Senin, 19 Juni 2017

Pola Ekspansi Industri Semen Makin Bervariasi

Dua produsen semen skala besar, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR), menerapkan strategi ekspansi yang berbeda untuk mempertahankan pangsa pasar serta keunggulan di daerahnya. Indocement bakal ekspansi tiga lini bisnis baru tahun ini sebagai bagian dari diversifikasi usaha, sementara Semen Baturaja berencana menambah produksi sekitar 550.000 ton dari pabrik Baturaja II.

Indocement, pemegang pangsa pasar terbesar kedua di Indonesia, bakal ekspansi tiga lini bisnis baru tahun ini sebagai bagian dari diversifikasi usaha. Perseroan akan mengembangkan rumah pabrikasi Indocement (Rapi), semen slag, dan Semen Rajawali.

Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya menjelaskan, perseroan akan membuat panel-panel dinding rumah dan kusen melalui produk Rapi. Produk tersebut akan membuat pembangunan rumah lebih efisien, murah, cepat dan kualitasnya terjamin. “Kami kembangkan untuk mendukung program pemerintah terkait sejuta rumah,” ungkap.

Christian mengklaim bahwa hanya membutuhkan waktu paling lama dua minggu untuk membangun rumah berukuran 36 meter persegi menggunakan produk tersebut.

Rapi adalah produk khusus untuk membangun rumah tapak. Nantinya, Indocement akan membidik proyek-proyek rumah tapak yang mendukung program sejuta rumah pemerintah.

Kemudian, awal tahun ini, perseroan bakal meluncurkan produk baru lainnya, yakni slag semen. Produk tersebut berbahan baku limbah pabrik baja, yakni slag. Hal itu seiring berkembangnya pabrik baja di Indonesia. Permasalahan pabrik tersebut adalah limbahnya, yakni slag, karena limbah tersebut berbahaya bagi lingkungan. Perseroan memutuskan untuk memanfaatkan limbah tersebut.

Sementara itu, Semen Baturaja berencana menambah produksi sekitar 550.000 ton pada periode Juli hingga Desember 2017 dari pabrik Baturaja II atau pabrik baru yang dioperasikan oleh perusahaan.

Presiden Direktur Semen Baturaja Rahmad Pribadi mengatakan pabrik baru tersebut telah beroperasi dan dalam proses serah terima dengan kontraktor. “Tambahan (produksi) ini baru mulai muncul bulan Juli,” katanya di Gedung Kementerian BUMN.

Menurutnya, kapasitas produksi pabrik baru itu sebanyak 1,85 juta ton. Kapasitas baru itu akan menambah kapasitas produksi Semen Baturaja menjadi 3,85 juta ton karena pabrik perusahaan baru memiliki kapasitas 2 juta ton.(*)

Sumber: klik di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Omzet Fantastis Startup Digital di Indonesia

Menakjubkan, demikian satu kata yang tepat untuk mengekspresikan pertumbuhan cepat omzet perusahaan startup digital di Indonesia. Kurang dari 10 tahun, startup digital seperti GoJek sudah mampu meraup omzet di atas Rp 10 trliun dari 300 ribu driver (pengojek).

"Itu berarti valuasi Gojek lebih dari Rp 40 triliun atau sama dengan perpaduan kapitalisasi pasar (market capitalization) Alfarmart dan Indomaret. Menakjubkan bukan, perusahaan yang belum berumur 10 tahun bisa menyusul raksasa ritel,” kata CEO Frontier dan penggagas Corporate Image Award Handi Irawan, dalam malam penghargaan Corporate Image Award 2017.

Handi Irawan dalam sambutannya menjelaskan, dalam tren perubahan yang makin cepat seiring perkembangan pesat dunia digital, upaya untuk membangun corporate image membutuh spirit baru. Hal ini terlihat dari perusahaan-perusahaan startup digital yang umurnya belum sampai 10 tahun, tapi mampu menghasilkan dampak besar sehingga omzetnya tumbuh fantastis.

Menurut dia, apa yang dilakukan Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak menunjukkan bahwa dalam era digital saat ini ada spirit baru yang dapat melampaui strategi konvensional. “Spirit social enterprise merupakan spirit baru dalam membangun corporate image karena menyangkut kepentingan sosial. Kelebihan lainnya, transparan, autentik dan apa adanya sehingga jika terjadi krisis komunikasi, justru perusahaan dengan spirit sosial akan dibela oleh konsumennya,” paparnya.

Handi menambahkan dalam Corporate Image Index yang disurvei Frontier tahun ini juga menunjukkan hal serupa. Terjadi perubahan terutama untuk perusahaan-perusahaan skala besar yang menjadi market leader. “Baru terjadi tahun ini indeks market leader turun dibanding tahun lalu dari 1.992 poin menjadi hanya 1.775 poin, justru indeks perusahaan menengah naik. Ini berarti big trouble untuk big company, karena membangun corporate image tidak akan semudah lima tahun lalu, butuh spirit lain yaitu social enterprise,” ucapnya.(*)

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Minggu, 18 Juni 2017

Data Industri Tekstil; Pertumbuhan Permintaan dan Sentimen Pendukung

Kebijakan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk memperketat impor memberikan dampak yang positif kepada penjualan produsen tekstil. Bahkan, ada produsen tekstil yang menikmati kenaikan penjualan hingga 75% saat momentum Ramadhan.

”Sejak Januari tahun ini perkembangan industri tekstil semakin bergairah. Semoga dampaknya akan mulai terasa pada tahun depan bagi para pelaku usaha lokal,” ujar Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Dalam Negeri Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Hanan Supangkat.

Hanan yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mulia Knitting Factory mengaku merasakan dampak peningkatan produksi dan penjualan produk tekstil pada saat bulan Ramadhan kali ini.

”Peningkatan juga dirasakan pada saat Ramadan, dimana produk pakaian dalam yang diproduksinya (Rider) naik hingga 75 persen. Pada Ramadan sebelumnya kenaikan hanya 25-30 persen,” ujarnya.

Menurutnya, kenaikan permintaan pakaian dalam pria pada saat menjelang lebaran biasanya masih jauh lebih kecil ketimbang kenaikan permintaan di bidang busana atau pakaian luar.

”Kalau busana biasanya bisa mengalami kenaikan sekitar 300 persen. Kami di bagian pakaian dalam hanya sekitar 75 persen,” ucap Hanan yang juga menjabat sebagai Presiden Ferari Owner Club Indonesia (FOCI) itu.

Hingga saat ini, tambah dia, pihaknya masih fokus untuk memasarkan produk di dalam negeri mengingat pangsa pasar di dalam negeri untuk jenis pakaian dalam sangat tinggi.

”Pasar kita masih dalam lingkup nasional, untuk ekspor masih berupaya. Banyak produk luar yang mencoba masuk ke Indonesia karena melihat besarnya populasi pasar kita,” tutur Hanan seraya menambahkan bahan baku pembuatan pakaian dalam berasal dari kapas Amerika dan Australia.(*)

Sumber: klik di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Selasa, 13 Juni 2017

Referensi Data 17 Kumpulan Riset Pasar dan Analisis Industri Kelapa Sawit

Industri perkebunan kelapa sawit Indonesia memiliki peranan penting di dunia mengingat negeri ini merupakan produsen dan eksportir minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Untuk mengetahui seluk-beluk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, duniaindustri.com menghimpun sedikitnya 17 riset dan data industri perkebunan kelapa sawit.

Mari simak ulasannya di bawah ini:
1) Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO)
2) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit (Tren Persaingan Market Leader)
3) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017
4) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016
5) Outlook Industri CPO 2016
6) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015
7) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015
8) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi
9) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia
10) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China
11) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia
12) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia
13) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama
14) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga
15) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO
16) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor
17) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE

Berikut ini uraian singkat dari masing-masing data di atas:

1) Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini dirilis pada awal Januari 2017 menampilkan data, analisis, dan outlook industri perkebunan kelapa sawit Indonesia, dari mulai tren produksi, tren ekspor, perkembangan luas lahan, tren produktivitas, mata rantai industri kelapa sawit, dan lainnya.

Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini dimulai dengan menampilkan tren produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia periode 2009-2017F beserta komposisi produksi rakyat, BUMN, dan swasta pada halaman 2. Data tersebut diperkuat dengan komparasi produksi dan ekspor CPO Indonesia periode 2008-2018 dengan skenario optimis pada halaman 3.

Pada halaman 4, dipaparkan analisis singkat tentang proyeksi produksi CPO Indonesia 2017, faktor-faktor yang mempengaruhi yakni tren ekspor dan mandatori biodiesel, serta estimasi harga per ton. Pada halaman 5, ditampilkan tren mandatori bioethanol dan biodiesel periode 2013-2025 menurut regulasi terkini, dilengkapi dengan alur proses biodiesel pada halaman 6, serta analisis penyerapan biodiesel pada 2016.

Masih terkait biodiesel berbasis kelapa sawit, pada halaman 8-9 ditampilkan tren kapasitas produksi biodiesel, konsumsi domestik, dan ekspor periode 2015-2017, serta estimasi peralihan impor diesel dengan biodiesel berbasis kelapa sawit hingga 2025.

Berlanjut ke halaman 10, ditampilkan luas lahan kelapa sawit di Indonesia periode 2009-2017F, berdasarkan komposisi BUMN, rakyat, dan swasta. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan menjadi provinsi dengan lahan sawit terluas di halaman 11. Data tersebut diperkuat dengan tren komposisi penguasaan lahan kelapa sawit di Indonesia pada halaman 12. Kemudian, produktivitas CPO Indonesia ditampilkan berdasarkan kepemilikan lahan pada halaman 13.

Pada halaman 14 dijabarkan tren volume ekspor dan nilai ekspor CPO pada periode 2009-2017F. Dilanjutkan dengan tren produksi inti sawit di Indonesia periode 1986-2014, berdasarkan komposisi kepemilikan lahan pada halaman 15. Mata rantai industri sawit yang menaungi 2 juta unit usaha perkebunan keluarga, 1.320 perusahaan perkebunan, 74 industri minyak goreng, 37 industri oleokimia, dan lainnya ditampilkan pada halaman 16.

Selain itu, target pengembangan industri CP0 Indonesia hingga 2030 serta tren perkembangan industri sawit modern dijabarkan pada halaman 17-18. Dilanjutkan dengan pemetaan kawasan khusus industri kelapa sawit di Indonesia pada halaman 19.

Pada halaman 20-21, dijabarkan sejarah perkembangan industri CPO Indonesia menjadi produsen terbesar di Indonesia, dilengkapi tren investasi pada halaman 22-23, tren produktivitas berdasarkan luas lahan pada halaman 24, serta tren peningkatan nilai tambah pada halaman 25. Pada halaman 26-27 dijelaskan masing-masing asosiasi industri yang menaungi industri ini dari hulu-hilir.

Pada halaman 28 ditampilkan tren produksi oleokimia periode 2004-2015, disusul tren produksi pengolahan CPO, fractionation, modification pada halaman 29, profil produksi biodiesel pada halaman 30, dan profil industri CPO hulu-hilir pada halaman 31.

Kemudian, pada halaman 32-45 ditampilkan analisis pasar ekspor CPO Indonesia di Amerika Serikat, mulai dari perkembangan pangsa pasar CPO Indonesia di pasar AS, perbandingan dengan pangsa pasar CPO Malaysia, tren volume impor minyak nabati AS periode 2010-2014, perkembangan pangsa volume impor empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan harga empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan nilai impor 15 komoditas minyak nabati di pasar AS, hingga regulasi tarif bea masuk minyak nabati di pasar AS.

Selain pasar AS, riset ini juga menampilkan analisis pasar minyak nabati China. Pada halaman 46-53 ditampilkan analisis dan tren pasar minyak nabati China dari mulai, tren impor soybean China periode 1992-2013, tren impor soybean di Taiwan, China daratan, dan Taiwan daratan periode 1965-2013, tren impor minyak sawit China periode 1996-2013, hingga pangsa pasar CPO Indonesia di China periode 2002-2013.

Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) sebanyak 54 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta asosiasi industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), serta perusahaan China, diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)


2) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit 2005-2015 ini menampilkan riset eksklusif, data, analisis, dan outlook industri minyak goreng sawit di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren market leader (pemimpin pasar berdasarkan merek dan berdasarkan kapasitas produksi), serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target 2030.

Di halaman 7 dipaparkan dalam chart tentang peta penyebaran pabrik minyak goreng di Indonesia. Sumatera Utara menjadi daerah dengan populasi pabrik minyak goreng terbesar di Indonesia, mencakup 30,46% dari total jumlah pabrik minyak goreng di negeri ini. Disusul Riau dengan 24,83%.

Pada halaman 8, dipaparkan tren produksi minyak sawit goreng yang tumbuh 80% dari 2011 ke 2014. Data tersebut dilengkapi dengan tren investasi, tren pertumbuhan produksi, konsumsi, serta ekspor minyak goreng sawit periode 2011-2017 (estimasi) pada halaman (9-10).

Duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait pangsa pasar produsen minyak goreng sawit berdasarkan kapasitas terpasang untuk periode 2013 dan 2015, lengkap dengan masing-masing kapasitas 5 pemain terbesar (halaman 11-13). Sementara pada halaman 14-15, duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait tren perubahan pangsa pasar merek minyak goreng periode 2005-2015.(*)

2) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017 ini menampilkan data, analisis, dan outlook industri oleokimia (fatty acid, fatty alcohol, minyak goreng) serta biodiesel di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren ekspor, impor, serapan tenaga kerja, serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target 2030.

Riset ini dimulai dengan tren kenaikan kapasitas produksi yang signifikan pada empat industri, yakni refinery (fraksionasi) atau minyak goreng, fatty acid, fatty alcohol, dan methyl ester (biodiesel). (halaman 2)

Pada 2014 dan 2015 terjadi peningkatan investasi yang signifikan di industri oleokimia dan biodiesel hingga Rp 24 triliun yang mendorong kapasitas produksi nasional tumbuh rata-rata 55% (minyak goreng 80%, fatty acid 47%, fatty alcohol 85%, dan methyl ester atau biodiesel 66%). Duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset tren produksi stearic acid, glycerine, fatty acid, dan fatty alcohol dari 1995-2016. (halaman 3)

Data tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam pada halaman 4. Demikian juga pada halaman 5 dibuat riset khusus terkait tren produksi biodiesel di Indonesia periode 2011-2016.

Untuk memperkuat riset tersebut, duniaindustri.com menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.(*)

4) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016 ini menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.

Data ini juga menjabarkan peta persebaran industri biodiesel Indonesia periode 2014-2016. Pada 2014, total kapasitas industri biodiesel di Indonesia mencapai 4,99 juta ton atau setara 5,67 juta kiloliter, dengan perincian Riau dan Kepri 2,61 juta ton, Jawa Bagian Timur 1,57 juta ton, Jawa Bagian Barat 364 ribu ton, dan daerah lain-lain 233 ribu ton. Terdapat 17 pemain skala besar di antaranya PT Wilmar Bioenergy Indonesia di Riau dengan kapasitas 1,3 juta ton per tahun, PT Musim Mas di Medan dengan kapasitas 235 ribu ton per tahun, PT Eterindo Whanatama Gresik dengan kapasitas 80 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik (1,3 juta ton per tahun), PT Sumi Asih Oleochem di Bekasi (100 ribu ton per tahun), PT Darmex Biofuels di Cikarang (150 ribu ton per tahun), dan lainnya, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik.

Pada 2015, terjadi penambahan kapasitas biodiesel sebesar 2,32 juta ton per tahun sehingga total kapasitas nasional naik menjadi 7,32 juta ton. Terdapat 11 pemain skala besar yang melakukan penambahan kapasitas pada 2015 antara lain PT Oleokimia Sejahtera Mas di Dumai dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun, PT Darmex Biofuels di Dumai sebesar 410.500 ribu ton per tahun, PT Indo Biofuels Energy di Kalbar (100 ribu ton/tahun), PT Permata Hijau Palm Oleo di Medan (140 ribu ton/tahun), PT Nusa Energy di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Bits Energy di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Multi Biofuel Indonesia di Sulut (160 ribu ton/tahun). (*)

5) Outlook Industri CPO 2016 menampilkan proyeksi produksi CPO Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia pada 2016. Produksi CPO Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai 35 juta ton, tumbuh 9,3% dibanding proyeksi tahun ini 32 juta ton, menurut data United State Department of Agriculture (USDA). Kenaikan tersebut akan mendorong peningkatan produksi CPO global sebesar 5,96% menjadi 65,1 juta ton pada 2016 dibanding proyeksi tahun ini 61,44 juta ton.

Dengan demikian, produksi CPO Indonesia tahun depan diperkirakan menyumbang 53,7% dari total produksi CPO global. Sementara Malaysia, produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia, diperkirakan memproduksi CPO sebanyak 21 juta ton pada 2016, dengan kontribusi 32,25% terhadap pasar global.

Selain itu, ditampilkan data proyeksi harga CPO dunia pada 2016, pengaruh El-Nino dan sentimen program biodiesel. Serta, dampaknya terhadap perkembangan ekspor dan tren permintaan global.

Juga ditampilkan cakupan lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dengan komposisi provinsi terbesar berdasarkan kebun sawit. Luas lahan kebun kelapa sawit di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 11,4 juta hektare, dengan komposisi 5,9 juta hektare lahan swasta, 4,7 juta hektare lahan rakyat, dan 0,8 juta hektare lahan BUMN.

Di sisi lain, ditampilkan juga tren investasi di sektor hulu dan sektor hilir industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam lima tahun terakhir, insentif investasi yang disiapkan pemerintah, serta proyeksi tren ke depan. Tidak ketinggalan, dipaparkan kawasan industri khusus industri kelapa sawit yang sedang dibangun pemerintah, target 2030, dan tren mata rantai industri sawit modern.

Data sebanyak 21 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait, serta asosiasi industri, diolah duniaindustri.com.(*)

6) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015 ini menampilkan realisasi investasi perkebunan kelapa sawit di Indonesia 2010-2015, baik PMA maupun PMDN, tren yang terjadi, serta dampaknya terhadap produksi CPO nasional. Selain itu, dijabarkan insentif dan posisi investasi perkebunan sawit dalam prioritas pemerintah.

Rata-rata pertumbuhan realisasi PMA industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 140%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 15%. Rata-rata pertumbuhan realisasi PMDN industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 145%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 1,3%.

Untuk menopang pertumbuhan investasi, pemerintah akan membangun 8 kawasan ekonomi khusus di industri pengolahan kelapa sawit. Delapan KEK itu tersebut di Maloy Batuta (557,34 hektare), Palu, Bitung, Morotai, Sei Mangkei, Tanjung Lesung, dan Mandalika. Serta diulas bagaimana upaya pemerintah untuk menyederhanakan perizinan di sektor perkebunan kelapa sawit.

Data berjumlah 12 halaman ini berguna bagi investor, pemodal kelapa sawit, marketing, peneliti dan periset, akademisi, praktisi, dan regulator. Data ini berasal dari asosiasi industri, BKPM, BPS, dan diolah duniaindustri.com. (*)

7) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015 ini menampilkan luas lahan perkebunan sawit tahun 2014 sebesar 10,9 juta hektare. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan merupakan provinsi dengan lahan sawit terluas. Sekitar 51,6% dari 10,9 juta hektar lahan sawit di Indonesia dimiliki oleh perusahaan perkebunan swasta (besar), dan 41.5% dimiliki oleh perkebunan rakyat.

Produktivitas CPO perkebunan rakyat dan BUMN menunjukkan tren penurunan dari tahun 2009-2014, sementara perusahaan perkebunan swasta justru meningkat. Produktivitas CPO perkebunan rakyat juga 20% lebih rendah dibandingkan perusahaan swasta.

Produktivitas CPO rakyat pada tahun 2014 hanya sebesar 2,3 ton/ha, atau 20% di bawah produktivitas CPO perusahaan perkebunan swasta. Dengan asumsi harga CPO sebesar US$ 550/ton, peningkatan produktivitas CPO rakyat dari 2,3 ton/ha menjadi 2,9 ton/ha akan memberikan tambahan kesejahteraan sebesar US$ 1 milyar kepada seluruh petani.

Selain itu, data ini menampilkan kondisi perekonomian Indonesia 2015, mata utang rupiah yang melemah terhadap dolar AS, posisi utang luar negeri Indonesia, perbedaan krisis ekonomi 1997 dengan kondisi saat ini. Data ini diperoleh dari sumber terkemuka, regulator, BPS, diolah duniaindustri.com. (*)

8) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi ini menampilkan luas area kebun sawit di Indonesia 2011-2015, produksi CPO nasional 2011-2015, serta produktivitas kebun rakyat. Selain itu, ditampilkan juga pohon industri pengolahan CPO, baik yang sudah diproduksi di Indonesia maupun belum diproduksi. Juga dipaparkan peningkatan nilai tambah dari CPO, CPKO, minyak goreng, margarine, biodiesel FAME, confectionaries, fatty acid, fatty alcohol, surfaktan, kosmetik. Serta dijelaskan skema pemberian insentif investasi di sektor ini, seperti tax allowance, tax holiday, pembebasan bea masuk mesin, restrukturisasi bea keluar, dan lainnya. Dampak dari program hilirisasi; ragam Produk Hilir pada Tahun 2011 hanya 54 Jenis, berkembang menjadi 149 jenis pada awal tahun 2014 dan diperkirakan meningkat menjadi 169 jenis pada Tahun 2015. Juga ditampilkan persebaran investasi di industri oleokimia (masing-masing perusahaan dan kapasitasnya), industri biodiesel, serta proyeksi tambahan kapasitas biodiesel hingga 2015.

Sebaran investasi industri oleokimia antara lain PT Musim Mas, PT Soci Mas, PT Domba Mas, PT Flora Sawita, PT Sumi Asih, PT Ecogreen, PT Wilmar Nabati. Sementara sebaran investasi industri biodiesel antara lain PT Darmex Biofuels, PT Nusa Energy, PT Indo Biofuels Energy, PT Bits Energy, PT Multi Biofuels, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Oleokimia Sejahtera Mas, dan PT Wilmar Bioenergy Indonesia. Data berjumlah 18 halaman ini berasal dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia, Asosiasi Produsen Oleokimia, Gapki serta sejumlah produsen CPO terbesar di Indonesia. (*)

9) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia ini menampilkan sejak 2012 Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar dunia dan ditargetkan pada 2030 Indonesia menjadi produsen terbesar dunia untuk oleofood, bio-oleokimia, bio-energi, bio-lubricant, bio-surfactant, bio-detergent. Juga, ditampilkan tren data produksi CPO Indonesia sejak 1980-2012/2013, dengan dukungan jumlah perusahaan perkebunan sawit mencapai 1.320 perusahaan, 74 industri minyak goreng, 46 industri margarin shortening, 44 industri detergen dan sabun, 37 industri oleokimia, dan 20 industri biodiesel. Dengan devisa ekspor yang besar mencapai US$ 21,3 miliar pada 2012, penerimaan negara dari bea keluar juga terus meningkat menjadi Rp 79,4 triliun di 2012. Pangsa pasar CPO Indonesia di dunia juga terus naik dari 22% pada 1990, menjadi 30% pada 2000, dan 48% pada 2010. Selain itu, dipaparkan data perbandingan produktivitas minyak nabati di dunia dengan keunggulan CPO sebesar 4,27 ton/hektare. Data sebanyak 38 halaman ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan diolah duniaindustri.com. (*)

10) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China ini menampilkan impor soybean China terus meningkat dari 10.000 ribu ton pada 1996 menjadi 65.000 ribu ton pada 2013/2014. China mulai defisit soybean sejak 2003 karena produksi domestiknya tidak mencukupi kebutuhan. Impor soybean China terus meningkat seperti kereta yang sulit berhenti. Juga ditampilkan komposisi impor soybean China yang dilakukan BUMN, swasta, dan perusahaan multinasional. Selain itu, dipaparkan impor palm oil China dari sejumlah negara, terutama Indonesia. Impor China untuk komoditas olein, stearin, dan PKO asal Indonesia masing-masing sebesar 63%, 47%, dan 30%. Juga ditunjukkan tren impor bulanan China untuk komoditas olein periode 2008-2013. Jumlah impor palm oil China pada 2011/2012 mencapai 5.859 ribu ton, naik menjadi 6.589 ribu ton pada 2012/2013, dan diprediksi naik lagi menjadi 6.600 ribu ton pada 2013/2014. Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari makalah Jeffery (Jianfei) XU, Dongling Grain & Oil Co Ltd dan diolah duniaindustri.com. (*)

11) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia ini menampilkan teori perubahan iklim (climate change) termasuk peningkatan emisi karbon di Indonesia, yang salah satunya disebabkan deforestasi sekitar 13 juta hektare per tahun. Meski demikian, sektor perkebunan di Indonesia mampu menghasilkan biodiesel sebagai salah satu alternatif bahan bakar yang dapat diperbaharui. Data sebanyak 56 halaman ini berasal dari makalah Dr. Edvin Aldrian APU, Director of the Center for Climate Change and Air Quality Meteorology Climatology and Geophysics Agency (BMKG) IPCC Working Group 1 AR 5 Lead Author dan diolah duniaindustri.com. (*)

12) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia ini menampilkan strategi pengembangan dua komoditas utama Indonesia, yakni kelapa sawit dan batubara, dikaitkan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di antaranya ditampilkan tulang punggung pengembangan industri minyak sawit mentah (CPO) di empat daerah, yakni Sei Mangkei, Dumai, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Pengembangan industri hilir CPO di Sei Mankei karena PT Unilever Indonesia dan Ferrostaal telah berinvestasi US$ 1 miliar. Sedangkan pengembangan industri batubara diarahkan ke Sumatera Selatan yang menyimpan 39% dari cadangan batubara nasional, sekitar 18,13 miliar ton. Selain itu, ditampilkan 56 proyek MP3EI senilai US$ 29 miliar yang diperinci per proyek, skema pendanaan, dan kaitannya dengan program pemerintah. Data yang terdiri atas 21 halaman microsoft powerpoint ini dibuat oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) dan diolah duniaindustri.com. (*)

13) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama ini menampilkan tren harga dari minyak nabati utama (sawit, soybean, dan lainnya) periode 2008-2013. Selain itu ditampilkan data tujuan ekspor CPO Indonesia ke dunia, antara lain India 47%, Malaysia 14%, dan lainnya. Juga dibahas kendala dan tantangan industri CPO di Indonesia serta perbandingan dengan soybean, meliputi impor soybean Indonesia, harga soybean, produksi soybean dunia. Data yang terdiri atas 20 halaman microsoft powerpoint ini dibuat oleh lembaga riset, dan praktisi pertanian. (*)

14) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga ini menampilkan perbandingan produksi dan ekspor CPO di Indonesia 2008-2018. Selain itu, outlook produksi minyak mentah Indonesia 2009-2020 yang menampilkan potensi penurunan produksi, sementara kebutuhan naik 4%-5% per tahun. Di 2020, impor minyak mentah Indonesia bisa mencapai 1 juta barel per hari. Karena itu, Indonesia harus mendiversifikasi produksi energi. Bagaimana caranya? Produksi biodiesel mesti ditambah. Juga ditampilkan data skenario pengubahan minyak mentah ke biodiesel. Data ini juga menggambarkan skenario untuk memproduksi 100 ribu barel minyak mentah diperlukan 5,25 juta ton CPO per tahun atau 5,8 juta kiloliter biodiesel dari 1 juta hektare lahan dan 1,57 juta pekerja. Data yang terdiri atas 18 halaman microsoft powerpoint ini dibuat oleh pelaku usaha dan produsen biodiesel dan diolah duniaindustri.com. (*)

15) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO ini menampilkan perbandingan populasi, PDB per kapita, konsumsi minyak, di Indonesia, AS, China, Eropa, dan Rusia. Selain itu, dijabarkan 100 produk turunan CPO serta kapasitas produksi pengolahan, fractionation, dan modifikasi produk turunan CPO sejak 2011-2013. Ditampilkan juga kapasitas produksi oleokimia (fatty alcohol dan fatty acid) periode 2004-201, kapasitas produksi biodiesel 2006-2013, proyeksi investasi hingga US$ 2,7 miliar, regulasi mandatori biodiesel. Ekspor CPO juga ditampilkan secara mendetail, dari mulai ekspor CPO, ekspor biodiesel, serta komparasinya dengan kebutuhan domestik periode 2009-2013. Data yang terdiri atas 20 halaman ini dibuat oleh Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) dan diolah duniaindustri.com. (*)

16) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor ini menampilkan peranan industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam struktur ekspor nasional, seiring terjadinya defisit neraca perdagangan yang melemahkan rupiah terhadap dolar AS. Data yang berisi 9 halaman ini dilengkapi tabel dan grafis perkembangan nilai ekspor dan volume ekspor CPO serta produk turunannya dalam sepuluh tahun terakhir. Data ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), BPS, dan Bank Indonesia. (*)

17) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE ini berisi tren volume dan nilai ekspor CPO dan produk turunannya, tarif bea keluar, harga patokan ekspor, harga Rotterdam per bulan selama dua tahun terakhir. (*)

Sumber: di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Kamis, 08 Juni 2017

Indonesian Steel Industry Market Size 2016-2017


The Data and Market Brief of the Steel Industry (Market Share Trend and Demand Growth 2016-2017) was released in June 2017 featuring the latest data, analysis, study, market research and outlook in a comprehensive manner related to all information about the steel industry in Indonesia, covering highlights, market trends Steel in Indonesia. In addition, the trend of steel consumption and steel production and import dependence, the market size of the national steel industry, the trend of steelmaker segment market share, the trend of global steel prices and local steel prices, the short profile of market leader in Indonesian steel industry, Prospects and challenges of this industry forward.

The Data and Market Brief of the Steel Industry begins with the trend of national economic growth for the period 2015-2017, along with a number of key components such as the rupiah exchange rate, inflation and oil and gas lifting on page 2. On page 3, an interesting infographic is presented about each economic growth The region is associated with the highest growth industry sector in 2016 as a reference per region.

Then on pages 4 and 5, displayed global steel highlights from demand growth, selling price, and growth factors. The data is reinforced by the trend of steel prices of HRC in China and the United States, as well as East Asia period 2015-2016 on page 6. Followed, track record of backward trend to complete the study, related to global steel price decline in 2014-2015 period and demand growth Background on page 7, starting from the downward trend in the selling price to the lowest level at the end of 2015 until demand in China plummeted resulting in oversupply, as well as the Chinese steel export price trends and ASEAN steel import prices.

Continuing on pages 8 to 10, described the highlights and history of steel industry development as one of the strategic industries in Indonesia. This sector plays a major role in supplying vital raw materials for development in various fields ranging from the provision of infrastructure (buildings, roads, bridges, electricity & telecommunications networks), production of capital goods (plant machinery and supporting materials and spare parts), transportation (Ships, trains & rails, autos), manufacturing (electronics, machinery, turbines and power plants), to arms. For its very important role, the existence of steel industry deserve to be called mother industry (mother of industry). On page 11 shows charts (infographics) related to the structure of the national steel industry ranging from iron ore mining, pellet processing, iron making, steel making, to finished products.

On page 12, the trend of consumption of final steel products in Indonesia is estimated to reach 12.9 million tons in 2014, while local steel production is only 5.5 million tons, resulting in a supply deficit of about 7.4 million tons which still depend on imports. It also describes a number of catalysts or factors driving the consumption of steel products in Indonesia.

Meanwhile, according to data compilation obtained duniaindustri.com, consumption of steel products in Indonesia in 2015 is estimated 15.3 million tons, up from the previous year 14.2 million tons. (Page 13) Specifically, duniaindustri.com makes research related to the local steel market for 2016-2017 projections accompanied by production trends for the 2007-2017 period. (Page 14).

On page 15, Duniaindustri.com presents research results related to the market value of the steel industry in Indonesia, calculated on the basis of national consumption rates and average global steel prices. In 2017, according to calculations duniaindustri.com, the total market size of the national steel industry is estimated to reach US $ 7.7 billion. On page 16, we present infographics related to steel mill utilization in Indonesia ranging from iron making, steel making, rolling mill, pipe making, galvanizing mill, nails, wires, bolds & nuts, coil centers, complete with national production capacity.

On page 17, the world steel price trend shows a rebound in February-March 2016. Upward and downstream steel price trends are also described in detail on pages 18-21. While steel consumption per segment is shown in more detail in the table on page 22. While on page 23-36 a short profile profile of market leader in upstream and downstream steel industry in Indonesia, complete with financial performance and production capacity.

Data and Market Brief of the Steel Industry (Market Share Trend and Demand Growth 2016-2017) of 40 pages is derived from duniaindustri.com research with data support from the Ministry of Industry, Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), BPS, WHO and The World Bank, and a number of steel companies in Indonesia. Industry data index is the latest feature in duniaindustri.com which displays dozens of data options according to the needs of users. All data is presented in pdf format so that it is easy to download after users perform process according to procedure, ie click purchase (purchase), click checkout, and fill form. Duniaindustri.com prioritizes the validity and validity of the data sources presented.(*)

Sources: click here

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Rabu, 07 Juni 2017

Cement Distribution on East Indonesia

Data and Review of Cement Price by Region (Analysis of Cement Market in Eastern Indonesia 2017-2020) was released in May 2017 featuring the latest data and studies, comprehensive analyzes, outlooks and prognoses, as well as market research and interesting issues surrounding the cement industry in Indonesia. This analysis, data, and projection is very useful for researchers, marketing, directors, and all interested parties with the cement industry in Indonesia.

Data and Review of Cement Price by Region (Analysis of Cement Market in Eastern Indonesia 2017-2020) is started by displaying the latest data mapping of cement selling price per region in Indonesia in actual as a benchmark trend of market competition. From the data, it is known that the price range of cement per zak content of 50 kilograms is around Rp 53.000 – Rp 2.300.000, – (page 2)

The data is reinforced by the distribution of cement prices on a monthly basis in the eastern part of Indonesia. (Page 3) Then proceed with cement logistics line to eastern Indonesia with details of pre-shipment cost, sea toll fare, post shipment fee, and distribution fee. (Page 4)

Continuing on page 5, a simulation of cement transport from east of Java Island to eastern Indonesia is shown. Also shown comparing the cost of sea freight rates and air freight. The data is further strengthened by the total simulation of cement cost and distribution needs in eastern Indonesia on page 6. From the simulation, then analyzed on page 7.

On page 8, the total price of cement is shown in Papua, complete with total market demand per region. The data were analyzed again on page 9. Following discussion of the selling price of cement in Papua described per region and per cost on pages 10-15.

On page 16 the conditions of demand for cement markets in eastern Indonesia per region are computed with Indonesia’s total per region. Then on page 17-18 shows the projection of factory capacity in eastern Indonesia of all players, complemented by national growth trends.

Turning to another discussion, this data also displays the market share maps of all cement players, whether existing players (big players tier-1) or new players (tier-2) per month since quarter IV 2014-IV quarter 2016. (page 19) On page 20-21, the worldindustri.com team makes independent research on the projection and prognosis of the market share trend of all cement players for 2017, by factoring a number of expansions and additional capacity of each player. The projection is presented in scenario A on page 20 and scenario B on page 21.

Duniaindustri.com team also makes an exclusive analysis of the development trends of all market players on page 22-23. From this analysis, there is a trend of quarterly market share movement since fourth quarter of 2014-fourth quarter of 2016, complete with sentiment price policy sentiment as well as marketing strategy.

On pages 24-25, duniaindustri.com gathers important information, current issues, and expansion plans for cement players. Five cement players plan to realize the latest expansion. On page 26, there is a trend of cement price movements and price war policies that strongly influence the market share of cement players.

On page 27-28, this data and study continues into the 2016 cement market highlights featuring a flashback of the cement market in Indonesia over the past year (page 27). On page 28, the cement market projected 2017-2018 with an oversupply condition that still looms.

On page 29 the growth trend of cement sales in bulk (pack) or bulk (bulk) is presented. Until now, the sale of cement in packaging (bag) is still dominating compared to bulk (bulk) on page 30. Factors driving cement sales especially the increase in infrastructure spending for the period 2009-2017 are presented on page 31. Following the comparison of domestic cement sales growth, growth percentage, and the trend of Bank Indonesia reference rate on page 32. Continue to comparate cement sales and factory capacity and average Average utilization period 2010-2017F on pages 33-34.

The estimated movements of cement selling price during 2013-2018 are presented on page 35, followed by factory utilization trend per cement company in Indonesia on pages 33-37. The emergence of new players equipped with production capacity, target market share, and market intelligence is presented on page 38-42.

This important information is expected to provide a more detailed picture of cement industry competition in Indonesia in the future. Although Indonesia’s cement market is characterized by a slowdown in the market, fierce competition, and continued supply surplus, the outlook for this industry is still quite attractive for the medium term. Moreover, if we look at the per capita consumption of cement and government infrastructure projects. These two factors are discussed in detail on pages 43-46.

Data and Study of Cement Price by Region (Analysis of Cement Market in Eastern Indonesia 2017-2020) of 47 pages is derived from duniaindustri.com research with data support from the Ministry of Industry, Indonesian Cement Association (ASI), BPS, World Bank, And a number of cement companies in Indonesia. Industry data index is the latest feature in duniaindustri.com which displays dozens of data options according to the needs of users. All data is presented in pdf format so that it is easy to download after users perform process according to procedure, ie click purchase (purchase), click checkout, and fill form. Duniaindustri.com prioritizes the validity and validity of the data sources presented.(*)

Source: click here

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini

Cement Market Competition in Indonesia 2017

Data and Review of Cement Price by Region (Analysis of Cement Market in Eastern Indonesia 2017-2020) was released in May 2017 featuring the latest data and studies, comprehensive analyzes, outlooks and prognoses, as well as market research and interesting issues surrounding the cement industry in Indonesia. This analysis, data, and projection is very useful for researchers, marketing, directors, and all interested parties with the cement industry in Indonesia.

Data and Review of Cement Price by Region (Analysis of Cement Market in Eastern Indonesia 2017-2020) is started by displaying the latest data mapping of cement selling price per region in Indonesia in actual as a benchmark trend of market competition. From the data, it is known that the price range of cement per zak content of 50 kilograms is around Rp 53.000 – Rp 2.300.000, – (page 2)

The data is reinforced by the distribution of cement prices on a monthly basis in the eastern part of Indonesia. (Page 3) Then proceed with cement logistics line to eastern Indonesia with details of pre-shipment cost, sea toll fare, post shipment fee, and distribution fee. (Page 4)

Continuing on page 5, a simulation of cement transport from east of Java Island to eastern Indonesia is shown. Also shown comparing the cost of sea freight rates and air freight. The data is further strengthened by the total simulation of cement cost and distribution needs in eastern Indonesia on page 6. From the simulation, then analyzed on page 7.

On page 8, the total price of cement is shown in Papua, complete with total market demand per region. The data were analyzed again on page 9. Following discussion of the selling price of cement in Papua described per region and per cost on pages 10-15.

On page 16 the conditions of demand for cement markets in eastern Indonesia per region are computed with Indonesia’s total per region. Then on page 17-18 shows the projection of factory capacity in eastern Indonesia of all players, complemented by national growth trends.

Turning to another discussion, this data also displays the market share maps of all cement players, whether existing players (big players tier-1) or new players (tier-2) per month since quarter IV 2014-IV quarter 2016. (page 19) On page 20-21, the worldindustri.com team makes independent research on the projection and prognosis of the market share trend of all cement players for 2017, by factoring a number of expansions and additional capacity of each player. The projection is presented in scenario A on page 20 and scenario B on page 21.

Duniaindustri.com team also makes an exclusive analysis of the development trends of all market players on page 22-23. From this analysis, there is a trend of quarterly market share movement since fourth quarter of 2014-fourth quarter of 2016, complete with sentiment price policy sentiment as well as marketing strategy.

On pages 24-25, duniaindustri.com gathers important information, current issues, and expansion plans for cement players. Five cement players plan to realize the latest expansion. On page 26, there is a trend of cement price movements and price war policies that strongly influence the market share of cement players.

On page 27-28, this data and study continues into the 2016 cement market highlights featuring a flashback of the cement market in Indonesia over the past year (page 27). On page 28, the cement market projected 2017-2018 with an oversupply condition that still looms.

On page 29 the growth trend of cement sales in bulk (pack) or bulk (bulk) is presented. Until now, the sale of cement in packaging (bag) is still dominating compared to bulk (bulk) on page 30. Factors driving cement sales especially the increase in infrastructure spending for the period 2009-2017 are presented on page 31. Following the comparison of domestic cement sales growth, growth percentage, and the trend of Bank Indonesia reference rate on page 32. Continue to comparate cement sales and factory capacity and average Average utilization period 2010-2017F on pages 33-34.

The estimated movements of cement selling price during 2013-2018 are presented on page 35, followed by factory utilization trend per cement company in Indonesia on pages 33-37. The emergence of new players equipped with production capacity, target market share, and market intelligence is presented on page 38-42.

This important information is expected to provide a more detailed picture of cement industry competition in Indonesia in the future. Although Indonesia’s cement market is characterized by a slowdown in the market, fierce competition, and continued supply surplus, the outlook for this industry is still quite attractive for the medium term. Moreover, if we look at the per capita consumption of cement and government infrastructure projects. These two factors are discussed in detail on pages 43-46.

Data and Study of Cement Price by Region (Analysis of Cement Market in Eastern Indonesia 2017-2020) of 47 pages is derived from duniaindustri.com research with data support from the Ministry of Industry, Indonesian Cement Association (ASI), BPS, World Bank, And a number of cement companies in Indonesia. Industry data index is the latest feature in duniaindustri.com which displays dozens of data options according to the needs of users. All data is presented in pdf format so that it is easy to download after users perform process according to procedure, ie click purchase (purchase), click checkout, and fill form. Duniaindustri.com prioritizes the validity and validity of the data sources presented.(*)

Source: click here

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini

Selasa, 06 Juni 2017

Tren Pertumbuhan Industri Oleokimia dan Biodiesel

Industri perkebunan kelapa sawit Indonesia memiliki peranan penting di dunia mengingat negeri ini merupakan produsen dan eksportir minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Untuk mengetahui seluk-beluk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, silakan disimak penjelasan di bawah ini::

Daftar isi/konten detail Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017

Halaman  keterangan isi
1.  sampul muka
2.  Analisis berbentuk tabel dan pointers, terkait kenaikan signifikan kapasitas produksi fraksionasi, oleokimia, dan methyl ester (biodiesel) pada akhir 2011 hingga awal 2014
3.  Tren produksi industri oleokimia mencakup stearic acid, glycerine, fatty acid, fatty alcohol, dan total untuk periode 1995, 2000, 2011-2016
4.  pointers faktor-faktor yang mendasari pertumbuhan signifikan dari kapasitas produksi  produksi fraksionasi, oleokimia, dan methyl ester (biodiesel) pada akhir 2011 hingga awal 2014
5.  tabel tren produksi biodisel 2011, 2014, dan 2015, 2016
6.  grafis persebaran kapasitas produksi industri oleokimia berdasarkan perusahaan dengan kapasitas terbesar dan lokasinya (bentuk peta Indonesia)
7.  Data dan grafis kapasitas produksi biodiesel 2014 dan persebaran pabrik-pabrik biodiesel berdasarkan kapasitas terbesar dan perincian kapasitas per regional utama
8.  data dan grafis tambahan kapasitas produksi biodiesel di Indonesia periode 2015-2016 (bentuknya peta Indonesia dan pointers)
9.  tabel profil industri oleokimia dan biodiesel 2011-2014 mencakup nilai investasi, jumlah unit usaha, kapasitas produksi, produksi riil, konsumsi, ekspor, impor, tenaga kerja
10. tabel profil industri oleokimia dan biodiesel 2015-2017 mencakup nilai investasi, jumlah unit usaha, kapasitas produksi, produksi riil, konsumsi, ekspor, impor, tenaga kerja
11.  pointers arah kebijakan ke depan terkait industri pengolahan kelapa sawit
12.  pointers dan tabel regulasi terkait industri dan pemasaran biodiesel di dalam negeri
13.  pointers perkembangan terakhir ekspor dan rasio ekspor industri minyak sawit indonesia
14.  proyeksi produksi CPO 2016 untuk sejumlah negara top producer beserta analisisnya
15.  tabel dan pointers komposisi penguasaan lahan kelapa sawit (swasta, rakyat, BUMN) serta perkembangan jumlah luas kebun kelapa sawit di Indonesia periode 2000 sampai 2015
16. Tabel produksi CPO tahun 2009-2015 berdasarkan kepemilikan lahan dan tabel produktivitas CPO tahun 2009-2015 berdasarkan kepemilikan lahan
17. Tabel realisasi investasi perkebunan dan industri minyak sawit periode 2010-kuartal III 2015, berisi tabel untuk PMA dan PMDN, realisasi investasi industri olahan dan perkebunan sawit
18.  Empat tabel perbandingan rencana vs realisasi investasi perkebunan kelapa sawit dan perbandingan rencana vs realisasi investasi industri kelapa sawit
19.  Bagan tren perkembangan industri sawit modern, dari hulu, on farm, down stream, dan jasa penunjang
20. Grafis peta Indonesia berisi kawasan industri khusus kelapa sawit, mulai dari KEK Sei Mangke, KEK Tanjung Api2, KEK Morotai
21.  pointers mata rantai industri sawit di indonesia yang terdiri dari: 2 juta usaha perkebunan, 1.320 perusahaan perkebunan, 750 ribu unit UMKM pemasok, dll
22.  infografis target indonesia di 2030 sebagai raja sawit produk olahan
23.  tabel komparasi 7 jenis minyak nabati di dunia berdasarkan luas areal dan produktivitasnya
24.  tabel rasio biaya produksi minyak nabati global
25.  tabel perkembangan pangsa pasar minyak sawit Indonesia di dunia
26.  tabel perubahan pangsa produksi 4 jenis minyak nabati utama dunia tahun 1990-2008
27.  sampul belakang

Berikut penjelasan dalam versi lain:

Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017 ini menampilkan data, analisis, dan outlook industri oleokimia (fatty acid, fatty alcohol, minyak goreng) serta biodiesel di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren ekspor, impor, serapan tenaga kerja, serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target 2030.

Riset ini dimulai dengan tren kenaikan kapasitas produksi yang signifikan pada empat industri, yakni refinery (fraksionasi) atau minyak goreng, fatty acid, fatty alcohol, dan methyl ester (biodiesel). (halaman 2)

Pada 2014 dan 2015 terjadi peningkatan investasi yang signifikan di industri oleokimia dan biodiesel hingga Rp 24 triliun yang mendorong kapasitas produksi nasional tumbuh rata-rata 55% (minyak goreng 80%, fatty acid 47%, fatty alcohol 85%, dan methyl ester atau biodiesel 66%). Duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset tren produksi stearic acid, glycerine, fatty acid, dan fatty alcohol dari 1995-2016. (halaman 3)

Data tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam pada halaman 4. Demikian juga pada halaman 5 dibuat riset khusus terkait tren produksi biodiesel di Indonesia periode 2011-2016.

Untuk memperkuat riset tersebut, duniaindustri.com menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.(*)

Sumber: klik di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini

Minggu, 04 Juni 2017

136 Pusat Data Spesifik & Pilihan Anda

Di tengah tren perubahan global seiring dengan era disruption, perusahaan-perusahaan skala besar terus berbenah agar mampu bersaing dan tidak ditinggal oleh konsumen. Secara umum, era disruption menuntut korporasi untuk berbuat dengan hal baru yang menjadikan perilaku lama seakan absolute atau tidak relevan lagi.

Contoh disruption yang paling nyata dialami Nokia. Pada tahun 2000-an semua orang pakai Nokia, dari mulai pembantu rumah tangga maupun direktur perusahaan. Tapi setelah kehadiran BBM dan sekarang era android, iphone, sekarang orang tidak ada yang pakai Nokia lagi. Itu contoh disruption yang terjadi. Secara selektif melupakan masa lalu, hidup dengan pendekatan masa depan. Masa depan itu memiliki ciri generasi internet of things (IoT), sharing economy, semuanya menjadi sinergi, antara satu perusahaan dengan perusahaan lain bersinergi, tidak ada kepemilikan tunggal.

Pendekatan masa lalu yang masih digunakan untuk masa kini mesti diubah untuk menghadapi tuntutan pasar. Kalau the past, era lama, kita harus jualan dengan toko fisik. Sekarang sudah ada e-commerce dengan pendekatan teknologi digital. Kalau dulu era konvensional semua transaksi pakai manual, pakai kertas. Sekarang semua era digital, semua bisa tercatat melalui gadget, paperless lagi.

Menyadari hal itu, duniaindustri.com berupaya menyajikan fasilitas pendukung berupa data dan database terlengkap dan terupdate. Lebih dari 134 database industri dari berbagai sektor industri manufaktur (tekstil, agro, kimia, makanan-minuman, elektronik, farmasi, otomotif, rokok, semen, perkapalan, dan lainnya), komoditas, pertanian, perkebunan, sumber daya mineral, logistik, infrastruktur, properti, perbankan, reksadana, media, consumer, hingga makro-ekonomi.

Database industri sangat bermanfaat bagi perusahaan maupun perorangan, investor, pemangku kebijakan, direksi perusahaan, marketer, lembaga pemerintahan, institusi asing, lembaga pembiayaan, mahasiswa, dan lainnya.Di setiap lini usaha, mulai dari pembelian bahan baku, pencarian vendor, proses pengolahan, marketing, distribusi, ekspor-impor, semua membutuhkan data, analisis, dan riset

Bahkan, persaingan pasar juga membutuhkan data, analisis, dan riset untuk mengintip kekuatan-kelemahan pesaing (market intelligence), mempelajari strategi kompetitor, mengakuisisi pelanggan, mempertahankan pangsa pasar, edukasi pasar, edukasi konsumen, brand awareness, dan lainnya. Namun, di Indonesia sering terjadi pencarian data, analisis, dan riset sulit dilakukan karena terbatasnya akses informasi, ruang publik, ekosistem yang belum berkembang, serta ketiadaan forum/ajang interaksi jual-beli data. Karena itu, tidak heran, harga (nilai) sebuah data dapat melambung tinggi karena keterbatasan pasokan, sementara kebutuhan tergolong tinggi.

Di era globalisasi dan digitalisasi seperti sekarang, data sudah dianggap sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan secara profesional. Seluruh rantai bisnis industri (supply-demand chain) membutuhkan data untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dan efisien. 

Duniaindustri.com memperkenalkan fitur terbaru yakni download database industri aktual. Lebih dari 134 database industri dari berbagai sektor industri manufaktur (tekstil, agro, kimia, makanan-minuman, elektronik, farmasi, otomotif, rokok, semen, perkapalan, dan lainnya), komoditas, pertanian, perkebunan, sumber daya mineral, logistik, infrastruktur, properti, perbankan, reksadana, media, consumer, hingga makro-ekonomi.

Per awal April 2017, detektif industri juga dilengkapi tools (instrumen analisis) untuk melakukan market intelligence (competitor intelligence) dengan lebih terukur, komprehensif, dan berkesinambungan. Duniaindustri.com juga memperluas coverage basis data dan database spesifik guna menangkap seluruh aktivitas industri di seluruh sektor usaha di Indonesia. Duniaindustri.com telah menangani puluhan proyek data hingga riset persaingan pasar dari perusahaan kecil, menengah, besar di Indonesia, terutama dari Jakarta, Cikarang, Bandung, Surabaya, Palu, Bali, dan daerah lainnya.

Indeks Data Industri yang bisa didownload (134 database):
Data dan Outlook Kebutuhan Energi di Sektor Industri 2015-2050
Analisis Persaingan Industri Semen dan Tren Harga Jual 2017-2018
Outlook Industri Consumer Goods 2017 dan Tren Harga Bahan Baku
Riset Tren Pertumbuhan dan Persaingan Pasar Semen (Analisis Pasar dan Outlook 2017-2018)
Riset Peta Persaingan Merek Motor Per Provinsi (Tren Penjualan Per Tipe Motor)
Riset Pasar dan Tren Harga Petrokimia 2009-2021 (Market Leader di Indonesia)
Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO)
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017)
Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan)
Riset Pasar dan Database 500 Perusahaan Tekstil (Data Industri Tekstil Hulu-Hilir)
Riset Tren Produksi Market Leader Rokok 2005-2016 (Kompetisi Pasar dan Tren Konsumsi Rokok)
Riset Tren Distribusi Sepeda Motor Per Wilayah (Data Penjualan Per Tipe Per CC Mesin)
Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2009-2017 (Top 10 Perusahaan Kosmetik di Indonesia)
Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019
Riset Pasar dan Data Oli Pelumas Otomotif 2011-2016
Riset Pasar dan Tren Harga Baja (Hulu-Hilir) 2010-2016
Riset Pasar Ponsel, Komputer, dan Elektronik Home Appliance (Tren Market Size dan Pangsa Pasar)
Riset Pasar dan Data Industri Sepeda Motor (Tren Penjualan Per Merek Per Daerah)
Riset Pasar dan Data Industri Mobil (2005-2019)
Riset Pasar dan Analisis Oversupply Semen (2016-2019)
Riset Pasar Consumer Goods dan Tren Online Shopping (2009-2017)
Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 (Peta Persaingan dan Tren Market Leader)
Riset Pasar dan Analisis Industri Kosmetik (Tren Pertumbuhan dan 5 Merek Paling Laris)
Riset Pasar dan Analisis Peta Persaingan Industri Semen (NEW Version)
Riset Eksklusif Industri Kemasan Plastik (Tren Pertumbuhan dan Analisis Cukai)
Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit (Tren Persaingan Market Leader)
Riset dan Data Industri Pariwisata Indonesia 2010-2020
Riset dan Analisis Eksklusif Farmasi (Tren Persaingan Obat Bebas, Generik, Herbal dan Daftar Obat Paling Laku) 
Riset Pasar Obat Bebas, Obat Generik, dan Obat herbal
Data Industri Elektronik Home Appliances 2005-2015
Riset Industri Manufaktur; Peluang Investasi dan Basis Produksi 2015-2019
Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019
Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017
Riset Persaingan Brand Rokok di Indonesia 2014-2016
Riset Komprehensif Industri Baja 2007-2017
Riset Peta Persaingan Industri Semen 2015-2017
Data dan Analisis Industri Oli Pelumas 2007-2016
Riset Komprehensif Industri Susu Olahan 2013-2016
Data dan Outlook Industri Susu & Teh Siap Minum 2013-2016
Data dan Outlook Industri Farmasi 2010-2019
Data dan Outlook Industri Batubara 2011-2030
Data dan Outlook Industri Semen 2003-2019
Data dan Outlook Industri Rokok 2005-2016
Data dan Outlook Industri Petrokimia 2009-2016
Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019
Data Industri Minimarket, Supermarket, Hypermarket, dan Modern Trade di Indonesia 2012-2015
Data dan Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016
Data dan Outlook Industri Consumer Goods 2016
Tren Fashion dan Data Industri Tekstil
Data industri sepeda motor dan velg motor di Indonesia
Outlook Industri Otomotif 2016-2018
Outlook Industri CPO 2016
Data Pasar Surat Utang di Indonesia dan ASEAN
Data Kejatuhan Harga Komoditas Ekspor Indonesia dan Depresiasi Rupiah
Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015
Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015
Data dan Analisis Industri Elektronik Menghadapi ASEAN Community
Data dan Analisis Industri Pakan Ternak dan Perunggasan 2007-2017
Data dan Analisis Industri Baja Periode 2000-2014
Data Investasi Baru, Kapasitas, serta Tren Penjualan Semen 2013-2017
Data Market Insight Private Equity di Asia Tenggara
Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi
Data Sumberdaya Batubara, Tren Harga, serta Biaya Produksi per Ton
Data Industri Semen di Asia Tenggara, Pangsa Pemain, dan Pertumbuhan Pasar
Data Industri Properti dan Perbandingan Harga di Indonesia
Data Industri Perbankan, Reksadana, Asuransi, dan Multifinance di Indonesia
Data Industri Televisi Berlangganan di Indonesia
Data Industri Media dan Belanja Iklan di Indonesia
Data Industri Angkutan Darat (Taksi) di Indonesia
Data Tingkat Kepemilikan dan Minat Beli Mobil di Indonesia
Data Energi Terbarukan (Sawit dan Biofuel) Indonesia
Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia
Data Outlook Pasar Minyak Nabati China
Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia
Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018
Data Pasokan dan Permintaan Batubara Termal Global
Data Pasar Minimarket dan Restoran Cepat Saji di Indonesia
Data Produksi, Defisit Pasokan, serta Harga Timah
Data Penjualan Per Merek Mobil
Data dan Analisis Outlook Industri Otomotif
Data dan Analisis Penjualan Motor dan Mobil (LCGC)
Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia
Data Industri Perkapalan Indonesia
Data Penjualan Mobil Per Segmen Kendaraan
Data Produksi, Ekspor, dan Investasi 15 Komoditas Utama Indonesia
Data Komprehensif Industri Otomotif dan Kebijakan Pemerintah
Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama
Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga
Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO
Data Industri Petrokimia, Kimia Dasar, dan Logam Dasar
Data Daya Saing Industri Indonesia di Asean Community 2015
Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri
Data Industri Makanan-Minuman dan Program Hilirisasi
Data Komprehensif Sasaran, Fokus, dan Kinerja Industri Pengolahan
Data Komprehensif Industri Baja di Indonesia
Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor
Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional
Data Segmentasi dan Jumlah Konsumen Kelas Menengah di Indonesia (2012-2030)
Data Industri Batubata (Brick) di Indonesia dan Malaysia
Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia
Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030)
Data Konsumsi dan Impor Susu di Indonesia (periode lima tahun terakhir)
Data Komparasi Konsumsi Semen dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (10 tahun terakhir)
Data Produksi dan Ekspor-Impor Industri Aneka
Data Komprehensif Industri Farmasi Indonesia (Periode Lima Tahun Terakhir)
Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia
Data Komprehensif Industri Tekstil Indonesia (periode tiga tahun terakhir)
Data Top 20 Produsen Obat Generik di Indonesia
Data Pasar Kosmetik Indonesia (periode empat tahun terakhir)
Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE
Data Omzet dan Top 10 Player Industri Makanan-Minuman
Data Pasar Alat Kesehatan di Asia Pasifik
Data Produksi dan Utilisasi 4 Produsen Kertas Terbesar di Indonesia
Data Pangsa Pasar Top 10 Perusahaan Benang dan Serat
Data Industri Alat Musik, Mainan, dan Perhiasan
Data Permintaan Baja di Indonesia (sepuluh tahun terakhir)
Strategi Ekspansi dan Kapasitas Produksi BUMN Semen Terbesar
Data Produksi Gula, Tebu, dan Area Lahan
Data Buyer Agent Tekstil Terbesar dan Representative Office di Indonesia
Data Jumlah Kendaraan Bermotor, dan Panjang Jalan di Indonesia
Data Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenis
Data Pangsa Pasar Lima Produsen Ban di Indonesia
Data Produksi dan Ekspor-Impor Industri Aneka
Data Penjualan dan Pangsa Pasar 4 Perusahaan Rokok Terbesar
Data Pasar Farmasi di Asia Pasifik
Data Belanja Alat Kesehatan di Indonesia
Data Kapasitas dan Utilisasi Industri Aneka
Kajian Komprehensif Tiga Pemimpin Pasar Semen Indonesia
Kajian Komprehensif Industri Kertas di Indonesia
Data Produksi dan Pangsa Pasar 4 Pemimpin Pasar Baja Canai Panas (HRC)

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 136 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini