Sekitar 5,9 juta ton baja impor masuk ke Indonesia sepanjang tahun ini. Dengan demikian, total peredaran baja di pasar domestik diperkirakan mencapai 21,9 juta ton.
Padahal, total konsumsi (demand) baja nasional hanya sekitar 13,59 juta ton per tahun. Karena itu, diperkirakan terjadi surplus peredaran baja di pasar domestik sekitar 8,3 juta ton.
Direktur
 Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan 
Rakyat (PUPR) Syarif Burhanuddin mengungkapkan hal itu berdasarkan data 
yang diterimanya. “Tidak kurang dari 5,9 juta ton baja impor masuk ke 
dalam negeri setiap tahunnya. Produksi baja dalam negeri berkisar antara
 15-16 juta ton per tahun. Dengan demikian, peredaran baja secara 
nasional mencapai 21,9 juta ton per tahun,” ujarnya di Jakarta, belum 
lama ini.
Padahal, lanjut dia, konsumsi baja nasional hanya sekitar 13,59 juta ton per tahun. “Artinya, terjadi surplus peredaran baja karena
 supply masih lebih besar dari demand. Akibatnya pengguna cenderung 
mencari yang kualitasnya lebih rendah dengan harga lebih murah,” kata 
Syarif yang juga Ketua Komite Keselamatan Konstruksi (Komite K2).
Meskipun surplus, dia memastikan pemerintah tak akan membatasi impor baja terutama jenis baja tulangan dari luar negeri. Hanya saja menurutnya perlu diwajibkan bahwa baja yang diimpor harus ber-SNI untuk menjaga kualitasnya.
Sementara
 itu, pembangunan infrastruktur di Indonesia pada periode 2020-2024 
diperkirakan membutuhkan dana Rp6.421 triliun sesuai rencana pembangunan
 jangka menengah (RPJM) yang disusun pemerintah. Aliran dana tersebut 
berpotensi memberikan sentimen positif bagi market demand industri penunjang konstruksi, salah satunya industri baja.
“Jika
 dibandingkan belanja infrastruktur pemerintah tiap tahun sekitar Rp400 
triliun, mendekati mungkin Rp500 triliun, maka sudah pasti Rp6.421 
triliun tidak mungkin dibangun oleh pemerintah sendiri,” kata Menteri 
Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.
Menurut
 dia, infrastruktur merupakan salah satu indikator untuk menarik 
investasi selain daya beli terjaga dan ekonomi yang stabil. Selama lima 
tahun ini, indeks kompetitif dan kualitas infrastruktur Indonesia 
meningkat, melampaui Filipina dan Vietnam karena pembangunan 
infrastruktur selama lima tahun ini sudah digenjot.
Meski
 begitu, lanjut dia, infrastruktur di Indonesia masih belum memadai 
dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Kebutuhan infrastruktur yang akan terus digenjot itu di antaranya jalan raya, air bersih, sanitasi, pelabuhan, telekomunikasi dan konektivitas lain.
Sri
 Mulyani mengapresiasi kementerian dan lembaga negara serta pemerintah 
daerah yang berinisiatif membangun infrastruktur yang tidak selalu 
mengandalkan APBD-APBN tetapi memanfaatkan skema KPBU.
Menteri
 Keuangan juga mendorong pemerintah daerah ikut memacu pertumbuhan 
ekonomi agar bisa di atas lima persen di tengah pelemahan ekomomi dunia.
 “Maka salah satu cara untuk meningkatkan pertahanan ekonomi dalam 
negeri, kita harus memacu pertumbuhan sumber-sumber ekonomi,” katanya.
Selain,
 itu pemerintah juga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi investor 
salah satunya dengan adanya penjaminan dalam proyek pembangunan 
infrastruktur. Kementerian Keuangan memiliki BUMN yang membawa misi 
khusus yakni PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dan PT Sarana 
Multi Infrastruktur (SMI) yang keberadaannya saling melengkapi antara 
penjaminan dan pembiayaan.
“Kalau
 mampu bangun berbagai macam proyek, melalui KPBU dengan instrumen mulai
 pembiayaan dan penjaminan, di mana swasta merasa nyaman dan aman, maka 
dengan sendirinya dana itu akan tertarik datang ke Indonesia, sehingga 
kebutuhan Rp6.000 triliun bisa kita atasi,” ucapnya.
Menurut analisis Duniaindustri.com,
 fokus pemerintah di bidang infrastruktur perlu diapresiasi karena 
mendorong permintaan pasar (market demand) industri pendukung 
konstruksi, seperti sektor baja. Besarnya aliran dana masuk ke 
infrastruktur akan mendorong market demand industri pendukung konstruksi
 melampaui proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional.
Meski
 demikian, industri baja masih menghadapi sejumlah tantangan seperti 
membanjirnya impor baik legal maupun ilegal, struktur industri yang 
belum kokoh, ditambah lagi rencana kenaikan harga gas yang bisa 
menggerus ongkos produksi sehingga memperkecil profitabilitas.(*/)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 174 database, klik di sini** Butuh competitor intelligence, klik di sini*** Butuh copywriter specialist, klik di sini**** Butuh content provider (branding online), klik di sini***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 174 database, klik di sini
 - Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
 - Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
 - Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
 - Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
 - Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
 - Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
 - Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
 - Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
 - Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
 - Butuh copywriter specialist, klik di sini
 - Butuh content provider (online branding), klik di sini
 - Butuh market report dan market research, klik di sini
 - Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar