Pasar semen di dua daerah, yakni Kalimantan dan DKI Jakarta, anjlok paling dalam sepanjang 2016, menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Sepanjang tahun lalu, pasar semen
di Kalimantan anjlok 12,3% menjadi 4,19 juta ton dan pasar semen di
Jakarta terkoreksi -10,6% menjadi 4,77 juta ton dibanding 2015.
Berdasarkan data ASI yang dikutip duniaindustri.com, penurunan penjualan semen
di dua daerah tersebut membuat pasar semen di Indonesia cenderung
stagnan sepanjang 2016 mencapai 62 juta ton, dibanding 2015 sebesar
61,99 juta ton. Sementara Sulawesi menjadi primadona baru pasar semen di Indonesia karena mampu mencetak pertumbuhan 13,2% menjadi 5,44 juta ton pada 2016 dibanding 2015 sebesar 4,8 juta ton.
Pasar semen di Pulau Jawa
secara total turun -2,1% menjadi 33,74 juta ton pada 2016 dibanding
2015 sebesar 34,45 juta ton, antara lain akibat penurunan di Jakarta
(-10,6%), Banten (-9,2%), dan Jawa Barat (-6,3%). Jawa Tengah menjadi
satu-satunya daerah di Pulau Jawa yang masih mencatatkan pertumbuhan
penjualan semen di atas 5%, tepatnya 6,2% menjadi 7,79 juta ton pada
2016.
Jika penjualan semen domestik cenderung stagnan, berbeda
halnya dengan ekspor. Ekspor klinker tumbuh fantastis sebesar 141,1%
menjadi 1,07 juta ton pada 2016 dibanding 2015 sebesar 445 ribu ton,
sementara ekspor semen turun tipis -5,8% menjadi 528 ribu ton tahun
lalu.
Kementerian Perindustrian mengestimasi
kelebihan pasokan semen di Indonesia pada 2018 naik menjadi 38% dari
kapasitas nasional, cenderung meningkat dari level 37% pada 2016.
Menurut Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian
Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, kelebihan pasokan semen terjadi
karena pertumbuhan kapasitas produksi melampaui kebutuhan dalam negeri.
“Persaingan industri semen
akan semakin ketat, mengingat kapasitas produksi semen di Indonesia
pada 2018 diperkirakan mencapai 106,3 juta ton, atau melebihi 38% dari
kebutuhan nasional sebesar 66,2 juta ton,” ujar Achmad Sigit, di
Jakarta, kemarin.
Menurut dia, perkiraan kelebihan pasokan semen
pada 2018 lebih tinggi dibanding 2016. Tahun lalu, kapasitas produksi
semen di Indonesia sebesar 95,5 juta ton, atau telah melebihi kebutuhan
dalam negeri sebesar 60 juta ton. “Jadi ada selisih 35,5 juta ton atau
37% dari kapasitas yang merupakan kelebihan pasokan,” paparnya.
Duniaindustri.com
menilai kelebihan pasokan semen itu terjadi seiring dengan gencarnya
investasi pabrik baru baik dari pemain existing maupun pemain baru (new
comer). Sementara pertumbuhan kebutuhan semen di Indonesia justru melambat akibat tekanan perlambatan ekonomi nasional serta stagnansi industri properti dan konstruksi.
Kelebihan
pasokan semen sekitar 38% dari kapasitas 2018 terpaut cukup jauh dari
posisi 2015 yang hanya oversupply sebesar 24% dari total kapasitas
nasional, menurut perhitungan duniaindustri.com.(*)
Sumber: klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, klik di sini
** Mau request data ekspor-impor, data spesifik, atau survei pasar, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar