Senin, 23 November 2015

Persaingan Ketat Industri Sepeda Motor

Boleh jadi, sepeda motor dianggap sebagai sarana moda transportasi termurah dan terefisien di Indonesia saat ini. Hal itu dijadikan patokan bagi produsen untuk terus bersaing menguasai pasar industri tersebut.

Lihat saja, data AISI menyebutkan pada Oktober 2015, penjualan motor Yamaha, Suzuki, Kawasaki dan TVS anjlok di atas 30%, sementara Honda masih mencatat pertumbuhan positif.

Penjualan sepeda motor merek Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dan TVS turun signifikan pada Oktober 2015 secara tahunan, dengan rata-rata penurunan di atas 30%, akibat pelemahan daya beli konsumen lokal. Penurunan tersebut melampaui pelemahan secara industri, mengingat penjualan motor secara nasional hanya turun 10,8% pada Oktober 2015 secara tahunan.

Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang diterima duniaindustri.com, penjualan Yamaha–pemegang pangsa pasar terbesar kedua seteah Honda–turun -31% menjadi 131.463 unit pada Oktober 2015 dibanding bulan yang sama tahun au 190.618 unit. Secara bulanan, penjualan Yamaha juga turun -16,8% menjadi 131.463 unit pada Oktober 2015 dibanding September tahun ini 158.101 unit.

Penjualan motor Suzuki anjlok lebih dalam, turun -57,9% pada Oktober 2015 menjadi 7.242 unit dibanding bulan yang sama tahun lalu 17.195 unit. Secara bulanan, penjualan Suzuki turun -20% menjadi 7.242 unit pada Oktober 2015 dibanding September tahun ini 9.050 unit.



Demikian juga penjualan motor Kawasaki turun -30,4% secara tahunan (year on year) dan -1,4% secara bulanan menjadi 10.105 unit pada Oktober 2015 dibanding 14.514 unit pada Oktober 2014 dan 10.251 unit pada September 2015. Penjualan Kawasaki pada Oktober 2015 melampaui Suzuki, sehingga bertengger di posisi ketiga.

Penjualan TVS tercatat turun terparah, -84,3% secara tahunan dan -47,1% secara bulanan, pada Oktober 2015 menjadi 128 unit dibanding 817 pada Oktober 2014 dan 242 unit pada September 2015.

Sedangkan market leader Honda justru mencatatkan pertumbuhan positif, naik 0,3% secara tahunan dan 6,7% secara bulanan, menjadi 453.944 unit pada Oktober 2015 dibanding 452.508 unit pada Oktober 2014 dan 425.458 unit pada September 2015.

Sepanjang 10 bulan (Januari-Oktober) 2015, penjualan motor di Indonesia mencapai 5,42 juta unit, turun -19,4% dibanding periode yang sama tahun lalu 6,72 juta unit.

Populasi motor di Indonesia tahun ini diestimasi 93,25 juta unit, menurut prediksi duniaindustri.com. Estimasi itu berdasarkan data terbaru, Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, ada 86,253 juta unit sepeda motor di seluruh Indonesia pada April 2014, naik 11 % dari tahun sebelumnya 77,755 juta unit.(*)

Sumber: di sini

Selasa, 17 November 2015

Mengenal Pasar Fast Moving Consumer Goods di Indonesia

Pasar fast moving consumer goods (FMCG) di Asia, terutama Indonesia, diperkirakan tumbuh melambat pada tahun ini menjadi 4,6%, hanya separuh dari persentase pertumbuhan dalam dua tahun lalu (10% pada 2014 & 2013). Menurut data Kantar Worldpanel Indonesia–lembaga riset, perlambatan terjadi di semua subwilayah, Asia Utara, Asia Tenggara (terutama Indonesia), dan India.

Soon Lee, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, menjelaskan perlambatan tren pertumbuhan itu dipengaruhi pelemahan penjualan makanan dan minuman yang berkontribusi sekitar 60% dari belanja rumah tangga di Asia.

“Dibandingkan dengan tahun lalu, nilai pasar fast moving consumer goods di Indonesia, Thailand, dan Vietnam melambat secara tajam. Volume penjualan fast moving consumer goods hanya tumbuh 0,4% di Asia. Di sektor non-makanan tumbuh tercepat 3,8%,” papar dalam keterangan tertulis.





Nilai penjualan industri minuman Indonesia dan China melambat, sementara Malaysia menderita pertumbuhan negatif. Sementara penjualan industri makanan di sebagian besar negara-negara Asia melambat, kecuali Vietnam yang mengalami kontraksi. Untuk penjualan produk personal care, kategori perawatan pribadi, di China menunjukkan pertumbuhan positif.

Pertumbuhan tinggi masih terjadi di segmen produk home care. Penjualan segmen ini mencakup pelembut, sabun cuci piring, masih bisa tumbuh dua digit di Indonesia. Sementara penjualan susu tumbuh dua digit di China dan Filipina, namun terjadi kontraksi di kategori susu di India dan Malaysia.

Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (household), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.

Pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%.

Lee menambahkan sejumlah produk FMCG diperkirakan masih dapat tumbuh digit ganda pada tahun ini seperti frozen food dan diapers. Berdasarkan riset Kantar Worldpanel pada tiga bulan terakhir terhadap 20.000 responden, produk siap minum (ready to drink product) seperti kopi siap minum, minuman isotonik, dan minuman energi mempunyai kontribusi volume paling besar untuk konsumsi di luar rumah.

Perusahaan riset itu menemukan hal yang menarik pada pola konsumsi di luar rumah pada setiap kelompok umur. Pada kelompok anak di bawah 10 tahun, preferensi kategori kelompok ini terutama susu cair, biskuit, dan es krim. Remaja usia 11-20 tahun terutama teh siap minum, biskuit, susu cair, dan es krim. Preferensi untuk dewasa usia 31-45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik. Sementara preferensi untuk dewasa di atas 45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik.(*)

Source: di sini

Rabu, 11 November 2015

Populasi Kendaraan di Indonesia Terbesar Ke-6 di Dunia

Tahukah Anda berapa total populasi kendaraan bermotor (meliputi mobil dan motor) di Indonesia hingga 2010? Wow, data duniaindustri yang diperoleh dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menyebutkan, total populasi kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 50.824.128 unit atau terbesar keenam di dunia.

Populasi kendaraan bermotor di dunia yang paling besar berada di Amerika Serikat dengan jumlah 246,56 juta unit, disusul China sebanyak 154,65 juta unit, Jepang 92,49 juta unit, India 76,43 juta unit, Jerman 54,87 juta unit, baru kemudian Indonesia.



Total populasi kendaraan bermotor di Indonesia menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara, di atas Thailand sebanyak 25,29 juta unit, Vietnam 14,51 juta unit, Malaysia 7,28 juta unit, dan Filipina 2,15 juta unit.

Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 234,69 juta orang pada 2010, rasio penduduk terhadap populasi kendaraan bermotor adalah 1 unit kendaraan berbanding 4,6 orang. Itu berarti setiap 4,6 orang di Indonesia memiliki satu kendaraan bermotor, baik mobil ataupun motor.

Perkembangan populasi kendaraan bermotor di Indonesia bergerak melebihi pertumbuhan panjang jalan di negeri ini. Panjang jalan di Indonesia hingga tahun lalu mencapai 368.360 kilometer. Dengan begitu, rasio kendaraan bermotor terhadap panjang jalan di Indonesia mencapai 138 unit/kilometer. Rasio kendaraan bermotor terhadap panjang jalan di Indonesia cukup tinggi dibanding Malaysia yang hanya 74 unit/kilometer, Filipina 11 unit/kilometer, namun di bawah Thailand 441 unit/kilometer dan Vietnam 5.581 unit/kilometer.

Tingginya populasi kendaraan bermotor di Indonesia tidak lepas dari pesatnya pertumbuhan penjualan mobil dan motor di negeri ini. Duniaindustri mencatat, di semester I 2011 penjualan mobil di Indonesia whole sales (sampai tingkat dealer) mencapai 415.276 unit, naik 12,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 370.214 unit. Penjualan motor di Indonesia naik 12,86% di semester I 2011 dibanding semester I 2011, dari 3,6 juta unit menjadi 4,07 juta unit.(*)

Senin, 09 November 2015

Industri Keramik Pangkas Utilisasi hingga 20%

Industri keramik nasional belum lepas dari berbagai tekanan yang dialami tahun ini, seperti perlambatan perekonomian nasional, kelesuan permintaan lokal, depresiasi rupiah, serta harga gas yang tinggi. Tidak heran, industri keramik nasional terpaksa menurunkan tingkat pemanfaatan kapasitas terpasang (utilisasi) hingga 20%.

Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) menyatakan, utilisasi industri keramik menurun hingga 20,41% pada tahun ini dari sekitar 90% tahun lalu menjadi kisaran 70%-72%. Penurunan utilisasi itu akan menyebabkan produksi keramik nasional juga anjlok sekitar 20% menjadi 390 juta meter persegi dibanding tahun lalu sebesar 490 juta meter persegi.

“Sejak awal tahun ini sudah terlihat adanya penurunan permintaan. Penurunan produksi setiap pabrik beda-beda, tetapi secara keseluruhan sekitar 70% hingga 72% dari kapasitas yang ada, padahal tahun lalu utilisasinya mencapai lebih dari 90%,” kata Ketua Umum Asaki, Elisa Sinaga.

Elisa menilai, pelemahan ekonomi global dan lesunya sektor properti di dalam negeri membuat permintaan keramik turun cukup dalam. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang merosot tajam, harga gas yang masih tinggi, dan kenaikan upah minimum regional (UMR) semakin menekan industri keramik tahun ini.

“Beban operasional semakin membengkak karena sejumlah kenaikan, tetapi industri juga tidak bisa menaikkan harga karena minimnya permintaan. Sehingga mereka terpaksa mengurangi produksi untuk menutup kerugian,” papar dia.



Padahal, lanjut Elisa, kapasitas produksi industri keramik pada tahun ini mengalami kenaikan 7,69% menjadi 560 juta meter persegi dibanding tahun lalu sebesar 520 juta meter persegi. Tetapi akibat sepinya permintaan, penambahan kapasitas tersebut tidak bisa menggenjot produksi keramik nasional.

“Penambahan kapasitas produksi sudah mulai dilakukan sejak 2 tahun hingga 3 tahun yang lalu saat permintaan keramik sedang booming. Tapi saat pabrik baru mulai beroperasi sekarang, permintaan justru sedang turun, jadi tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal,” ujarnya.

Elisa menambahkan, pabrik-pabrik baru tersebut tetap harus berproduksi untuk mengurangi potensi kerugian perusahaan. Akibatnya, beberapa perusahaan menyiasatinya dengan menurunkan produksi di pabrik eksisting dan juga memproduksi keramik di pabrik baru, meski tidak dengan kapasitas optimal.

“Di awal tahun, produksi industri keramik masih cukup tinggi, karena industri mampu bekerja dengan normal untuk mengisi stok-stok di gudang. Produksi mulai turun pada Maret hingga April ketika stok sudah penuh dan semakin parah sejak Mei hingga September kemarin,” tutur Elisa.

Tahun lalu, penjualan keramik di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 36 tiliun, naik dibanding 2013 yang mencapai Rp 32 triliun. Elisa menambahkan saat ini produksi keramik kelebihan pasokan. Produksi keramik nasional diproduksi oleh 70 produsen keramik yang tercatat di Asaki. “Kami berharap kelebihan produksi karena dalam dua tahun terakhir ini pabrik-pabrik baru mulai beroperasi. Pada saat itu, produsen melakukan investasi untuk memenuhi permintaan keramik dari industri properti yang kala itu tumbuh pesat,” jelasnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)

Sumber Daya Alam Indonesia Dinikmati Singapura

jumpa lagi
kesempatan ini kita akan ngobrol soal sumber daya alam

Duniaindustri.com (September 2015) – Pemerintah mengungkapkan banyak hasil kekayaan Indonesia yang keuntungannya dinikmati oleh negara tetangga, Singapura. Untuk itu, pemerintah berusaha agar keuntungan tersebut bisa dinikmati oleh Indonesia.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, hal itu terjadi lantaran Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Indonesia tidak diimbangi dengan sektor pengolahan yang memadai sehingga setiap produk mentah yang dihasilkan dari hasil alam Tanah Air kemudian di bawa ke Singapura karena Singapura memiliki fasilitas pengolahan dan gudang berikat.
Setelah menjadi barang jadi, lanjut Darmin, Singapura nantinya melakukan ekspor ke negara lain. “Ini saya ada cerita kenapa kok kita yang hasilkan sumber daya alam yang banyak, tapi yang kaya Singapura,” kata Darmin.
Tidak hanya itu, jelas mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini, Singapura dengan fasilitas gudang berikat yang dimilikinya juga menampung serbuan distribusi barang-barang impor dari berbagai negara, termasuk barang yang diimpor Indonesia
“Kita salah satu negara yang impor kapas dari Rusia, kita juga impor banyak setiap tahun dari AS, tapi karena tidak punya gudang berikat tidak bisa di simpan di sini,” ujar dia.
Untuk itu, tegas Darmin, agar keuntungan tidak terus menerus dinikmati bangsa lain, pemerintah berencana akan membangun gudang logistik di Tanah Air untuk menampung barang-barang tersebut. “Kenapa kita tidak buat di sini. Supaya tidak perlu impor lagi,” pungkasnya.
18 Keunggulan SDA
Jika berbicara sumber daya alam, Indonesia memiliki sejumlah komoditas yang mendunia. Keunggulan itu sudah diakui secara global sehingga tidak heran banyak investor asing yang melirik negeri ini. Berdasarkan penelusuran tim redaksi duniaindustri.com tercatat 18 komoditas RI memiliki peringkat dunia.
Ke-18 komoditas tersebut merupakan sumber daya alam dan sumber daya industri Indonesia yang menempati peringkat strategis di dunia.
komoditas-indonesia
Sejak 2011, Indonesia telah resmi menyandang predikat produsen dan eksportir minyak sawit mentah terbesar pertama di dunia. Negeri ini juga menjadi produsen dan eksportir rempah-rempah terbesar pertama di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai eksportir terbesar batubara di dunia, produsen dan eksportir timah terbesar di dunia, dan lainnya.(*/berbagai sumber)
Keunggulan komoditas Indonesia di dunia:
1. Produsen dan eksportir minyak sawit mentah terbesar pertama di dunia
2. Produsen dan eksportir rempah-rempah terbesar pertama di dunia
3. Eksportir batubara terbesar kedua di dunia
4. Produsen dan eksportir timah terbesar di dunia
5. Produsen dan eksportir nikel terbesar keempat di dunia
6. Produsen dan eksportir tembaga terbesar ke-11 di dunia
7. Produsen dan eksportir bauksit terbesar ketujuh di dunia
8. Produsen dan eksportir biji besi terbesar kelima di dunia
9. Produsen emas terbesar ke-12 di dunia
10. Produsen gas terbesar ketujuh di dunia
11. Produsen dan eksportir tekstil terbesar ke-7 di dunia, dan terbesar ke-11 untuk garmen
12. Produsen dan eksportir minyak zaitun (bahan baku parfum) terbesar di dunia
13. Produsen dan eksportir kopi terbesar ketujuh di dunia
14. Produsen dan eksportir alas kaki terbesar kelima di dunia
15. Produsen dan eksportir karet terbesar kelima di dunia
16. Produsen dan eksportir kertas dan pulp terbesar kesembilan di dunia
17. Produsen dan eksportir biji kakao terbesar ketiga di dunia
18. Produsen dan eksportir rotan terbesar ketiga di dunia
Sumber: berbagai sumber diolah duniaindustri.com

Minggu, 08 November 2015

10 Website dengan Valuasi Termahal di Indonesia

jumpa lagi
kali ini kita akan membahas soal website termahal di indonesia



10 Website dengan Valuasi Termahal di Indonesia


Duniaindustri.com (September 2015) – Inilah 10 website dengan valuasi termahal di Indonesia. Data dari webstatsdomain.org yang dikumpulkan duniaindustri.com menyebutkan, Detik.com menduduki urutan pertama website termahal di negeri ini dengan estimasi valuasi nilai US$ 19.408.035 (atau setara Rp 275 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$).
Detik.com menduduki peringkat 267 di dunia, dari sekitar 30 juta website secara gobal. Sekitar 74,3% traffic berasal dari Indonesia, dan skor search engine optimization (SEO) 76%.
Di peringkat kedua website termahal, Kaskus.co.id dengan nilai valuasi US$ 17.808.931 (setara Rp 252,3 miliar) yang menempati ranking 304 dunia. Sekitar 56,9% traffic kaskus berasal dari Indonesia, dengan skor SEO 77%.
Urutan ketiga diduduki Kompas.com dengan nilai valuasi US$ 13.643.062 (atau setara Rp 193,3 miliar). Kompas.com menduduki ranking 402 dunia dengan ditopang traffic 92,8% dari Indonesia. Skor SEO Kompas.com 83%.
Bertengger di posisi keempat, portal berita dari Emtek Group, yakni Liputan6.com, dengan valuasi US$ 10.934.744 atau setara Rp 154,9 miliar. Liputan6.com menduduki ranking 450 dunia yang ditopang traffic 93,5% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini tergolong tertinggi sebesar 82%.
Di posisi kelima, situs e-commerce marketplace Bukalapak.com memiliki valuasi US$ 7.443.979 atau setara Rp 105,4 miliar. Bukalapak.com menduduki ranking 472 dunia yang ditopang traffic 96,9% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini tergolong standar, sebesar 63%.
Lazada.co.id berada di posisi keenam dengan valuasi nilai US$ 3.782.512 atau setara Rp 53,5 miliar. Secara global, Lazada.co.id berada di ranking 639 dunia, ditopang traffic 95,9% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini sebesar 74%.
Ketujuh, e-commerce yang semula tenar dengan nama Tokobagus.com kemudian berubah menjadi Olx.co.id, dengan valuasi US$ 2.167.954 atau setara Rp 30,7 miliar. Secara global, Olx.co.id berada di ranking 1.081 dunia, ditopang traffic 94,9% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini sebesar 76%.
Kedelapan, situs e-commerce marketplace Tokopedia.com memiliki valuasi nilai US$ 2.087.511 atau setara Rp 29,5 miliar. Secara global, Tokopedia.com berada di ranking 713 dunia, ditopang traffic 96,2% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini sebesar 70%.
Kesembilan, portal berita besutan Grup Bakrie, Viva.co.id, memiliki valuasi nilai US$ 1.863.413 atau setara Rp 26,4 miliar. Secara global, Viva.co.id berada di ranking 1.194 dunia, ditopang traffic 95,6% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini sebesar 66%.
Terakhir, di posisi kesepuluh ditempati Tribunnews.com, portal berita milik Grup Kompas, dengan nilai valuasi US$ 1.619.162 atau setara Rp 22,9 miliar. Secara global, Tribunnews.com berada di ranking 1.277 dunia, ditopang traffic 92,9% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini tergolong paling rendah di antara kesepuluh web termahal sebesar 58%.
Konsep Baru
Di tengah hiruk pikuk persaingan e-commerce yang makin ketat, Desainbagus.com sebagai salah satu creative digital agency terdepan di Indonesia ikut mendukung pertumbuhan bisnis berbasis online di Indonesia. Menyadari pesatnya bisnis e-commerce di Indonesia, Desainbagus.com menawarkan konsep dan pendekatan baru bagi pebisnis di industri ini.
Desainbagus.com mengusung konsep targeting experience bagi pebisnis online dengan memfokuskan perhatian terhadap target (sasaran/goal) dari pebisnis online. Dengan pengalaman dan line-up toolyang lengkap, konsep baru ini memudahkan pebisnis online untuk mencapai target dalam waktu singkat. Secara praktis, pebisnis online tinggal mengutarakan target yang diinginkan, sementara Desainbagus.com akan bekerja dari mulai ide, strategi, sarana dan alat kelengkapan (tools), analisis dan riset persaingan, hingga evaluasi hasil.
“Konsep baru ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi pebisnis online ataupun pendatang baru untuk menjawab tantangan yang makin ketat,” kata CEO Desain Bagus Group Caturama Aritsyah.
Dengan dukungan kompetensi yang mumpuni dari pembuatan desain, web dan aplikasi, programmingscripting, hingga web maintenance, SEO, copywritingcompetitor analysissocial media management dan viral apps, hingga branding strategy, konsep baru ini mampu membawa industri berbasis online ke level baru yang lebih tinggi. Hal itu juga tentu didukung dengan berbagai keunggulan seperti low cost, desain unik dan berkualitas, serta costumer friendly.
Sejak 2011, Desainbagus.com telah dipercaya ribuan costumer mulai dari perusahaan skala besar, menengah, hingga industri kecil. Sebut saja, PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR), PT Hexa Eka Life Insurance, PT Megapolitan Development Tbk (EMDE), PT Argo Selaras, PT Synergi Dinamik Jaya, PT Kombat Excelindo, PT Dyas Mitra Selaras, PT Nadiso Ridean Teknologi, hingga brand terkemuka seperti Kusuka dan Catylac.
Dengan sumber daya muda dan berdaya juang tinggi, desainbagus.com berambisi ikut memajukan bisnis e-commerce di Indonesia. Hingga semester I 2015, total jumlah website dan aplikasi online yang telah dikembangkan Desain Bagus Group mencapai 1.100, naik dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Kontrak pembuatan aplikasi online juga datang dari korporasi besar dari sektor asuransi, farmasi, perbankan, telekomunikasi, sekuritas, media, agroindustri, dan lainnya.
Begitu juga dengan kinerja finansial Desain Bagus Group. Pertumbuhan permintaan mendorong kenaikan pendapatan dan profitabilitas, sekaligus meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dan karyawan. Nilai tambah itu berupa pembagian dividen dari laba bersih perusahaan yang dibagikan pada Juli 2013. Bahkan, pada akhir Maret 2014, Desain Bagus Group mampu memberikan dividen kedua bagi pemegang saham yang meningkat dibanding dividen pada 2013, sekitar 30% dari laba bersih perusahaan.
“Dengan strategi yang tepat dan terarah, Desain Bagus Group akan terus berekspansi dan menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan kinerja yang efisien dan berkesinambungan,” kata CEO Desain Bagus Group Caturama Aritsyah. Untuk mengembangkan bisnis ke depan, Desain Bagus Group membuka peluang untuk kerjasama menguntungkan dengan mitra strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan lebih pesat. Desain Bagus Group juga memiliki rencana jangka panjang yakni go public dalam 10 tahun mendatang.(*tim redaksi)

Rabu, 04 November 2015

Industri Manufaktur Tumbuh di Bawah Ekonomi

Halo semua, salam kenal
Kali ini kita mau berbicara soal industri manufaktur.

Industri Manufaktur Hanya Tumbuh 4,22%
Indeks pertumbuhan produksi industri manufaktur Indonesia pada kuartal III tahun ini hanya mengalami kenaikan 4,22% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Perlambatan pertumbuhan manufaktur itu ikut disebabkan berlanjutnya perlambatan ekonomi nasional.

Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers mengatakan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal III 2015 naik 4,22% (year on year) dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan itu disebabkan naiknya produksi farmasi, produk obat kimia dan tradisional yang naik 15,31%, industri pengolahan naik 13,53%, dan mesin serta perlengkapan naik 8,28%.

Sedangkan jenis industri yang mengalami penurunan antara lain pakaian jadi yang turun 12,01%, minuman turun 7,38%, dan alat angkutan lainnya mengalami penurunan 5,71%. “Sedangkan secara quarter to quarter, pertumbuhan manufaktur hanya naik 1,04%. Ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu, tapi masih tinggi dibanding kuartal ketiga di 2013. Ini karena perlambatan ekonomi,” papar Suryamin.

Suryamin menyatakan, jenis-jenis industri yang mengalami kenaikan terbesar secara kuartalan ini adalah mesin dan perlengkapan yang naik 6,96%, alat angkutan lainnya naik 5,81%, dan industri pengolahan lainnya naik 4,87%. Sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi adalah kulit dan alas kaki yang turun 2,91%, karet, barang dari karet dan plastik turun 2,80%, serta minuman yang juga turun 2,87%.

“Jadi industri manufaktur secara kuartalan itu per industri mengalami penurunan, tapi penurunannya memang tidak signifikan, hanya dua persenan. Kalau industri yang naik itu kenaikannya malah signifikan, di atas lima persenan,” ujarnya.

Duniaindustri.com menilai pertumbuhan produksi industri manufaktur hingga kuartal III 2015 tertekan oleh depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, perlambatan perekonomian nasional, serta jatuhnya harga komoditas dunia. Hal itu sudah terlihat sejak kuartal II 2015, saat aktivitas industri manufaktur mulai melemah, pabrik memangkas utilisasi, serta tren PHK merebak.

Pertumbuhan produksi industri manufaktur per kuartal III 2015 sebesar 4,22% masih di bawah proyeksi perekonomian nasional yang dibuat Bank Indonesia pada periode yang sama sebesar 4,85%. Hal itu mengindikasikan terjadinya tekanan terhadap industri manufaktur nasional, meski pemerintah telah memberikan sejumlah insentif.

Relatif rendahnya produksi industri manufaktur per kuartal III 2015 sebenarnya sudah tergambar dari survei indeks manajer pembelian (PMI) yang dilakukan The Nikkei/Markit, PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2015 anjlok ke level 47,3 dari 47,8 pada Juni. Sebagai catatan, dari skala 0 hingga 100, level di bawah 50 menunjukkan terjadinya kontraksi dan sebaliknya di atas 50 terjadi pertumbuhan.

Hasil survei itu mengindikasikan dengan kondisi ekonomi yang memburuk, pabrik di Indonesia melepas tenaga kerja pada level tercepat sejak survei dimulai pada 2011. Kondisi itu terjadi karena pesanan baru dari domestik maupun luar negeri menurun pada Juli 2015, seiring pelemahan ekonomi dan jatuhnya kepercayaan pemesan. Hal itu mengisyaratkan awal yang lemah untuk pertumbuhan industri di kuartal III 2015.

“Tingkat inflasi yang moderat dikombinasikan dengan jatuhnya produksi manufaktur menyediakan BI ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter dalam beberapa bulan mendatang, dengan pertemuan (Rapat Dewan Gubernur BI) berikutnya yang dijadwalkan pada 18 Agustus,” kata Pollyanna De Lima, ekonom Markit dalam keterangan tertulis.

Sejumlah asosiasi sektor industri juga melaporkan penurunan penjualan pada semester I 2015 akibat pelemahan ekonomi serta depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Akibat kondisi tersebut, sejumlah industri yang mengalami penurunan penjualan di atas 30% terpaksa menurunkan utilisasi pabrik, bahkan ada yang telah merumahkan pekerja (layoff). Sumber: di sini