Industri
perkebunan kelapa sawit Indonesia memiliki peranan penting di dunia
mengingat negeri ini merupakan produsen dan eksportir minyak sawit
mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Untuk mengetahui
seluk-beluk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, duniaindustri.com menghimpun sedikitnya 19 riset dan data industri perkebunan kelapa sawit.
Mari simak ulasannya di bawah ini:
1) Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas)
2) Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani)
2) Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani)
Berikut ini uraian singkat dari masing-masing data di atas:
1) Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas) ini dirilis minggu ketiga Juni 2018, menampilkan data komprehensif, tren pasar, laporan terbaru, data pemetaan perprovinsi, dan informasi teraktual terkait lahan kelapa sawit beserta produksi dan ekspor komoditas tersebut di Indonesia. Data komprehensif ini dibuat sebagai acuan (benchmark) bagi industriawan yang terkait dengan industri perkebunan kelapa sawit dan turunannya beserta stakeholders lainnya.
Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas) ini
dimulai dengan menampilkan highlight dan outlook perekonomian
Indonesia. Pada 2016 dan 2017, perekonomian Indonesia mampu bertumbuh
positif di tengah tantangan perlambatan ekonomi global (halaman 2 dan
3).
Proyeksi
ekonomi dan perdagangan global pada 2018 diringkas dalam infografis
yang menarik pada halaman 4. Pada halaman 5 sampai 7, diulas proyeksi
pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi di Indonesia meliputi industri
pengolahan, konstruksi, perdagangan, informatika dan telekomunikasi,
jasa keuangan, pertanian, transportasi, pertambangan, listrik, minyak
dan gas. Juga dilengkapi dengan katalis masing-masing sektor.
Masuk ke fokus pembahasan, pada halaman 8 ditampilkan data pemetaan luas
lahan perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia periode 2017,
dalam bentuk grafis yang menarik. Pada halaman 9 ditampilkan detail luas
lahan perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia dalam bentuk
tabel. Pada halaman 10, ditampilkan data top 20 provinsi dengan luas
lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Diharapkan dengan
data ini, pelaku industri sawit dan stakeholders terkait dapat
mencermati tren terbaru.
Sebagai
komparasi, pada halaman 11 ditampilkan data pemetaan luas lahan
perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia periode 2014.
Kemudian, distribusi kepemilikan lahan sawit serta tren luas lahan sawit
di Indonesia periode 2009-2015 dipaparkan dalam data grafis pada
halaman 12. Disusul pembahasan tentang produktivitas CPO Indonesia yang
dijelaskan dalam tren produksi berdasarkan kepemilikan lahan serta tren
pertumbuhannya periode 2009-2015 pada halaman 13.
Selanjutnya,
perbandingan lahan yang ditanami dengan output CPO berdasarkan
kepemilikan lahan ditampilkan dalam data pada halaman 14. Beralih ke
data produksi, konsumsi, dan ekspor, pada halaman 15 ditampilkan data
outlook dan proyeksi produksi, konsumsi, dan ekspor CPO Indonesia
periode 2010-2025. Selanjutnya, pada halaman 16, ditampilkan data tabel
pie chart berisi top 11 negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia periode
2017.
Tak ketinggalan, profil industri perkebunan
kelapa sawit di Indonesia dijabarkan pada halaman 17, antara lain
berisi pendapatan devisa ekspor, jumlah tenaga kerja, serta jumlah
petani kecil sawit. Mata rantai (supply chain) industri kelapa sawit
ditampilkan pada halaman 18 sampai 20, memaparkan jumlah industri hulu,
jumlah UKM pemasok barang dan jasa, jumlah industri pendukung (pupuk,
pestisida, alat dan mesin), serta jumlah industri hilir (minyak goreng,
shortening, detergen, sabun, oleokimia, biodiesel).
Khusus
terkait pasar ekspor, pada halaman 21 sampai 25, ditampilkan data tren
impor CPO oleh Uni Eropa dan komposisi negara eksportir CPO ke Uni
Eropa. Disusul kemudian dengan target pengembangan industri kelapa sawit
di Indonesia pada 2030 (halaman 26), bagan pengembangan dari upstream,
onfarm, downstream, serta penyedia jasa.
Pada data komprehensif kali ini, duniaindustri.com ingin
menampilkan data spesifik yang lebih mendalam. Pada halaman 28 sampai
34, ditampikan data grafis gurita bisnis perusahaan-perusahaan sawit
Malaysia di Indonesia, sayap bisnis dua korporasi terbesar asal Malaysia
yang berlokasi di kebun sawit di Indonesia, luas lahan sawit dari 9
perusahaan Malaysia di Indonesia, serta porsi ekspor minyak sawit
Indonesia berdasarkan grup usaha dan korporasi negara asal.
Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani) ini dimulai dengan menampilkan executive summary. Dalam executive summary dipaparkan terkait isu Eropa yang menjadi hangat di kalangan pelaku usaha kelapa sawit karena masifnya kampanye negatif dan rencana pembatasan penggunaan minyak sawit, yang diduga sebagai ekses dari persaingan minyak nabati global. Dalam bagian pertama (halaman 2 sampai 16), ditampilkan perkembangan pandangan Eropa terhadap bisnis kelapa sawit di Indonesia.
Pada halaman 3, ditampilkan kerangka pemikiran yang berkembang di Eropa, dari mulai isu lingkungan dan deforestasi, tren perdagangan kelapa sawit di Eropa, standar bagi petani kelapa sawit, serta suistanable development goals (SDG). Pada halaman 4, ditampilkan data tabel terkait produksi kelapa sawit di Indonesia, demand (konsumsi), ekspor, dan keseimbangannya pada periode 2010 sampai 2015, 2020, dan 2025. Angka produksi dan ekspor diestimasikan tumbuh dua kali lipat dalam 15 tahun tersebut, ditopang kenaikan tajam ekspor.
Pada halaman 5, ditampilkan data tabel terkait pergerakan nilai perdagangan kelapa sawit ke Eropa, khususnya untuk kelapa sawit untuk pangan dan industri, periode 2008 sampai 2017. Tarif impor di Eropa cenderung sangat rendah dan tidak terdapat hambatan nontarif.
Selanjutnya, Pada halaman 6, disajikan data proyeksi konsumsi minyak nabati (vegetable oil) dunia untuk periode 2015-2050, yang pertumbuhannya diekspektasi berkisar 2%-3% per tahun. Dari data tersebut, di-breakdown berdasarkan pasar utamanya yakni India, Eropa, China, dan Pakistan. Data tersebut didukung dengan data perbandingan luasan lahan, produksi, serta produktivitas 4 minyak nabati utama, yakni soybean, sunflower, rapeseed, dan kelapa sawit (palm oil).
Pada halaman 7, ditampilkan grafis tentang luas lahan kelapa sawit di Indonesia sejak 1978-2017, lengkap dengan komposisi milik petani, BUMN, dan swasta. Data ini juga didukung dengan tren pergerakan CPO yield sejak 2005-2015 untuk perusahaan swasta dan petani sawit.
Berikutnya, pada halaman 8 sampai 12, dipaparkan perkembangan terbaru di pasar Eropa, antara lain inisiatif Parlemen Eropa untuk mengecualikan biofuels berbasis sawit dalam program energi terbarukan, penghentian bea masuk anti dumping, serta pelacakan kelapa sawit dengan standar keberlanjutan. Pada halaman 13 ditampilkan infografis terkait pemetaan hutan dan lahan lainnya di Indonesia dalam konteks bebas deforestasi. Pada halaman 14 sampai 17, disajikan data-data konversi lahan di Indonesia periode 2000-2015, konflik yang terjadi, dan hal lainnya.
Masuk ke pembahasan selanjutnya, pada halaman 18 hingga 30, dipaparkan tentang sejumlah kajian yang dilakukan Komisi Eropa terkait isu lingkungan, deforestasi, dan peran petani sawit di Indonesia. Juga diulas secara mendalam terkait perbandingan 4 sertifikat utama di kelapa sawit yakni ISCC (International Sustainability Carbon Certification), RSPO, ISPO, dan MSPO. Pada halaman 30, disajikan data tabel terkait peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor kelapa sawit di Indonesia periode 2000-2015 untuk segmen pemilik lahan dari petani, BUMN, dan swasta. Pada halaman 31, ditampilkan data perbandingan pendapatan sebelum dan sesudah perkembangan perkebunan kelapa sawit, menyesuaikan dengan studi high carbon stock.
Selanjutnya, pada halaman 31 ditampilkan data perubahan pendapatan dari perkebunan kelapa sawit di 3 kawasan, yakni Indonesia, Malaysia, dan Afrika Barat. Pada halaman 34, ditampilkan tren perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak terpengaruh harga di pasar internasional periode 1988-2014. Sementara di halaman 35-37, ditampilkan data perbandingan kebutuhan lahan dari 4 jenis minyak nabati utama.
Pada halaman 38 hingga 48, diulas tentang profil industri kelapa sawit di Indonesia, nilai ekspor, jumlah tenaga kerja, komposisi petani skala besar dan skala kecil serta program energi terbarukan. Juga ditampilkan infografis pemetaan lahan petani kecil sawit di sejumlah wilayah di Indonesia, komposisi lahan, peran petani kecil dalam ekspansi lahan, profil petani kecil sawit, program peremajaan lahan, serta target program replanting per daerah periode 2017-2022.
Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani) ini berisi sebanyak 48 halaman berukuran 10,3 MB, berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta asosiasi industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Komisi Uni Eropa, FAO, diolah duniaindustri.com. Data ini disajikan 95% dalam bahasa Inggris dan hanya 5% dalam bahasa Indonesia.
Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
3) Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini dirilis pada awal Januari 2017 menampilkan data, analisis, dan outlook industri
perkebunan kelapa sawit Indonesia, dari mulai tren produksi, tren
ekspor, perkembangan luas lahan, tren produktivitas, mata rantai
industri kelapa sawit, dan lainnya.
Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini
dimulai dengan menampilkan tren produksi minyak sawit mentah (crude
palm oil/CPO) Indonesia periode 2009-2017F beserta komposisi produksi
rakyat, BUMN, dan swasta pada halaman 2. Data tersebut diperkuat dengan
komparasi produksi dan ekspor CPO Indonesia periode 2008-2018 dengan
skenario optimis pada halaman 3.
Pada
halaman 4, dipaparkan analisis singkat tentang proyeksi produksi CPO
Indonesia 2017, faktor-faktor yang mempengaruhi yakni tren ekspor dan
mandatori biodiesel, serta estimasi harga per ton. Pada halaman 5,
ditampilkan tren mandatori bioethanol dan biodiesel periode 2013-2025
menurut regulasi terkini, dilengkapi dengan alur proses biodiesel pada halaman 6, serta analisis penyerapan biodiesel pada 2016.
Masih
terkait biodiesel berbasis kelapa sawit, pada halaman 8-9 ditampilkan
tren kapasitas produksi biodiesel, konsumsi domestik, dan ekspor periode
2015-2017, serta estimasi peralihan impor diesel dengan biodiesel
berbasis kelapa sawit hingga 2025.
Berlanjut
ke halaman 10, ditampilkan luas lahan kelapa sawit di Indonesia periode
2009-2017F, berdasarkan komposisi BUMN, rakyat, dan swasta. Riau,
Sumatera Utara, dan Kalimantan menjadi provinsi dengan lahan sawit
terluas di halaman 11. Data tersebut diperkuat dengan tren komposisi
penguasaan lahan kelapa sawit di Indonesia pada halaman 12. Kemudian,
produktivitas CPO Indonesia ditampilkan berdasarkan kepemilikan lahan
pada halaman 13.
Pada
halaman 14 dijabarkan tren volume ekspor dan nilai ekspor CPO pada
periode 2009-2017F. Dilanjutkan dengan tren produksi inti sawit di
Indonesia periode 1986-2014, berdasarkan komposisi kepemilikan lahan
pada halaman 15. Mata rantai industri sawit yang menaungi 2 juta unit
usaha perkebunan keluarga, 1.320 perusahaan perkebunan, 74 industri minyak goreng, 37 industri oleokimia, dan lainnya ditampilkan pada halaman 16.
Selain
itu, target pengembangan industri CP0 Indonesia hingga 2030 serta tren
perkembangan industri sawit modern dijabarkan pada halaman 17-18.
Dilanjutkan dengan pemetaan kawasan khusus industri kelapa sawit di
Indonesia pada halaman 19.
Pada
halaman 20-21, dijabarkan sejarah perkembangan industri CPO Indonesia
menjadi produsen terbesar di Indonesia, dilengkapi tren investasi pada
halaman 22-23, tren produktivitas berdasarkan luas lahan pada halaman
24, serta tren peningkatan nilai tambah pada halaman 25. Pada halaman
26-27 dijelaskan masing-masing asosiasi industri yang menaungi industri
ini dari hulu-hilir.
Pada
halaman 28 ditampilkan tren produksi oleokimia periode 2004-2015,
disusul tren produksi pengolahan CPO, fractionation, modification pada
halaman 29, profil produksi biodiesel pada halaman 30, dan profil
industri CPO hulu-hilir pada halaman 31.
Kemudian,
pada halaman 32-45 ditampilkan analisis pasar ekspor CPO Indonesia di
Amerika Serikat, mulai dari perkembangan pangsa pasar CPO Indonesia di
pasar AS, perbandingan dengan pangsa pasar CPO Malaysia, tren volume
impor minyak nabati AS periode 2010-2014, perkembangan pangsa volume
impor empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan
harga empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan
nilai impor 15 komoditas minyak nabati di pasar AS, hingga regulasi
tarif bea masuk minyak nabati di pasar AS.
Selain pasar AS, riset ini juga
menampilkan analisis pasar minyak nabati China. Pada halaman 46-53
ditampilkan analisis dan tren pasar minyak nabati China dari mulai, tren
impor soybean China periode 1992-2013, tren impor soybean di Taiwan,
China daratan, dan Taiwan daratan periode 1965-2013, tren impor minyak
sawit China periode 1996-2013, hingga pangsa pasar CPO Indonesia di
China periode 2002-2013.
Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) sebanyak
54 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di
Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian Pertanian,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta asosiasi
industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI),
Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), serta perusahaan
China, diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang
menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data
disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users
melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik
checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
4) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit 2005-2015 ini
menampilkan riset eksklusif, data, analisis, dan outlook industri
minyak goreng sawit di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren
investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran
lokasi pabrik, tren market leader (pemimpin pasar berdasarkan merek dan
berdasarkan kapasitas produksi), serta berbagai informasi lain seperti
regulasi dan target 2030.
Di
halaman 7 dipaparkan dalam chart tentang peta penyebaran pabrik minyak
goreng di Indonesia. Sumatera Utara menjadi daerah dengan populasi
pabrik minyak goreng terbesar di Indonesia, mencakup 30,46% dari total
jumlah pabrik minyak goreng di negeri ini. Disusul Riau dengan 24,83%.
Pada
halaman 8, dipaparkan tren produksi minyak sawit goreng yang tumbuh 80%
dari 2011 ke 2014. Data tersebut dilengkapi dengan tren investasi, tren
pertumbuhan produksi, konsumsi, serta ekspor minyak goreng sawit
periode 2011-2017 (estimasi) pada halaman (9-10).
Duniaindustri.com membuat riset eksklusifterkait
pangsa pasar produsen minyak goreng sawit berdasarkan kapasitas
terpasang untuk periode 2013 dan 2015, lengkap dengan masing-masing
kapasitas 5 pemain terbesar (halaman 11-13). Sementara pada halaman
14-15, duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait tren perubahan
pangsa pasar merek minyak goreng periode 2005-2015.(*)
5) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017 ini
menampilkan data, analisis, dan outlook industri oleokimia (fatty acid,
fatty alcohol, minyak goreng) serta biodiesel di Indonesia, dari mulai
tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para
pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren ekspor, impor, serapan
tenaga kerja, serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target
2030.
Riset
ini dimulai dengan tren kenaikan kapasitas produksi yang signifikan
pada empat industri, yakni refinery (fraksionasi) atau minyak goreng,
fatty acid, fatty alcohol, dan methyl ester (biodiesel). (halaman 2)
Pada
2014 dan 2015 terjadi peningkatan investasi yang signifikan di industri
oleokimia dan biodiesel hingga Rp 24 triliun yang mendorong kapasitas
produksi nasional tumbuh rata-rata 55% (minyak goreng 80%, fatty acid
47%, fatty alcohol 85%, dan methyl ester atau biodiesel 66%).
Duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset tren produksi stearic
acid, glycerine, fatty acid, dan fatty alcohol dari 1995-2016. (halaman
3)
Data
tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam pada halaman 4. Demikian
juga pada halaman 5 dibuat riset khusus terkait tren produksi biodiesel
di Indonesia periode 2011-2016.
Untuk memperkuat riset tersebut, duniaindustri.com menampilkan
persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama
untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus
persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total
kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per
tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas dengan
kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT
Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta
lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.(*)
6) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016 ini
menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di
Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk
akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera
Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599
juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas
dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per
tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan
peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.
Data ini
juga menjabarkan peta persebaran industri biodiesel Indonesia periode
2014-2016. Pada 2014, total kapasitas industri biodiesel di Indonesia
mencapai 4,99 juta ton atau setara 5,67 juta kiloliter, dengan perincian
Riau dan Kepri 2,61 juta ton, Jawa Bagian Timur 1,57 juta ton, Jawa
Bagian Barat 364 ribu ton, dan daerah lain-lain 233 ribu ton. Terdapat
17 pemain skala besar di antaranya PT Wilmar Bioenergy Indonesia di Riau
dengan kapasitas 1,3 juta ton per tahun, PT Musim Mas di Medan dengan
kapasitas 235 ribu ton per tahun, PT Eterindo Whanatama Gresik dengan
kapasitas 80 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik
(1,3 juta ton per tahun), PT Sumi Asih Oleochem di Bekasi (100 ribu ton
per tahun), PT Darmex Biofuels di Cikarang (150 ribu ton per tahun),
dan lainnya, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik.
Pada
2015, terjadi penambahan kapasitas biodiesel sebesar 2,32 juta ton per
tahun sehingga total kapasitas nasional naik menjadi 7,32 juta ton.
Terdapat 11 pemain skala besar yang melakukan penambahan kapasitas pada
2015 antara lain PT Oleokimia Sejahtera Mas di Dumai dengan kapasitas
500 ribu ton per tahun, PT Darmex Biofuels di Dumai sebesar 410.500 ribu
ton per tahun, PT Indo Biofuels Energy di Kalbar (100 ribu ton/tahun),
PT Permata Hijau Palm Oleo di Medan (140 ribu ton/tahun), PT Nusa Energy
di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Bits Energy di Kaltim (100 ribu
ton/tahun), PT Multi Biofuel Indonesia di Sulut (160 ribu ton/tahun).
(*)
7) Outlook Industri CPO 2016 menampilkan
proyeksi produksi CPO Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia pada
2016. Produksi CPO Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai 35 juta ton,
tumbuh 9,3% dibanding proyeksi tahun ini 32 juta ton, menurut data
United State Department of Agriculture (USDA). Kenaikan tersebut akan
mendorong peningkatan produksi CPO global sebesar 5,96% menjadi 65,1
juta ton pada 2016 dibanding proyeksi tahun ini 61,44 juta ton.
Dengan
demikian, produksi CPO Indonesia tahun depan diperkirakan menyumbang
53,7% dari total produksi CPO global. Sementara Malaysia, produsen CPO
terbesar kedua setelah Indonesia, diperkirakan memproduksi CPO sebanyak
21 juta ton pada 2016, dengan kontribusi 32,25% terhadap pasar global.
Selain
itu, ditampilkan data proyeksi harga CPO dunia pada 2016, pengaruh
El-Nino dan sentimen program biodiesel. Serta, dampaknya terhadap
perkembangan ekspor dan tren permintaan global.
Juga
ditampilkan cakupan lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dengan
komposisi provinsi terbesar berdasarkan kebun sawit. Luas lahan kebun
kelapa sawit di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 11,4 juta
hektare, dengan komposisi 5,9 juta hektare lahan swasta, 4,7 juta
hektare lahan rakyat, dan 0,8 juta hektare lahan BUMN.
Di
sisi lain, ditampilkan juga tren investasi di sektor hulu dan sektor
hilir industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam lima tahun
terakhir, insentif investasi yang disiapkan pemerintah, serta proyeksi
tren ke depan. Tidak ketinggalan, dipaparkan kawasan industri khusus
industri kelapa sawit yang sedang dibangun pemerintah, target 2030, dan
tren mata rantai industri sawit modern.
Data sebanyak
21 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di
Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait, serta asosiasi industri,
diolah duniaindustri.com.(*)
8) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015 ini
menampilkan realisasi investasi perkebunan kelapa sawit di Indonesia
2010-2015, baik PMA maupun PMDN, tren yang terjadi, serta dampaknya
terhadap produksi CPO nasional. Selain itu, dijabarkan insentif dan
posisi investasi perkebunan sawit dalam prioritas pemerintah.
Rata-rata
pertumbuhan realisasi PMA industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun
terakhir sebesar 140%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 15%.
Rata-rata pertumbuhan realisasi PMDN industri minyak sawit dalam 5
(lima) tahun terakhir sebesar 145%, sedangkan perkebunan kelapa sawit
sebesar 1,3%.
Untuk
menopang pertumbuhan investasi, pemerintah akan membangun 8 kawasan
ekonomi khusus di industri pengolahan kelapa sawit. Delapan KEK itu
tersebut di Maloy Batuta (557,34 hektare), Palu, Bitung, Morotai, Sei
Mangkei, Tanjung Lesung, dan Mandalika. Serta diulas bagaimana upaya
pemerintah untuk menyederhanakan perizinan di sektor perkebunan kelapa
sawit.
Data berjumlah
12 halaman ini berguna bagi investor, pemodal kelapa sawit, marketing,
peneliti dan periset, akademisi, praktisi, dan regulator. Data ini
berasal dari asosiasi industri, BKPM, BPS, dan diolah duniaindustri.com.
(*)
9) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015 ini
menampilkan luas lahan perkebunan sawit tahun 2014 sebesar 10,9 juta
hektare. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan merupakan provinsi dengan
lahan sawit terluas. Sekitar 51,6% dari 10,9 juta hektar lahan sawit di
Indonesia dimiliki oleh perusahaan perkebunan swasta (besar), dan 41.5%
dimiliki oleh perkebunan rakyat.
Produktivitas
CPO perkebunan rakyat dan BUMN menunjukkan tren penurunan dari tahun
2009-2014, sementara perusahaan perkebunan swasta justru meningkat.
Produktivitas CPO perkebunan rakyat juga 20% lebih rendah dibandingkan
perusahaan swasta.
Produktivitas
CPO rakyat pada tahun 2014 hanya sebesar 2,3 ton/ha, atau 20% di bawah
produktivitas CPO perusahaan perkebunan swasta. Dengan asumsi harga CPO
sebesar US$ 550/ton, peningkatan produktivitas CPO rakyat dari 2,3
ton/ha menjadi 2,9 ton/ha akan memberikan tambahan kesejahteraan sebesar
US$ 1 milyar kepada seluruh petani.
Selain
itu, data ini menampilkan kondisi perekonomian Indonesia 2015, mata
utang rupiah yang melemah terhadap dolar AS, posisi utang luar negeri
Indonesia, perbedaan krisis ekonomi 1997 dengan kondisi saat ini. Data
ini diperoleh dari sumber terkemuka, regulator, BPS, diolah duniaindustri.com. (*)
10) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi ini
menampilkan luas area kebun sawit di Indonesia 2011-2015, produksi CPO
nasional 2011-2015, serta produktivitas kebun rakyat. Selain itu,
ditampilkan juga pohon industri pengolahan CPO, baik yang sudah
diproduksi di Indonesia maupun belum diproduksi. Juga dipaparkan
peningkatan nilai tambah dari CPO, CPKO, minyak goreng, margarine,
biodiesel FAME, confectionaries, fatty acid, fatty alcohol, surfaktan,
kosmetik. Serta dijelaskan skema pemberian insentif investasi di sektor
ini, seperti tax allowance, tax holiday, pembebasan bea masuk mesin,
restrukturisasi bea keluar, dan lainnya. Dampak dari program hilirisasi;
ragam Produk Hilir pada Tahun 2011 hanya 54 Jenis, berkembang menjadi
149 jenis pada awal tahun 2014 dan diperkirakan meningkat menjadi 169
jenis pada Tahun 2015. Juga ditampilkan persebaran investasi di industri
oleokimia (masing-masing perusahaan dan kapasitasnya), industri
biodiesel, serta proyeksi tambahan kapasitas biodiesel hingga 2015.
Sebaran
investasi industri oleokimia antara lain PT Musim Mas, PT Soci Mas, PT
Domba Mas, PT Flora Sawita, PT Sumi Asih, PT Ecogreen, PT Wilmar Nabati.
Sementara sebaran investasi industri biodiesel antara lain PT Darmex
Biofuels, PT Nusa Energy, PT Indo Biofuels Energy, PT Bits Energy, PT
Multi Biofuels, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Oleokimia Sejahtera Mas,
dan PT Wilmar Bioenergy Indonesia. Data berjumlah 18 halaman ini berasal
dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia,
Asosiasi Produsen Oleokimia, Gapki serta sejumlah produsen CPO terbesar
di Indonesia. (*)
11) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia ini
menampilkan sejak 2012 Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah
(crude palm oil/CPO) terbesar dunia dan ditargetkan pada 2030 Indonesia
menjadi produsen terbesar dunia untuk oleofood, bio-oleokimia,
bio-energi, bio-lubricant, bio-surfactant, bio-detergent. Juga,
ditampilkan tren data produksi CPO Indonesia sejak 1980-2012/2013,
dengan dukungan jumlah perusahaan perkebunan sawit mencapai 1.320
perusahaan, 74 industri minyak goreng, 46 industri margarin shortening,
44 industri detergen dan sabun, 37 industri oleokimia, dan 20 industri
biodiesel. Dengan devisa ekspor yang besar mencapai US$ 21,3 miliar pada
2012, penerimaan negara dari bea keluar juga terus meningkat menjadi Rp
79,4 triliun di 2012. Pangsa pasar CPO Indonesia di dunia juga terus
naik dari 22% pada 1990, menjadi 30% pada 2000, dan 48% pada 2010.
Selain itu, dipaparkan data perbandingan produktivitas minyak nabati di
dunia dengan keunggulan CPO sebesar 4,27 ton/hektare. Data sebanyak 38
halaman ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
(Gapki) dan diolah duniaindustri.com. (*)
12) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China ini
menampilkan impor soybean China terus meningkat dari 10.000 ribu ton
pada 1996 menjadi 65.000 ribu ton pada 2013/2014. China mulai defisit
soybean sejak 2003 karena produksi domestiknya tidak mencukupi
kebutuhan. Impor soybean China terus meningkat seperti kereta yang sulit
berhenti. Juga ditampilkan komposisi impor soybean China yang dilakukan
BUMN, swasta, dan perusahaan multinasional. Selain itu, dipaparkan
impor palm oil China dari sejumlah negara, terutama Indonesia. Impor
China untuk komoditas olein, stearin, dan PKO asal Indonesia
masing-masing sebesar 63%, 47%, dan 30%. Juga ditunjukkan tren impor
bulanan China untuk komoditas olein periode 2008-2013. Jumlah impor palm
oil China pada 2011/2012 mencapai 5.859 ribu ton, naik menjadi 6.589
ribu ton pada 2012/2013, dan diprediksi naik lagi menjadi 6.600 ribu ton
pada 2013/2014. Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari makalah Jeffery (Jianfei) XU, Dongling Grain & Oil Co Ltd dan diolah duniaindustri.com. (*)
13) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia ini
menampilkan teori perubahan iklim (climate change) termasuk peningkatan
emisi karbon di Indonesia, yang salah satunya disebabkan deforestasi
sekitar 13 juta hektare per tahun. Meski demikian, sektor perkebunan di
Indonesia mampu menghasilkan biodiesel sebagai salah satu alternatif
bahan bakar yang dapat diperbaharui. Data sebanyak 56 halaman ini
berasal dari makalah Dr. Edvin Aldrian APU, Director of the Center for
Climate Change and Air Quality Meteorology Climatology and Geophysics
Agency (BMKG) IPCC Working Group 1 AR 5 Lead Author dan diolah duniaindustri.com. (*)
14) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia ini
menampilkan strategi pengembangan dua komoditas utama Indonesia, yakni
kelapa sawit dan batubara, dikaitkan dengan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di antaranya
ditampilkan tulang punggung pengembangan industri minyak sawit mentah
(CPO) di empat daerah, yakni Sei Mangkei, Dumai, Kalimantan Barat, dan
Kalimantan Timur. Pengembangan industri hilir CPO di Sei Mankei karena
PT Unilever Indonesia dan Ferrostaal telah berinvestasi US$ 1 miliar.
Sedangkan pengembangan industri batubara diarahkan ke Sumatera Selatan
yang menyimpan 39% dari cadangan batubara nasional, sekitar 18,13 miliar
ton. Selain itu, ditampilkan 56 proyek MP3EI senilai US$ 29 miliar yang
diperinci per proyek, skema pendanaan, dan kaitannya dengan program
pemerintah. Data yang terdiri atas 21 halaman microsoft powerpoint ini
dibuat oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (KP3EI) dan diolah duniaindustri.com. (*)
15) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama ini
menampilkan tren harga dari minyak nabati utama (sawit, soybean, dan
lainnya) periode 2008-2013. Selain itu ditampilkan data tujuan ekspor
CPO Indonesia ke dunia, antara lain India 47%, Malaysia 14%, dan
lainnya. Juga dibahas kendala dan tantangan industri CPO di Indonesia
serta perbandingan dengan soybean, meliputi impor soybean Indonesia,
harga soybean, produksi soybean dunia. Data yang terdiri atas 20 halaman
microsoft powerpoint ini dibuat oleh lembaga riset, dan praktisi
pertanian. (*)
16) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga ini
menampilkan perbandingan produksi dan ekspor CPO di Indonesia
2008-2018. Selain itu, outlook produksi minyak mentah Indonesia
2009-2020 yang menampilkan potensi penurunan produksi, sementara
kebutuhan naik 4%-5% per tahun. Di 2020, impor minyak mentah Indonesia
bisa mencapai 1 juta barel per hari. Karena itu, Indonesia harus
mendiversifikasi produksi energi. Bagaimana caranya? Produksi biodiesel
mesti ditambah. Juga ditampilkan data skenario pengubahan minyak mentah
ke biodiesel. Data ini juga menggambarkan skenario untuk memproduksi 100
ribu barel minyak mentah diperlukan 5,25 juta ton CPO per tahun atau
5,8 juta kiloliter biodiesel dari 1 juta hektare lahan dan 1,57 juta
pekerja. Data yang terdiri atas 18 halaman microsoft powerpoint ini
dibuat oleh pelaku usaha dan produsen biodiesel dan diolah duniaindustri.com. (*)
17) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO ini
menampilkan perbandingan populasi, PDB per kapita, konsumsi minyak, di
Indonesia, AS, China, Eropa, dan Rusia. Selain itu, dijabarkan 100
produk turunan CPO serta kapasitas produksi pengolahan, fractionation,
dan modifikasi produk turunan CPO sejak 2011-2013. Ditampilkan juga
kapasitas produksi oleokimia (fatty alcohol dan fatty acid) periode
2004-201, kapasitas produksi biodiesel 2006-2013, proyeksi investasi
hingga US$ 2,7 miliar, regulasi mandatori biodiesel. Ekspor CPO juga
ditampilkan secara mendetail, dari mulai ekspor CPO, ekspor biodiesel,
serta komparasinya dengan kebutuhan domestik periode 2009-2013. Data
yang terdiri atas 20 halaman ini dibuat oleh Asosiasi Produsen Biofuel
Indonesia (Aprobi) dan diolah duniaindustri.com. (*)
18) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor ini
menampilkan peranan industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO)
dalam struktur ekspor nasional, seiring terjadinya defisit neraca
perdagangan yang melemahkan rupiah terhadap dolar AS. Data yang berisi 9
halaman ini dilengkapi tabel dan grafis perkembangan nilai ekspor dan
volume ekspor CPO serta produk turunannya dalam sepuluh tahun terakhir.
Data ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki),
BPS, dan Bank Indonesia. (*)
19) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE ini
berisi tren volume dan nilai ekspor CPO dan produk turunannya, tarif
bea keluar, harga patokan ekspor, harga Rotterdam per bulan selama dua
tahun terakhir. (*)
Sumber: di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 157 database, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 157 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 156 database, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 19 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar