konsumen kelas menengah, potensi pasar lokal, serta tren
PDB per kapita. (halaman 2-4)
Kemudian, pada halaman
4-6 ditampilkan highlights industri baja nasional berisi sejarah dan
rekam jejak industri ini sejak 50 tahun ke belakang. Sebagai gambaran,
industri baja merupakan industri strategis. Sektor ini memainkan peran
utama dalam memasok bahan-bahan baku vital untuk pembangunan di berbagai
bidang mulai dari penyediaan infrastruktur (gedung, jalan, jembatan,
jaringan listrik & telekomunikasi), produksi barang modal (mesin
pabrik dan material pendukung serta suku cadangnya), alat transportasi
(kapal laut, kereta api & relnya, otomotif), manufaktur (elektronik,
permesinan, turbin dan pembangkit), hingga persenjataan. Atas perannya
yang sangat penting tersebut, keberadaan industri baja layak disebut
mother industry (ibu dari industri).(profil ringkas halaman 3-6)
Pada
halaman 7 ditampilkan chart (infografik) terkait struktur industri baja
nasional mulai dari pertambangan bijih besi, pengolahan pellet, iron
making, steel making, hingga produk jadi.
Selanjutnya, masuk ke pembahasan detail mengenai riset dan analisis tren harga baja 2010-2016,
terutama harga baja hulu (scrap), baja midstream (hot rolled
coils/HRC), dan baja hilir (pelat timah/tin plate dan pipa baja) pada
halaman 8-13. Tren harga baja yang berfluktuasi secara cepat sepanjang
2016 disajikan pada halaman 8-9, kemudian periode 2015 pada halaman
10-11, dan rekapitulasi serta analisis pada halaman 12-13. Faktor-faktor
seperti tren perkembangan industri baja global, dari mulai tren
penurunan harga jual hingga level terendah di akhir 2015 hingga
permintaan (demand) di China yang anjlok sehingga mengakibatkan
oversupply serta tren harga baja ekspor China dan harga impor baja ASEAN
menjadi referensi riset tren harga baja oleh duniaindustri.com.
Di
halaman 14, ditampilkan tren konsumsi produk baja akhir di Indonesia
yang pada 2014 mencapai 12,9 juta ton, sementara produksi baja lokal
hanya 5,5 juta ton, sehingga terjadi defisit pasokan sekitar 7,4 juta
ton yang masih bergantung impor. Juga dijelaskan sejumlah katalis atau
faktor pendorong konsumsi produk baja di Indonesia.
Sementara menurut kompilasi data yang diperoleh duniaindustri.com,
konsumsi produk baja di Indonesia pada 2015 diestimasi 15,3 juta ton,
naik dari tahun sebelumnya 14,2 juta ton. (halaman 15) Secara khusus,
duniaindustri.com membuat riset terkait pasar baja lokal untuk proyeksi
2016-2017 disertai dengan tren produksi periode 2007-2017 pada halaman
16.
Di halaman 17, duniaindustri.com menampilkan hasil riset terkait
nilai pasar (market size) industri baja di Indonesia yang dihitung
berdasarkan tingkat konsumsi nasional serta rata-rata harga baja global.
Pada 2017, menurut perhitungan duniaindustri.com, total market size
industri baja nasional diperkirakan mencapai US$ 7,7 miliar. Di halaman
18, ditampilkan infografik terkait utilisasi pabrik baja di Indonesia
mulai dari iron makin, steel making, rolling mill, pipe making,
galvanizing mill, nails, wires, bolds & nuts, coil centers, lengkap
dengan kapasitas produksi nasional.
Pada halaman 19,
ditampilkan infografik terkait konsumsi baja per segmen dari bahan baku,
bahan setengah jadi, hingga produk hilir. Data itu dilengkapi dengan
tren pangsa pasar market leader di segmen HRC, CRC, dan wire rod serta
tota permintaan pasar lokal pada halaman 20. Pada halaman 21, dijelaskan
potensi bahan baku iron ore, sponge iron, slab/billet serta potensi
cadangan pasokan di Indonesia.
Selanjutnya,
duniaindustri.com membuat riset market intelligence terkait market
leader baja (HRC dan pipa baja), dari mulai profil perusahaan, kinerja
keuangan, strategi pemasaran, segmentasi penjualan, fokus pasar,
strategi ekspansi, tren produksi dan penjualan, cakupan distribusi,
serta denah lokasi pabrik pada halaman 22-35.
Di
samping itu, dijabarkan juga tantangan utama serta kendala terbesar
pengembangan industri baja nasional pada halaman 36-37. Juga,
ditampilkan arah dan strategi regulasi pemerintah ke depan pada halaman
38.
Riset Pasar dan Tren Harga Baja (Hulu-Hilir) 2010-2016
sebanyak 39 halaman ini berasal dari riset duniaindustri.com dengan
dukungan data yang berasal dari Kementerian Perindustrian, Indonesia
Iron and Steel Industry Association (IISIA), middle east steel, BPS, WHO
dan Bank Dunia, dan sejumlah perusahaan baja di Indonesia. Indeks data
industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan
puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan
dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan
proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan
isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber
data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
Sumber: di sini
* Butuh data industri dan riset pasar lainnya, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar