Senin, 27 Juni 2016

Daftar Buyer Agent Textiles Industry in Indonesia

Industri tekstil merupakan salah satu pendorong pertumbuhan manufaktur nasional, mengingat negeri ini cukup disegani dan menduduki peringkat kesembilan dalam jajaran produsen tekstil dunia. Namun, perkembangan industri ini dalam tiga tahun terakhir tidak begitu menggembirakan.

Padahal, selain jadi salah satu produsen terbesar dunia, Indonesia juga menjadi pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara. Tekstil sebagai kebutuhan dasar manusia mestinya mampu dimanfaatkan oleh industri demi pertumbuhan kinerja bisnis yang menjanjikan. Namun, persoalan di industri ini tidak kalah besar.

Untuk merekam track record pertumbuhan dan seluk beluk industri tekstil, industri serat tekstil, industri garmen, duniaindustri.com memiliki sedikitnya 4 data dan riset industri khusus. Mari kita simak ulasannya berikut ini:

1) Tren Fashion dan Data Industri Tekstil
2) Data Komprehensif Industri Tekstil Indonesia (periode tiga tahun terakhir)
3) Data Pangsa Pasar Top 10 Perusahaan Benang dan Serat Tekstil
4) Data Buyer Agent Tekstil Terbesar dan Representative Office di Indonesia


Berikut ulasannya:

A) Tren Fashion dan Data Industri Tekstil. Data ini menampilkan tren fashion dan data industri tekstil, mulai dari tren industri fashion dunia. Industri fashion dunia masih tumbuh positif pada 2015 dengan tiga proyeksi: 6% (pertumbuhan rendah), 8% (pertumbuhan moderat), dan 12% (pertumbuhan tinggi). Dengan proyeksi seperti itu, nilai pasar industri fashion dunia diperkirakan US$ 550 miliar – US$ 854 miliar pada 2015.

Pasar fashion dan tekstil terbesar di dunia masih dipegang Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, dengan pertumbuhan yang relatif rendah, sekitar 2% hingga 2020, dipengaruhi perlambatan ekonomi global. Pasar fashion untuk wanita tumbuh paling tinggi, sekitar 4,8%, mengindikasikan kebutuhan fashion wanita terus tumbuh.

Dari segmentasi, pakaian luar (outerwear) berkontribusi terbesar, sekitar 57,2% terhadap total pasar fashion, disusul sepatu (footwear), dan pakaian dalam (underwear). Pakaian pria menyumbang kontribusi terbesar hingga 42% untuk segmen apparel (tekstil), disusul pakaian wanita 36%, dan pakaian anak-anak 22%.

Sementara di Indonesia, nilai pasar tekstil yang termasuk produk fashion pada 2015 diestimasi US$ 15,19 miliar atau setara Rp 208 triliun (kurs Rp 13.700/US$), menurut kompilasi data duniaindustri.com dari BPS, asosiasi industri, dan sumber lainnya. Perlambatan pertumbuhan di 2015 disebabkan depresiasi rupiah terhadap dolar AS, perlambatan perekonomian global, serta anjloknya harga komoditas dunia.

Data ini juga dilengkapi dengan tren warna fashion 2016 yang diperkirakan masih didominasi warna cerah. Selain itu, data industri tekstil, mulai dari ekspor, impor, biaya produksi tekstil, juga dipaparkan dalam data ini. Di sisi lain, ditampilkan juga peta persaingan perusahaan produsen fashion ternama di Indonesia dan di dunia.

Data sebanyak 13 halaman pdf ini berasal dari berbagai sumber antara lain asosiasi industri, lembaga riset dunia, dan BPS. Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

B) Data Komprehensif Industri Tekstil Indonesia (periode tiga tahun terakhir) ini berisi tren konsumsi tekstil, kinerja produksi dari hulu hingga hilir, perdagangan (ekspor impor), analisis pasar ekspor dan kondisi perekonomian negara tujuan ekspor. Data yang berjumlah total 14 halaman ini berasal dari asosiasi industri mencakup Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Fiber Indonesia (Apsyfi), Badan Pusat Statistik.(*)

C) Data Pangsa Pasar Top 10 Perusahaan Benang dan Serat Tekstil. Pangsa Pasar Top 10 Perusahaan Benang dan Serat (Tekstil Hulu). Data Pangsa Pasar Top 10 Perusahaan Benang dan Serat ini menggambarkan penguasaan pasar top 10 perusahaan benang dan serat di Indonesia periode 2011-2013.(*)

D) Data Buyer Agent Tekstil Terbesar dan Representative Office di Indonesia ini berisi nama perusahaan buyer agent tekstil global dan representative office di Indonesia, contact person, nomor telepon. Buyer agent yang dimaksud antara lain Adidas Group, Columbia Sportwear Company, Contempo Limited, Easthern Fashions, Focus Far East Ltd, GAP Indonesia, H&M Internatioanl Ltd, Linmark Westman, PTE.Ltd, Marubeni Indonesia, Mitsubishi Corporation, Nike Indonesia, PT Artamenara Interindo.(*)

Baca selengkapnya, klik di sini
* Cari data spesifik, ingin request data/riset pasar, klik di sini

Minggu, 26 Juni 2016

Membedah Market Leader Industri Elektronik di Indonesia

Industri elektronik menjadi salah satu penyumbang devisa ekspor yang cukup signifikan. Selain itu, industri ini memiliki pasar yang sangat besar di dalam negeri.

Bagaimana rekam jejak industri elektronik di Indonesia, tren pertumbuhan, serta pangsa pasar pemain utama, duniaindustri.com memiliki sedikitnya dua data industri elektronik, simak ulasannya berikut ini:

1) Data Industri Elektronik Home Appliances 2005-2015
2) Data dan Analisis Industri Elektronik Menghadapi ASEAN Community


Berikut penjelasannya:

A) Data Industri Elektronik Home Appliances 2005-2015 ini menampilkan data, kajian, analisis, dan riset terkait seluruh informasi mengenai industri elektronik rumah tangga (home appliances) di Indonesia, mulai dari tren nilai pasar (market size) untuk industri elektronik home appliances, 14 kategori elektronik home appliances, analisis tren pertumbuhan 2005-2015, volume pasar (demand) 14 kategori elektronik home appliances, porsi kategori produk terhadap total pasar elektronik home appliances, hingga pangsa pasar, serta tren pasar elektronik global.

Data ini dimulai dari tren pertumbuhan nilai pasar industri elektronik home appliances di Indonesia periode 2005-2015, dilengkapi dengan tren pertumbuhannya, dan 14 kategori yang termasuk produk elektronik home appliances (halaman 2).

Kemudian, data market size tersebut dianalisis secara khusus pada halaman 3 untuk menghitung pertumbuhan rata-rata majemuk per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) 2005-2015. Di halaman 4, diuraikan volume pasar 14 kategori elektronik home appliances di Indonesia dan tren yang terjadi sejak 2013-2015.

Pada halaman 5, diulas kontribusi 14 kategori elektronik home appliances terhadap total pasar elektronik home appliances di Indonesia. Di halaman 6, dijabarkan tren pangsa pasar televisi di Indonesia dengan delapan pemain utama yang menguasai market share terbesar.

Di halaman 7, ditampilkan tren investasi dan ekspor produk elektronik home appliances sejak 2007-2025 (forecast). Berdasarkan riset duniaindustri.com, nilai investasi industri elektronik nasional pada 2012 ditargetkan mencapai US$ 7 miliar dengan ekspor US$ 20 miliar, rata-rata investasi kumulatif mencapai US$ 500 juta per tahun. Di halaman 8, diulas tren produksi dan serapan tenaga kerja di industri elektronik nasional.

Pada halaman 9-10, diulas strategi pengembangan industri elektronik berdasarkan rancangan pemerintah periode 2010-2025. Data ini dilengkapi dengan analisis kekuatan dan kelemahan industri elektronik nasional pada halaman 11 & 13. Data ini juga dilengkapi dengan perilaku pasar konsumen elektronik home appliances pada halaman 12.

Pada halaman 14-25, diulas tren industri elektronik secara global, mulai dari neraca perdagangan produk elektronik di negara-negara ASEAN dan porsi tujuan perdagangan produk elektronik negara ASEAN (halaman 14), negara eksportir elektronik terbesar di ASEAN beserta top 5 produk elektronik yang paling banyak diekspor (halaman 15). Indonesia menempati urutan keenam dalam eksportir produk elektronik terbesar di ASEAN, sementara produk elektronik yang paling banyak diekspor adalah electronic integrated circuits and micro-assemblies.

Pada halaman 16-18, ditampilkan matriks perbandingan daya saing sejumlah industri manufaktur dan komoditas, termasuk consumer electronics dan electronic components, dari seluruh negara di ASEAN.

Data ini dilengkapi dengan proyeksi pertumbuhan industri elektronik global per kawasan periode 2013-2015 pada halaman 19, tren nilai pasar elektronik global periode 2005-2015 beserta tren pertumbuhannya pada halaman 20. Secara khusus, data ini menampilkan tren market size elektronik global dibagi per kawasan, lengkap dengan tren pertumbuhan, jumlah populasi, serta rata-rata penduduk per rumah tangga. Asia Tenggara dan China merupakan pasar elektronik global terbesar dengan jumlah populasi 3,9 miliar orang, GDP 6,7% (2015), dan nilai pasar lebih dari US$ 70 miliar.

Tidak ketinggalan, ditampilkan juga pada halaman 24-25 top 10 global market share untuk industri elektronik home appliance lengkap dengan nilai penjualannya.

Data sebanyak 26 halaman ini berasal dari Kementerian Perindustrian, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Electronic Marketer Club (EMC), Gabungan Elektronik Indonesia (Gabel), sejumlah perusahaan elektronik terbesar, dan diolah duniaindustri.com.

Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

B) Data dan Analisis Industri Elektronik Menghadapi ASEAN Community ini menampilkan neraca perdagangan produk elektronik di negara-negara ASEAN. Nilai ekspor produk elektronik Indonesia ke negara-negara ASEAN tercatat US$ 593 juta, sementara ekspor produk elektronik Indonesia ke dunia mencapai US$ 8 miliar. Nilai ekspor produk elektronik Indonesia ke ASEAN masih jauh tertinggal dibanding Malaysia (US$ 2,5 miliar), Singapura (US$ 6,2 miliar) dan Thailand (US$ 2,3 miliar). Juga ditampilkan porsi tujuan perdagangan produk elektronik negara ASEAN.

Selain itu, ditampilkan ranking eksportir produk elektronik negara-negara ASEAN, dimana Indonesia menempati urutan 29 dengan nilai US$ 10,4 miliar dengan pertumbuhan per tahun 28,1%. Juga diperinci produk elektronik yang mendominasi ekspor dari Negara ASEAN.

Secara khusus, data dan analisis ini juga menampilkan perbandingan daya saing industri di negara ASEAN, antara lain industri makanan olahan, kayu, tekstil, kimia, elektronik, otomotif, dan mineral. Data dan analisis komprehensif yang berjumlah 45 halaman ini merupakan hasil kompilasi tim riset Duniaindustri.com, berasal dari Kementerian Perindustrian, BPS, ASEAN Trade Map, BDG Asia, Bank Dunia.

Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik purchase, klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

Baca selengkapnya di sini
* Cari data/riset pasar yang lebih spesifik, ingin request data/riset pasar, klik di sini
** Butuh content provider andal, klik di sini

Rabu, 22 Juni 2016

Mengupas Peta Persaingan Industri Kosmetik

Riset Pasar dan Analisis Industri Kosmetik (Tren Pertumbuhan dan 5 Merek Paling Laris) ini dirilis per Juni 2016 menampilkan riset independen, data, analisis, kajian, dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai peta persaingan di industri kosmetik di Indonesia, mencakup highlights dan profil ringkas pemain-pemain di industri ini, tren permintaan/kebutuhan (demand) di pasar lokal, hingga analisis pangsa pasar sejumlah produk kosmetik dengan tingkat persaingan paling tinggi.

Data ini dimulai dengan menampilkan highlights ekonomi serta pasar Indonesia, dilengkapi tren konsumen dan tingkat daya beli. (halaman 2-4)

Pada halaman 5, disajikan terminologi kosmetik dari bahasa Yunani yang berarti berhias. Dilanjutkan dengan profil singkat industri kosmetik nasional pada halaman 6, berisi jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, ekspor-impor, serta segmentasi produk kosmetik.

Di halaman 7, ditampilkan nilai penjualan (market size) industri kosmetik di Indonesia periode 2009-2015 disertai persentase pertumbuhannya. Data di halaman 7 dikomparasi dengan pertumbuhan kosmetik (personal care dan home care) dengan total pertumbuhan industri consumer goods di halaman 8.

Pada halaman 9-11, duniaindustri.com membuat riset pasar terkait pangsa pasar lipstik per merek di Indonesia, tren pangsa pasar 2010-2015, serta analisis market leader. Khusus untuk produk bedak, ditampilkan juga pangsa pasar per merek serta analisis market leader di halaman 12-13.

Di halaman 14-15, dipaparkan tren penjualan kosmetik secara ritel dan consumer behavioral.

Beranjak pada halaman 16-44 merupakan intisari riset ini yang menampilkan market intelligence terhadap 4 perusahaan market leader di industri kosmetik di Indonesia. Tinjauan diarahkan pada kinerja keuangan, penjualan per kategori produk, strategi pemasaran, jaringan distribusi, kapasitas produksi dan fasilitas pabrik, serta strategi pengembangan produk.

Sementara pada akhir riset ini menampilkan 5 merek (top 5) kosmetik dengan nilai penjualan paling tinggi di Indonesia.

Riset Pasar dan Analisis Industri Kosmetik (Tren Pertumbuhan dan 5 Merek Paling Laris) sebanyak 45 halaman ini berasal dari riset duniaindustri.com dengan dukungan data yang berasal dari BPS, WHO dan Bank Dunia, serta sejumlah perusahaan kosmetik di Indonesia. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih.(*)

Baca selengkapnya di sini

Kamis, 16 Juni 2016

Daftar 9 Perusahaan Market Leader Bisnis Beton Pracetak

Sebanyak 9 perusahaan menguasai 89% kapasitas produksi beton pracetak di Indonesia. Menurut penelusuran data duniaindustri.com, kesembilan perusahaan beton pracetak tersebut merupakan pemain utama (big players) dari total sekitar 20 perusahaan yang berkecimpung di sektor ini dengan 28 fasilitas produksi dan total kapasitas produksi nasional mencapai 5,2 juta ton per tahun.

Adalah PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) yang menjadi pemimpin pasar (market leader) di industri beton pracetak dengan pangsa pasar (market share) 42,7% pada 2015, menurut pernyataan perusahaan. Dari sisi kapasitas produksi, Wijaya Karya Beton atau sering dikenal Wika Beton menguasai 38,6% dari total kapasitas produksi di Indonesia. Pada 2015, kapasitas produksi beton pracetak perseroan mencapai 2,34 juta ton per tahun.

Tahun lalu, perseroan mempertahankan posisi terbesar dalam kepemilikan pangsa pasar di Indonesia dengan memiliki sembilan pabrik, enam wilayah penjualan, dan dua kantor representative penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. Seluruh pabrik dan wilayah penjualan tersebut senantiasa bersinergi secara menyeluruh untuk memastikan kepuasan pelanggan melalui kualitas dan spesifkasi produk yang sesuai, ketepatan waktu, serta harga yang bersaing.

Selain Wika Beton, kesembilan perusahaan big players di industri beton pracetak antara lain PT Adhimix Precast Indonesia, PT Waskita Beton Precast, PT Waskita Beton Precast, PT Jaya Beton Indonesia.

Wijaya Karya Beton diprediksi meraup untung dari belanja pemerintah yang sebagian besar untuk infrastruktur pada tahun ini. "Bersama dengan induk usaha perseroan, yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), akan memperoleh pendapatan dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (LRT). Kontrak yang didapatkan Wika Beton dari proyek ini diperkirakan Rp 6-9 triliun," papar analis PT Daewoo Securities Indonesia Mimi Halimin melalui risetnya.

Namun, menurut Mimi, akan tercipta kompetisi yang ketat di bisnis precast, karena semua BUMN konstruksi telah memiliki unit usaha di bidang ini. Sebagai contoh, PT Waskita Beton Precast, anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT), memiliki kapasitas yang hampir sama dengan Wika Beton, yaitu 2,25 ton per tahun.

Walaupun kompetisi semakin berat, namun sepertinya permintaan untuk beton pracetak akan meningkat seiring belanja infrastruktur yang terus tumbuh.

Berdasarkan data media, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp160 triliun sepanjang Januari 2016 atau 7,6% dari APBN 2016, dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 106 triliun (APBN-P 2015). “Ini menunjukkan pemerintah memang menggenjot infrastruktur dengan realisasi belanja yang lebih besar," imbuh Mimi.

Adapun Wika Beton menargetkan perolehan kontrak baru Rp 4 triliun pada 2016, tumbuh 14,28% dari realisasi perolehan tahun lalu Rp 3,5 triliun.

Akuisisi Terbaru

Sementara itu, PT Waskita Beton Precast, anak usaha emiten konstruksi pelat merah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), berhasil mengakuisisi dua pabrik beton pracetak dengan kapasitas produksi 500.000 ton per tahun.

Kedua pabrik tersebut berada pracetak di Subang, Jawa Barat dan Cilegon, Banten. Kedua pabrik tersebut akan menambah kapasitas produksi perseroan menjadi 2,3 juta ton per tahun.

Untuk mengakuisisi pabrik tersebut, Waskita Beton Precast mendapat pinjaman dari induk usaha sebesar Rp 300 miliar. Tingkat bunga fasilitas pinjaman tersebut sebesar 10,5% per tahun dan fasilitas pinjaman dalam jangka waktu enam bulan sejak pertandatangan perjanjian pada 29 Januari 2016.

Dengan tambahan kedua pabrik yang baru diakuisisi tersebut maka total pabrik yang dimiliki Waskita Beton Precast sudah delapan pabrik. Tahun lalu, perseroan berhasil menambah dua pabrik di Sadang-Jawa Barat dan Karawang.(*)

Baca selengkapnya di sini

Materi-materi Presentasi Sektor Infrastruktur, Logistik, dan Transportasi

Indonesia sebagai negara berkembang sangat membutuhkan pembangunan di bidang infrastruktur, logistik, dan transportasi. Karena itu, tidak heran titik fokus pemerintah saat ini masih berkutat pada tiga sektor tersebut.

Untuk membedah data-data di tiga sektor tersebut, duniaindustri.com memiliki sedikitnya 8 data dan riset terkait pertumbuhan, titik fokus, dan korelasi tiga sektor tersebut terhadap pertumbuhan industri di negeri ini. Mari simak ulasannya berikut ini:

1) Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019
2) Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019
3) Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018
4) Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri
5) Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional
6) Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia
7) Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030)
8) Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia

A) Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019 ini berisi data, kajian, analisis, laporan, dan outlook proyek-proyek strategis di sektor infrastruktur di Indonesia. Berbagai proyek infrastruktur, mulai dari proyek prioritas, proyek strategis, dan proyek infrastruktur per provinsi ditampilkan dalam riset ini, dipadu dengan analisis bisnis infrastruktur, market size transportasi dan logistik, serta analisis anggaran infrastruktur dibanding tingkat pengangguran di Indonesia.

Riset ini dimulai dari kondisi perekonomian Indonesia tahun ini diprediksi masih diliputi ketidakpastian, terutama dari sisi global. Meski demikian ekonomi Indonesia diyakini akan lebih baik dibanding tahun lalu. Sisi eksternal yang berpengaruh pada ekonomi domestik, tak bisa dilepaskan dari harga komoditas yang masih belum pulih dan merosotnya ekonomi China yang merupakan salah satu pangsa pasar utama ekspor komoditas Indonesia. (halaman 2)

Penguatan rupiah ini selain didorong oleh faktor domestik, karena meningkatnya kepercayaan investor sejalan dengan ekonomi makro yang lebih baik, juga tidak lepas dari pengaruh eksternal. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2015 yang sebesar 5,04% telah meningkatkan kepercayaan investor, karena diyakini titik terendah pertumbuhan ekonomi telah terlewati. (halaman 3-4)

Pada halaman 5-7 dibahas data Kementerian Keuangan, anggaran infrastruktur sejak 2009 hingga 2015 memang terus menunjukkan kenaikan. Tetapi kenaikan signifikan memang baru terjadi pada 2015, dari Rp 206,6 triliun pada 2014 menjadi Rp 290,3 triliun. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya kenaikannya hanya di kisaran Rp 9,7 triliun hingga Rp 31,3 triliun. Data tersebut dipadukan dengan tren pertumbuhan ekonomi nasional dan ekspektasi ke depan periode 2007-2019. (halaman 8) Di halaman 9, terdapat riset eksklusif terkait tren kenaikan anggaran infrastruktur dibanding tingkat pengangguran di Indonesia periode 2005-2016.

Masuk pada pembahasan proyek infrastruktur, riset ini menampilkan rencana pembangunan infrastruktur laut (halaman 10), infrastruktur pangan (halaman 11), dan transportasi darat (halaman 12). Di halaman 13-14 ditampilkan secara eksklusif 38 proyek kerjasama pemerintah & swasta 2015-2016, baik yang telah ditawarkan maupun yang akan ditawarkan. Di halaman 15-16, dipaparkan 30 proyek infrastruktur prioritas 2016-2019. Pada halaman 17-19 ditampilkan proyek infrastruktur jalan dan jembatan per provinsi pada 2016. Khusus terkait kerjasama pemerintah dan swasta ditampilkan secara detail pada halaman 20-24.

Riset ini diperkuat dengan data tren pertumbuhan pasar (market size) sektor transportasi dan logistik di Indonesia 2009-2019. Pada 2014, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.810 triliun dengan pertumbuhan 13,2%. Pada 2015, market size tersebut naik 15,2% menjadi Rp 2.086 triliun. Pada 2016, angka tersebut diproyeksi tumbuh 15% menjadi Rp 2.399 triliun, dan terus naik hingga mencapai Rp 3.680 triliun di 2019. Rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) sektor transportasi dan logistik di Indonesia diperkirakan 15,2% periode 2014-2019.

Selain itu, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.

Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun.

Riset sebanyak 41 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Keuangan, Bappenas, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Logistik Indonesia, dan diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.comyang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

B) Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019 ini menampilkan ukuran pasar (market size) sektor transportasi dan logistik di Indonesia 2009-2019. Pada 2014, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.810 triliun dengan pertumbuhan 13,2%. Pada 2015, market size tersebut naik 15,2% menjadi Rp 2.086 triliun. Pada 2016, angka tersebut diproyeksi tumbuh 15% menjadi Rp 2.399 triliun, dan terus naik hingga mencapai Rp 3.680 triliun di 2019. Rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) sektor transportasi dan logistik di Indonesia diperkirakan 15,2% periode 2014-2019.

Sektor ini tumbuh secara signifikan sejak 2009-2019. Pada 2009-2014, pertumbuhan mencapai 13,7% CAGR dari hanya Rp 770 triliun pada 2009.

Segmen pengangkutan laut masih mendominasi sebesar Rp 1.096,6 triliun di 2015, disusul kereta api Rp 31,6 triliun, dan udara Rp 1,43 triliun. Segmen pengangkutan laut diproyeksi tumbuh 6,1% di 2013, 4,3% di 2014, dan 5,1% pada 2015 secara volume. Pengangkutan kereta api tumbuh 13,3% di 2013, 8,5% di 2014, dan 7,5% pada 2015. Sementara pengangkutan melalui udara naik 19,6% di 2013, 15,3% di 2014, dan 12,2% pada 2015. Sektor komoditas menjadi salah satu pendorong sektor transportasi dan logistik mengingat besarnya investasi antara lain di sektor CPO senilai US$ 2,4 miliar.

Selain itu, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.

Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun.

Juga, ditampilan infrastruktur jalan dan rel kereta yang menopang pergerakan transportasi darat. Data ini juga dilengkapi infrastruktur coastal shipping, Trans Sumatera Railways, rel kereta api perkotaan, high speed train network hingga 2030.

Tidak ketinggalan, data ini menampilkan rasio biaya logistik dari berbagai sektor industri di Indonesia, misalnya untuk industri pengolahan makanan rasio biaya logistik terhadap input mencapai 35%. Terdapat 24 cabang industri yang memiliki rasio biaya logistik terhadap input yang cukup tinggi.

Data sebanyak 33 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Logistik Indonesia, sejumlah riset perusahaan asing antara lain Frost & Sullivan, dan diolah duniaindustri.com.

Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan  data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

C) Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018 ini menampilkan proyeksi pasar sektor transportasi dan logistik 2014-2018. Pada 2013, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.583 triliun dengan pertumbuhan 14,5%, naik rata-rata 15% sehingga mencapai Rp 3.185 triliun di 2018. Segmen pengangkutan laut masih mendominasi sebesar Rp 1.000,6 triliun di 2013, disusul kereta api Rp 26,8 triliun, dan udara Rp 1,16 triliun. Segmen pengangkutan laut diproyeksi tumbuh 6,1% di 2013 dan 4,3% di 2014 secara volume. Pengangkutan kereta api tumbuh 13,3% di 2013 dan 8,5% di 2014. Sementara pengangkutan melalui udara naik 19,6% di 2013 dan 15,3% di 2014. Sektor  komoditas menjadi salah satu pendorong sektor transportasi dan logistik mengingat besarnya investasi antara lain di sektor CPO senilai US$ 2,4 miliar. Data sebanyak 24 halaman ini berasal dari Asosiasi Logistik Indonesia, sejumlah riset perusahaan asing antara lain Frost & Sullivan, dan diolah duniaindustri.com.(*)

D) Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri ini menampilkan tren nilai investasi asing dan domestik dikaitkan dengan kebutuhan lahan industri di Indonesia. Secara kaidah baku, setiap investasi manufaktur Rp 1 triliun butuh lahan di kawasan industri setara 12,5 hektare. Selain itu, data ini menampilkan proyeksi kebutuhan lahan di kawasan industri 2013-2020. Data ini juga menggambarkan total lahan di kawasan industri yang tersisa saat ini dan proyeksi ketersediaannya.

Di samping itu ditampilkan penjualan 10 besar kawasan industri di Indonesia, tren keseimbangan pasokan dan permintaan, tren harga jual lahan di kawasan industri di berbagai kota di Indonesia 2006-2012. Perbandingan harga jual lahan di kawasan industri di Indonesia juga dibandingkan dengan 11 negara lain di dunia. Penyebaran kawasan industri di luar Pulau Jawa, komposisi peran pemerintah dan swasta dalam mengembangkan kawasan industri. Data ini juga menggambarkan program pemerintah dalam mengembangkan kawasan industri di koridor Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan sektor industri sasarannya. Data berisi 41 halaman ini dibuat oleh Kementerian Perindustrian dan diolah duniaindustri.com.(*)

E) Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional ini menampilkan berbagai data mengenai sasaran dan akselerasi industrialisasi tahun 2012-2014. Selain itu, daya saing logistik Indonesia dibanding dengan negara Asia dan secara global. Juga, rasio biaya logistik terhadap semua jenis industri seperti industri makanan, minuman, rokok, tekstil, kertas, pupuk, kimia, semen, baja, mesin, dan pengilangan minyak bumi. Di samping itu, dijabarkan rencana interkoneksi KEK Sei Mangkei, hub port Bitung.(*)

F) Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia ini menampilkan berbagai proyek investasi infrastruktur pemerintah baik yang sedang berjalan maupun yang akan dilakukan pada periode 2013-2030. Dimulai dari data Investasi Infrastruktur Transportasi (selain jalan) di  Masing-masing Koridor Ekonomi, Rencana Pengembangan Bandara-bandara Komersial Oleh AP I & AP II, Pembangunan 24 Bandar Udara Baru (APBN), Sebaran bandara tahun 2030, Struktur Pelabuhan Indonesia, daftar pelabuhan pemerintah yang beroperasi tahun 2013, Pembangunan Jalur Ganda KA Jawa, Pengembangan Coastal Shipping Di Pantura, Rencana Pengembangan Trans Sumatera Railways, Jaringan perkeretaapian tahun 2030, Pembangunan Trans Maluku. Data berisi 16 halaman ini berasal dari Kementerian Perhubungan, Kadin, Pelindo, diolah duniaindustri.com.(*)

G) Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030) ini menampilkan Persebaran PDB Indonesia per Daerah, Urban Area, dan Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030). Data terbaru yang dirilis Oktober 2013 ini berasal dari Kementerian Perhubungan, asosiasi terkait, serta BPS.(*)

H) Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia ini menampilkan analisis komprehensif tentang rasio biaya logistik terhadap biaya penjualan di Indonesia dibanding negara maju, porsi biaya transportasi (meliputi transportasi darat, laut, dan udara), perbandingan biaya logistik di Indonesia Barat dan Timur, dwelling time and logistic cost, dan lainnya. Data yang berisi 9 halaman dan dibuat Oktober 2013 ini disusun Kementerian Perdagangan dan dikompilasi oleh duniaindustri.com.(*)

Sumber: di sini
Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini
Cari content provider profesional, klik di sini

Daftar Produsen Generik Terbesar di Indonesia

Industri obat di Indonesia merupakan industri yang berkembang pesat dan stabil dalam berbagai kondisi. Di industri ini, terdapat 20 big player dilihat dari volume penjualan dan nilai penjualan. Siapa sajakah big player itu? Simak ulasannya berikut ini.

Riset Pasar Obat Bebas, Obat Generik, dan Obat Herbal ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri farmasi di Indonesia, serta riset dan analisis pasar obat bebas (over the counter/OTC), obat generik, dan obat herbal. Riset ini mengulas mulai dari tren pertumbuhan pasar farmasi di Asia Pasifik (Asia Pacific healthcare market), tren pertumbuhan pasar farmasi Indonesia, pengaruh BPJS Kesehatan, tren pasar obat generik, market leader obat generik, market leader obat bebas, dan tren pasar obat herbal.

Pada halaman 2 ditampilkan ekonomi Indonesia secara garis besar, mulai dari pertumbuhan PDB 2014-2019 (est), jumlah konsumen kelas menengah, dan pasar industri consumer goods pada 2030. Pada halaman 3, ditampilkan grafis pasar farmasi di Asia Pasifik 2011-2015.

Sementara pasar industri farmasi Indonesia 2010-2014, rasio belanja kesehatan terhadap PDB, segmentasi pasar farmasi nasional, dan roadmap program Jaminan Kesehatan Nasional ditampilkan pada halaman 4. Data tersebut dilanjutkan pada halaman 5, duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait proyeksi pasar farmasi Indonesia 2015-2019, tingkat pertumbuhannya, dan komparasi dengan pertumbuhan ekonomi nasional periode yang sama.

Kemudian, data tersebut dikomparasi dengan perbandingan pertumbuhan pasar farmasi (healthcare expenditure) di ASEAN pada halaman 6.

Memasuki pembahasan yang lebih fokus, pada halaman 7 ditampilkan top 20 pemain farmasi terbesar di Indonesia berdasarkan nilai penjualan dan market share, serta pertumbuhannya. Data tersebut dikomparasi dengan flasback pasar obat resep 2011, lengkap dengan 10 pemain utama.
Di halaman 9, ditampilkan top 20 pemain utama obat generik di Indonesia beserta nilai penjualan, market share, dan perubahan peringkat pada 2014-2015. Disusul di halaman 10, ditampilkan top 20 pemain utama obat bebas (OTC) di Indonesia beserta nilai penjualan, market share, dan perubahan peringkat pada 2014-2015.

Menginjak pada halaman 11-13, riset Pasar Obat Bebas, Obat Generik, dan Obat Herbal ini menampilkan persaingan pangsa pasar obat bebas di Indonesia, nilai pasar obat bebas, serta tren perubahan pangsa pasar pemain utama di segmen obat bebas 2011-2015.

Sedangkan di halaman 14-18, diulas mengenai obat generik, tren pertumbuhan pasar obat generik ditopang program Jamkesnas, dan analisis persaingan obat generik terhadap obat bebas.
Pada halaman 19-35 merupakan intisari dari riset ini, yang menampilkan ulasan cukup mendalam terkait perkembangan obat bebas di Indonesia. Dimulai dari daftar merek obat bebas yang beredar di pasaran, market leader obat antasida, obat anti-diare, obat flu, obat batuk, serta obat batuk dan flu. Bagian intisari riset ini juga dilengkapi analisis masing-masing segmen obat bebas dan perkembangan market leader di masing-masing segmen.

Pada halaman 36-42 ditampilkan tren pertumbuhan obat herbal, market leader obat herbal, kinerja keuangan market leader, serta strategi bersaingnya ke depan.

Riset Pasar Obat Bebas, Obat Generik, dan Obat Herbal sebanyak 43 halaman ini berasal dari Kementerian Kesehatan, BPS, WHO dan Bank Dunia, GP Farmasi, International Pharmaceutical Manufacturer Group (IPMG), sejumlah perusahaan farmasi di Indonesia, dan diolah duniaindustri.com.

Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

Baca selengkapnya di sini

Rabu, 15 Juni 2016

Materi Analisis Persaingan Industri Semen

Riset Pasar dan Analisis Peta Persaingan Industri Semen (NEW Version) ini dirilis per Juni 2016 menampilkan riset independen, data, analisis, kajian, dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai peta persaingan di industri semen di Indonesia, mencakup highlights dan profil ringkas pemain-pemain baru di industri ini sejak 2015-2017, tren permintaan/kebutuhan (demand) di pasar lokal, perkembangan investasi atau ekspansi baru, hingga analisis prediksi persaingan pangsa pasar pemain baru dan pemain existing, serta prospek dan tantangan industi ini ke depan.

Data ini dimulai dengan menampilkan highlights industri semen sejak 2014-2016, mencakup kapasitas terpasang, kapasitas produksi, pertumbuhan pasar semen domestik, utilisasi pabrik semen domestik, serta konsumsi domestik, ekspor, dan impor. Kapasitas domestik pada 2015 dengan 9 pemain mencapai 80,4 juta ton. Tambahan kapasitas dari 4 pemain baru pada 2016 sebesar 8,7 juta ton menjadi 89,7 juta ton. (halaman 2)

Pada halaman 3 ditampilkan chart (infografik) terkait lokasi pabrik-pabrik pemain baru dan pemain existing di industri semen. Data itu dijabarkan kembali pada halaman 4 dengan tabel yang lengkap terkait kapasitas terpasang pemain existing semen periode 2013-2017, terkait ekspansi pemain existing, nilai investasi, kapasitas tambahan, kapasitas terpasang, dan jenis proyek. Di samping itu, juga dijabarkan pemain baru 2013-2017 lengkap dengan lokasi pabrik, kapasitas terpasang, nilai investasi, tahapan operasional, serta mitra usaha dan jenis proyek.

Di halaman 4 ditampilkan tren pertumbuhan konsumsi semen domestik dan pangsa pasar pemain-pemain existing periode 2014-2015 per daerah. Dengan hadirnya pemain baru yang membangun pabrik baru, peta persaingan akan makin ketat seperti ditampilkan pada halaman 5-6. Persaingan pangsa pasar semen di Pulau Jawa ditampilkan lebih detail pada halaman 7. Di halaman 8-13 ditampilkan profil singkat pemain-pemain baru di industri semen Indonesia, mencakup nama perusahaan, merek semen, tahun berdiri, kapasitas produksi per tahun, hingga jaringan distribusi.

Di halaman 14-18, duniaindustri.com secara eksklusif membuat kajian atau analisis independen terkait peta persaingan dan proyeksi pangsa pasar per daerah, serta strategi pasar dari pemain baru. Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan akan menjadi fokus persaingan pangsa pasar semen antara pemain baru versus pemain existing.

Di halaman 19 ditampilkan proyeksi pertumbuhan permintaan domestik, kapasitas produksi, kapasitas terpasang, serta pergerakan laju perekonomian Indonesia periode 2014-2019. Di halaman 20-21 dijabarkan segmentasi pasar semen nasional serta tren konsumsi semen per kapita di Indonesia.

Riset ini diberi labe new version karena terdapat sejumlah pembaruan, misalnya gambaran khusus (market intelligence) terhadap pemain baru yang kinerjanya meroket, terutama karena pangsa pasarnya naik signifikan. Pada halaman 23-24, ditampilkan hasil market intelligence dari duniaindustri.com terhadap pemain baru semen yang berpotensi mengubah pangsa pasar nasional.

Kemudian, hasil market intelligence itu dikomparasi dengan strategi para market leader yang telah lebih dahulu exist sehingga memberikan gambaran terhadap perkembangan masa depan. Juga ditampilkan data market leader industri semen nasional, mulai dari sejarah berdiri, kapasitas produksi, komposisi pemegang saham, anak usaha, lokasi pabrik semen (cement mill, kiln, packing plant), strategi ekspansi ke depan, volume penjualan dan kinerja keuangan. 

Riset Peta Persaingan Industri Semen (NEW Version) sebanyak 44 halaman ini berasal dari riset duniaindustri.com dengan dukungan data yang berasal dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Semen Indonesia (ASI), BPS, WHO dan Bank Dunia, dan sejumlah perusahaan semen di Indonesia. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

Sumber: di sini
Butuh data/riset yang lebih spesifik, klik di sini

Kamis, 09 Juni 2016

Perusahaan Raksasa Indonesia Berlaba Paling Besar

Inilah 10 perusahaan raksasa dengan laba bersih terbesar di Indonesia sepanjang tahun lalu, menurut riset duniaindustri.com. Dari sepuluh perusahaan yang merengguk laba bersih terbesar, sektor industri perbankan masih mendominasi dengan menempatkan 4 perusahaan di papan teratas.

Masing-masing 10 perusahaan raksasa tersebut umumnya merupakan pemimpin pasar (market leader) di sektor industrinya, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) market leader microbanking, PT Pertamina (Persero) market leader industri minyak dan gas, PT Astra International Tbk (ASII) market leader otomotif, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) market leader industri telekomunikasi, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) market leader industri rokok, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) market leader industri consumer goods.

Pada 2015, pertumbuhan laba bersih tertinggi dicetak oleh PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar 19,05%, sementara penurunan laba bersih terbesar dicatatkan oleh Astra International sebesar 25%. Berikut top 10 perusahaan raksasa dengan laba bersih terbesar:

Pertama, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan laba bersih Rp 25,39 triliun pada 2015. BRI membukukan kinerja cukup baik pada 2015. Hal itu ditunjukkan dari pendapatan bunga bersih naik sekitar 13,18% dari Rp 51,48 triliun pada 2014 menjadi Rp 58,27 triliun pada 2015.

Laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk naik 4,88% menjadi Rp 25,39 triliun pada 2015. Perseroan mencatatkan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp 24,21 triliun pada 2014, berdasarkan keterangan tertulis perusahaan.

Dengan melihat kondisi itu, laba bersih per saham naik menjadi Rp 1.030 pada 2015 dari posisi sama tahun sebelumnya Rp 981,59.

Sementara itu, loan to deposit ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit naik menjadi 86,68 persen pada 2015 dari posisi 2014 di level 81,68 persen. Net interest margin (NIM) atau rasio untuk mengetahui kemampuan perseroan mengelola aktiva produktif turun menjadi 8,13 persen pada 2015 dari posisi 2014 di kisaran 8,51 persen.

Non performing loan (NPL) net atau rasio kredit macet naik 0,52 persen pada 2015. NPL net perseroan pada 2014 tercatat 0,36 persen. Hingga 2015, perseroan mencatatkan aset secara konsolidasi naik menjadi Rp 878,42 triliun dari posisi 2014 di kisaran Rp 801,98 triliun.

Kedua, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan raihan laba bersih 2015 sebesar Rp 20,3 triliun, tumbuh 2,3% dibandingkan 2014 sebesar Rp 19,9 triliun. Sementara aset meningkat sebesar 6,4% menjadi Rp 910,1 triliun dari Rp 855,0 triliun pada Desember 2014.

Pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara tahunan naik sebesar 12,4% pada akhir 2015 menjadi Rp 595,5 triliun, dari Rp 530 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya, dengan rasio NPL net terjaga di level 0,90 persen. Pertumbuhan penyaluran kredit itu mendorong peningkatan aset sebesar 6,4 persen menjadi Rp 910,1 triliun dari Rp 855,0 triliun pada Desember 2014.

Laju kenaikan laba bersih juga ditopang oleh pertumbuhan operating income yang meningkat Rp 10,3 triliun atau secara tahunan tumbuh 18% menjadi Rp 67,1 triliun. Selain itu, kenaikan pendapatan bunga bersih dan premi bersih sebesar 16,0 persen menjadi Rp 48,5 triliun, serta pertumbuhan fee based income 23,7 persen menjadi Rp 18,6 triliun.

Kepercayaan masyarakat kepada Bank Mandiri juga terus tumbuh yang ditunjukkan dengan naiknya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp 676,4 triliun pada akhir 2015 dari Rp 636,4 triliun pada tahun sebelumnya. Dari pencapaian tersebut, total dana murah (giro dan tabungan) yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri mencapai Rp 443,9 triliun, yang terutama didorong oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 19,3 triliun menjadi Rp 271,7 triliun.

Ketiga, PT Astra International Tbk (ASII), emiten konglomerasi bisnis yang menaungi enam lini bisnis, mencatatkan laba bersih sebesar Rp14,46 triliun sepanjang 2015, turun 25% dibandingkan periode 2014 yang sebesar Rp19,19 triliun. Laba bersih per saham perseroan juga menurun menjadi Rp357 dari sebelumnya Rp474.

“Kami masih bersikap hati-hati terhadap prospek bisnis mendatang, namun dengan didukung kemampuan Perseroan menghasilkan kas yang baik serta neraca keuangan yang kuat, Perseroan terus berinvestasi bagi masa depan, dan siap memanfaatkan peluang dari setiap perbaikan kondisi ekonomi,” kata Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto dalam keterangan tertulisnya.

Salah satu yang menyebabkan penurunan laba ini adalah melemahnya pendapatan bersih perseroan, yakni dari Rp184,19 triliun pada 2015. Turun 9% dibandingkan periode 2014 yang sebesar Rp201,7 triliun.

“Pendapatan bersih konsolidasikan Astra menurun 9% menjadi Rp 184,2 triliun sepanjang tahun 2015, terutama disebabkan oleh penurunan di segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis,” ucap dia.

Raksasa Migas
Keempat, PT Pertamina (Persero) dengan laba bersih Rp 18,46 triliun (US$ 1,42 miliar kurs Rp 13.000/US$) sepanjang 2015, turun 1,82% dibanding tahun sebelumnya. Saat ini industri energi di Indonesia masih berada pada masa yang suram, menurut Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto. Terlebih lagi, sejak 2015 hingga saat ini, harga minyak dunia masih berada di bawah asumsi harga minyak dalam APBN sebesar US$ 50 per barel.

“Industri energi memasuki masa yang sangat suram. Tahun 2015 harga minyak dunia turun 67%. Apa yang dicapai tahun lalu, revenue kami turun 40%,” kata Dwi. Menurut catatan duniaindustri.com, pada 2015 pendapatan Pertamina sebesar US$ 41,76 miliar (audited), dengan laba bersih US$ 1,42 miliar. Laba bersih turun 1,82% dibandingkan 2014.

“Tahun 2016, kita dikejutkan di bulan-bulan pertama harga minyak dunia turun drastis. Dari US$ 50 (per barel) turun ke US$ 30 (per barel),” lanjut Dwi.

Untuk itu, saat ini Pertamina tengah berupaya melakukan efisiensi. Salah satunya adalah dengan memotong rantai distribusi industri dan membangun infrastuktur untuk efisiensi dana impor dalam jangka panjang. “Ada dua senjata yang disiapkan oleh Pertamina, yaitu efisiensi dan infrastuktur. Sekarang dunia sudah berubah. Dunia serba cepat. Kita harus cepat menanggapinya,” ungkap Dwi.

Kelima, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat kinerja bisnis dan keuangan yang positif untuk tahun 2015 dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 9,3% menjadi Rp 18 triliun, dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 16,5 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, pencapaian laba tersebut ditopang oleh pertumbuhan portofolio kredit dan biaya bunga (cost of funds) yang lebih rendah. Pendapatan bunga bersih tumbuh 12 persen menjadi Rp 35,9 triliun. Pada saat yang sama, pendapatan operasional lainnya tumbuh 28,5 persen mencapai Rp 12,0 triliun di tahun 2015.

“Perkembangan positif BCA tersebut diraih dengan tetap fokus dalam memberikan layanan yang konsisten kepada para nasabah, memperkuat franchise perbankan transaksi bank, serta memelihara kualitas kredit secara proaktif,” kata Jahja.

Portofolio kredit BCA tercatat sebesar Rp 387,6 triliun, tumbuh 11,9 persen dari tahun sebelumnya. Penumbuhan kredit tercatat di seluruh segmen terutama didukung oleh pertumbuhan kredit segmen korporasi.

Pada akhir 2015, kredit korporasi meningkat 17,2 persen menjadi Rp 141,3 triliun. Sementara kredit komersial dan UKM naik 9 persen menjadi Rp 146,2 triliun. Pertumbuhan kredit korporasi, komersial dan UKM ditopang oleh membaiknya kondisi ekonomi dan siklus konsumsi yang meningkat menjelang akhir tahun.

Kenaikan kredit konsumer yang sebesar 8,9 persen menjadi Rp 100,5 triliun pada 2015 didukung oleh adanya berbagai program inovatif dengan suku bunga yang menarik. KPR tumbuh 8,7 persen menjadi Rp 59,4 triliun, sementara KKB naik 9,6 persen menjadi Rp 31,6 triliun di tahun 2015. Pada periode yang sama outstanding kartu kredit meningkat 8,1 persen menjadi Rp 9,5 triliun.

Keenam, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau lebih dikenal Telkom, emiten BUMN telekomunikasi, membukukan laba bersih sebesar Rp15,49 triliun pada 2015, melonjak sekitar 7% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan laba bersih itu ditopang pendapatan sepanjang 2015 sebesar Rp 102,5 triliun, tumbuh 14% dibanding 2014 sebesar Rp 89 triliun.

Dengan pertumbuhan pendapatan tahun 2015 yang jauh lebih tinggi dibanding rata-rata industri, Telkom mampu membukukan laba bersih. Kenaikan pendapatan tersebut ditopang pertumbuhan bisnis industri telekomunikasi mengingat Telkom merupakan market leader di industri ini.

Pertumbuhan pendapatan operasi dipicu dari pos pendapatan data, internet dan IT services yang meningkat 37,5 persen menjadi Rp32,69 triliun pada 2015 yang dikontribusi peningkatan yang signifikan jumlah pelanggan layanan broadband, baik fixed maupun mobile.

Jumlah pelanggan fixed broadband pada 2015 tercatat mencapai 3,98 juta pelanggan, tumbuh 17,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Jumlah tersebut termasuk pelanggan IndiHome yang pada tahun 2015 mencapai di atas 1 juta pelanggan baru. Sementara pelanggan mobile broadband mencapai 43,79 juta pelanggan atau tumbuh 40,3 persen.

Pada bisnis selular Telkom masih menjadi pemimpin pasar dengan jumlah pelanggan mencapai 152,64 juta yang berarti tumbuh sebesar 8,6 persen. Saat yang bersamaan BTS selular bertambah sebanyak 17.869 unit, sehingga total BTS selular pada 2015 mencapai 103.289 unit yang berarti tumbuh 20,9 persen.

Market Leader Rokok
Ketujuh, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), pemimpin pasar industri rokok, mencatatkan laba bersih sepanjang 2015 sebesar Rp 10,4 triliun, tumbuh 1,8% dibanding tahun sebelumnya Rp 10,2 triliun. Perusahaan rokok tersebut melaporkan pendapatan bersih (di luar cukai) sebesar Rp 11,6 triliun pada kuartal ke-4 2015, mengalami kenaikan sebesar 11,5% dari Rp 10,4 triliun pada kuartal ke-4 tahun 2014.

Di sepanjang 2015, HM Sampoerna mencatatkan pendapatan bersih (di luar cukai) sebesar Rp 42,1 triliun, mengalami kenaikan sebesar 8,9% dari Rp. 38,7 triliun pada 2014. Pada kuartal ke-4 tahun 2015, perusahaan mencatatkan total laba bersih sebesar Rp 2,8 triliun, naik sebesar 9,6% dari Rp. 2,5 triliun pada kuartal ke-4 tahun 2014.

Kedelapan, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan laba bersih tercatat sebesar Rp 9,1 triliun pada 2015, turun 15,9% dibandingkan Rp 10,8 triliun pada 2014. Adapun total pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income tahun 2015 tumbuh 12,3 persen menjadi Rp 25,6 triliun dibandingkan Rp 22,8 triliun pada tahun 2014.

Pendapatan berbasis komisi atau Fee Based Income naik dari Rp 6,9 triliun pada akhir 2014 menjadi Rp 7,3 triliun. Jumlah itu terdiri dari pembayaran transaksi ATM tumbuh sebesar 45,5 persen, trade finance 44,4 persen, dan bancassurance 37,7 persen.

Aset perseroan di akhir tahun 2015 tercatat tumbuh 22,1 persen menjadi Rp 508,6 triliun dibandingkan Rp 416,6 triliun. “Kalau dilihat tahun lalu laba kita turun. Penyebab utama karena memang NPL (Non Performing Loan/Rasio Kredit Bermasalah) kita mengalami kenaikan, 2014 itu 2 persen, semester 1 naik 3 persen, dan sekarang turun jadi 2,7 persen,” jelas Direktur Utama BNI Achmad Baiquni.

Kesembilan, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan laba bersih 2015 sebesar Rp 6,43 triliun, naik 19,05% dari capaian di tahun sebelumnya sebesar Rp5,4 triliun. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Gudang Garam mencatatkan penaikan pendapatan hingga 7,94% menjadi Rp70,36 triliun pada 2015, dari Rp65,18 triliun di tahun sebelumnya.

Sementara itu, beban pokok penjualan Gudang Garam juga meningkat 5,93 persen menjadi Rp54,88 triliun sepanjang 2015, dari Rp51,8 triliun di tahun sebelumnya. Yang menarik, terdapat dua pos yang menanjak cukup tinggi, yaitu pendapatan lainnya dan laba kurs bersih.

Pendapatan lainnya mampu melonjak 84,24 persen menjadi Rp124,99 miliar pada 2015, dari Rp67,84 miliar di tahun sebelumnya. Sementara itu, laba kurs bersih Gudang Garam melompat 331,54 persen menjadi Rp72,06 miliar dari Rp16,7 miliar.

Hal itu membuat laba usaha Gudang Garam naik 16,67 persen menjadi Rp10,06 triliun pada 2015, dari Rp8,62 triliun di tahun sebelumnya. Adapun beban bunga naik tipis menjadi Rp Rp1,43 triliun, dari Rp1,37 triliun.

Kesepuluh, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), raksasa consumer goods, mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,8 triliun pada 2015. Laba tersebut tumbuh 2% dibanding 2014. Pertumbuhan laba ditopang oleh pertumbuhan penjualan sebesar 5,7% menjadi Rp 36,5 triliun.

Direktur Governance and Corporate Affairs dan Sekretaris Perusahaan, Sancoyo Antarikso, mengatakan, pertumbuhan penjualan single digit dipengaruhi kondisi makro ekonomi Indonesia yang belum kondusif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun lalu hanya 4,8%.

“Perseroan tetap berhasil membukukan pertumbuhan penjualan dalam negeri sebesar 6,6 persen pada tahun 2015. Namun, karena ada penurunan penjualan untuk ekspor, secara keseluruhan total pertumbuhan penjualan ditutup di 5,7 persen yang tetap positif,” kata dia dalam siaran pers.(*)

Sumber: di sini

Kumpulan Makalah, Data, dan Analisis Industri Semen di Indonesia

Industri semen merupakan salah satu industri yang dibutuhkan untuk infrastruktur, konstruksi, dan properti. Dengan karakteristik seperti itu, tidak heran industri semen tumbuh pesat di negara-negara berkembang seperti Asia Pasifik.

Untuk mendukung hal itu, Duniaindustri.com memiliki sedikitnya tujuh data dan riset industri semen yang dapat dengan mudah didownload. Simak ulasannya berikut ini:

(1) Riset Peta Persaingan Industri Semen 2015-2017
(2) Data dan Outlook Industri Semen 2003-2019
(3) Data Investasi Baru, Kapasitas, serta Tren Penjualan Semen 2013-2017
(4) Data Industri Semen di Asia Tenggara, Pangsa Pemain, dan Pertumbuhan Pasar
(5) Data Komparasi Konsumsi Semen dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (10 tahun terakhir)
(6) Strategi Ekspansi dan Kapasitas Produksi BUMN Semen Terbesar
(7) Kajian Komprehensif Tiga Pemimpin Pasar Semen Indonesia


1. Riset Peta Persaingan Industri Semen 2015-2017 (pemain existing versus pemain baru) ini menampilkan riset independen, data, analisis, kajian, dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai peta persaingan di industri semen di Indonesia, mencakup highlights dan profil ringkas pemain-pemain baru di industri ini sejak 2015-2017, tren permintaan/kebutuhan (demand) di pasar lokal, perkembangan investasi atau ekspansi baru, hingga analisis prediksi persaingan pangsa pasar pemain baru dan pemain existing, serta prospek dan tantangan industi ini ke depan.

Data ini dimulai dengan menampilkan highlights industri semen sejak 2014-2016, mencakup kapasitas terpasang, kapasitas produksi, pertumbuhan pasar semen domestik, utilisasi pabrik semen domestik, serta konsumsi domestik, ekspor, dan impor. Kapasitas domestik pada 2015 dengan 9 pemain mencapai 80,4 juta ton. Tambahan kapasitas dari 4 pemain baru pada 2016 sebesar 8,7 juta ton menjadi 89,7 juta ton. (halaman 2)

Pada halaman 3 ditampilkan chart (infografik) terkait lokasi pabrik-pabrik pemain baru dan pemain existing di industri semen. Data itu dijabarkan kembali pada halaman 4 dengan tabel yang lengkap terkait kapasitas terpasang pemain existing semen periode 2013-2017, terkait ekspansi pemain existing, nilai investasi, kapasitas tambahan, kapasitas terpasang, dan jenis proyek. Di samping itu, juga dijabarkan pemain baru 2013-2017 lengkap dengan lokasi pabrik, kapasitas terpasang, nilai investasi, tahapan operasional, serta mitra usaha dan jenis proyek.

Di halaman 4 ditampilkan tren pertumbuhan konsumsi semen domestik dan pangsa pasar pemain-pemain existing periode 2014-2015 per daerah. Dengan hadirnya pemain baru yang membangun pabrik baru, peta persaingan akan makin ketat seperti ditampilkan pada halaman 5-6. Persaingan pangsa pasar semen di Pulau Jawa ditampilkan lebih detail pada halaman 7. Di halaman 8-13 ditampilkan profil singkat pemain-pemain baru di industri semen Indonesia, mencakup nama perusahaan, merek semen, tahun berdiri, kapasitas produksi per tahun, hingga jaringan distribusi.

Di halaman 14-18, duniaindustri.com secara eksklusif membuat kajian atau analisis independen terkait peta persaingan dan proyeksi pangsa pasar per daerah, serta strategi pasar dari pemain baru. Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan akan menjadi fokus persaingan pangsa pasar semen antara pemain baru versus pemain existing.

Di halaman 19 ditampilkan proyeksi pertumbuhan permintaan domestik, kapasitas produksi, kapasitas terpasang, serta pergerakan laju perekonomian Indonesia periode 2014-2019. Di halaman 20-21 dijabarkan segmentasi pasar semen nasional serta tren konsumsi semen per kapita di Indonesia.
Riset Peta Persaingan Industri Semen 2015-2017 sebanyak 23 halaman ini berasal dari riset duniaindustri.com dengan dukungan data yang berasal dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Semen Indonesia (ASI), BPS, WHO dan Bank Dunia, dan sejumlah perusahaan semen di Indonesia.(*)

2. Data dan Outlook Industri Semen 2003-2019 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri semen di Indonesia, mulai dari tren pertumbuhan pasar semen di Indonesia, pangsa pasar, kompetisi pasar, pemain baru dan ekspansi pemain existing, segmentasi pasar, harga jual rata-rata semen, pasar semen Asean (supply-demand), hingga pemimpin pasar, para pemain terbesar, strategi ekspansi ke depan, serta kinerja keuangan para pemain semen di negeri ini.

Data ini dimulai dari informasi umum terkait perkembangan Indonesia, mulai dari proyeksi pertumbuhan ekonomi periode 2014-2019, jumlah penduduk, segmentasi penduduk, dan peluang pasar di Indonesia (halaman 2). Selanjutnya, ditampilkan tren pertumbuhan infrastruktur sebagai salah satu penyerap semen terbesar, mulai dari anggaran belanja infrastruktur 2015-2019 (halaman
3). Juga, pertumbuhan infrastruktur jalan (roads) dan pelabuhan (ports) di Indonesia dibanding negara-negara Asean serta China, Taiwan, Jepang, dan Korea (halaman 4). Indonesia masih dikategorikan kurang belanja infrastruktur (underspending on infrastucture development). Meski anggaran infrastruktur Indonesia meningkat hingga di atas 2% dari PDB dari 1,7% pada 2011, dana tersebut masih relatif rendah dibanding kompetitor dengan rata-rata 4,1%. Selain itu ditampilkan proyek-proyek infrastruktur yang sedang dilakukan pemerintah hingga 2019 (halaman 5).

Di halaman 6, secara khusus ditampilkan tren kapasitas terpasang, kapasitas produksi, pertumbuhan pasar industri semen sejak 2014-2019. Semen kantong mendominasi pasar pengguna semen dengan komposisi 90% untuk perumahan dan 10% semen untuk industri, sedangkan semen curah mendominasi 23,3% di antaranya beton jadi (infrastruktur) 60%, beton pracetak, semen fiber, dan paving 35%, mortar dan render 5%. Ikut ditampilkan perbandingan konsumsi semen domestik, pertumbuhan konsumsi, serta kapasitas domestik semen periode 2003-2015 di halaman 8.

Di halaman 9, ditampilkan pertumbuhan konsumsi semen per kapita yang tumbuh dari 172 kilogram per kapita pada 2010 menjadi 238 per kapita pada 2015. Di halaman 10, dijabarkan rasio konsumsi semen dan pertumbuhannya terhadap laju ekonomi nasional periode 2002-2015. Di halaman 11, ditampilkan rasio konsumsi semen kantong dan semen curah periode 1997-2015.

Selanjutnya, pada halaman 12 ditampilkan pangsa pasar produsen semen per daerah. Di halaman 13, pangsa pasar tersebut dijabarkan secara lebih detail per daerah dan per pulau di Indonesia.
Kemudian di halaman 14, ditampilkan kapasitas semen beserta lokasi pabrik masing-masing produsen. Pada 2015, kapasitas semen domestik mencapai 80,4 juta ton, dan diperkirakan naik menjadi 89,7 juta ton pada 2016 dengan tambahan pabrik dari Semen Merah Putih, Anhui Conch, Siam Cement, dan Semen Pan Asia. Penambahan kapasitas produksi dari pemain baru dijelaskan lebih detail pada halaman 15 dengan total penambahan 9 pemain baru dan 6 ekapnsi dari pemain existing. Dengan adanya penambahan kapasitas pabrik baru, kompetisi pasar semen lokal makin ketat seperti ditampilkan pada halaman 16. Tidak heran jika produsen semen lokal mulai melirik pasar semen di ASEAN yang ikut dijelaskan pada halaman 17.

Pada halaman 18 mulai ditampilkan data market leader industri semen nasional, mulai dari sejarah berdiri, kapasitas produksi, komposisi pemegang saham, anak usaha, lokasi pabrik semen (cement mill, kiln, packing plant), strategi ekspansi ke depan, volume penjualan dan kinerja keuangan. Juga ikut ditampilkan struktur beban produksi (beban pabrikasi) produsen semen serta harga jual rata-rata semen. Data sebanyak 48 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Semen Indonesia (ASI), sejumlah perusahaan semen di Indonesia, dan diolah duniaindustri.com.(*)

3. Data Investasi Baru, Kapasitas, serta Tren Penjualan Semen 2013-2017 ini menampilkan tren investasi baru dan investasi tambahan produsen semen 2013-2017. Menurut data ini, total investasi tambahan dari produsen semen existing senilai US$ 4,13 miliar periode 2013-2017 dengan total rencana kapasitas 36,2 juta ton. Sementara rencana investasi pemain baru dari 9 produsen senilai US$ 4,47 miliar dengan total kapasitas 40,3 juta ton periode 2013-2017. Selain itu, ditampilkan komparasi konsumsi semen per kapita di Indonesia 2013 sebesar 229 kilogram, dibanding negara tetangga. Juga dipaparkan populasi distribusi penjualan semen berdasarkan daerah di Indonesia, Pulau Jawa menyerap semen sebesar 57,5%, disusul Sumatera 21,3%, dan daerah lainnya. Data berjumlah 29 halaman ini berasal dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Semen Indonesia, serta sejumlah produsen semen terbesar di Indonesia.(*)

4. Data Industri Semen di Asia Tenggara, Pangsa Pemain, dan Pertumbuhan Pasar ini menampilkan perbandingan kapasitas produsen semen di Asia Tenggara (7 negara) dan pangsa pasarnya. Di 7 negara Asia Tenggara, terdapat 7 pemain besar yang menguasai 99% pasar. Holcim sebelum merger dengan Lafarge memiliki kapasitas 41,9 juta ton di Asia Tenggara dan memiliki basis produksi di Indonesia (9,9 juta ton), Malaysia (1,2 juta ton), Filipina (9,1 juta ton), Thailand (16,5 juta ton), serta Vietnam (5,2 juta ton). Disusul PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang memiliki kapasitas 31,8 juta ton terdiri atas di Indonesia (29,5 juta ton) dan Vietnam (2,3 juta ton).

Siam Cement menguasai 23,5 juta ton kapasitas dari Thailand (23 juta ton) dan Kamboja (0,5 juta ton). Lafarge memiliki kapasitas 21,1 juta ton di Asia Tenggara, yakni Indonesia (1,6 juta ton), Malaysia (12,5 juta ton), Filipina (6,5 juta ton), dan Vietnam (0,5 juta ton). Sedangkan Heidelberg menguasai 21,05 juta ton kapasitas di Asia Tenggara terdiri dari Indonesia (20,5 juta ton) dan Brunei (0,55 juta ton). Selain itu, ditampilkan data pertumbuhan pasar semen Indonesia serta pangsa pasar pemain lokal, yakni Semen Indonesia, Indocement, Holcim, Semen Bosowa, Semen Andalas, Semen Baturaja, dan Semen Kupang. Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari salah satu penguasa pasar semen di Asia Tenggara diolah duniaindustri.com.(*)

5. Data Komparasi Konsumsi Semen dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (10 tahun terakhir) ini menampilkan pertumbuhan konsumsi semen di Indonesia sepuluh tahun terakhir dikomparasikan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Data ini berasal dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) dan lembaga pemerintah terkait.(*)

6. Strategi Ekspansi dan Kapasitas Produksi BUMN Semen Terbesar (1957-2015). Data ini menggambarkan desain kapasitas dan strategi ekspansi BUMN semen periode 1957-2015.(*)

7. Kajian Komprehensif Tiga Pemimpin Pasar Semen Indonesia. Kajian mencakup design capacity, domestic growth, utilization, supply, market by geography, kinerja penjualan dan margin keuntungan. Periode lima tahun terakhir.(*)

Sumber: di sini
* Butuh data yang lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini

Database Makalah, Data, Riset Industri Kimia di Indonesia

Industri kimia dan petrokimia merupakan turunan dari industri minyak dan gas (migas) yang juga memiliki peranan penting terhadap sektor industri manufaktur di Indonesia. Seperti industri baja, industri kimia juga merupakan induk industri hilir seperti plastik, kemasan fleksibel, peralatan, dan penunjang industri elektronik serta otomotif.

Untuk mengetahui database industri kimia, duniaindustri.com memiliki sedikitnya tiga data dan riset khusus di industri ini. Simak ulasannya, berikut ini:

1) Data dan Outlook Industri Petrokimia 2009-2016
2) Data dan Analisis Industri Oli Pelumas 2007-2016
3) Data Industri Petrokimia, Kimia Dasar, dan Logam Dasar


A) Data dan Outlook Industri Petrokimia 2009-2016 ini menampilkan pemain-pemain utama di industri petrokimia nasional, antara lain PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), PT Kaltim Methanol Industri, dan PT Kaltim Pasifik Amoniak. Selain itu, ditampilkan tren produksi industri petrokimia hulu olefin, yakni ethylene, propylene, butadiene, benzene, toluene, xylene, ammonia, methanol, periode 2009-2016F (mencakup produksi, ekspor, dan impor). Tidak ketinggalan data konsumsi dan impor produk petrokimia hulu olefin sejak 2009-2015.

Juga ditampilkan tren supply-demand (pasokan-permintaan) produk petrokimia aromatik, meliputi benzen, p-xylene, o-xylene, cyclohexene, toluen, alkylbenzene, phtalic anhydride, caprolactam, benzoat acid, purified terephtalic acid periode 2011-2015.

Ikut ditampilkan tren pasokan-permintaan produk hulu petrokimia 2015-2019, di mana sepanjang waktu tersebut Indonesia diperkirakan kekurangan pasokan ethylene dalam jumlah cukup besar. Pada 2013, kekurangan pasokan (shortage) ethyelene sudah lebih dari maksimum kapasitas industri dalam negeri dan pada 2019 shortage diperkirakan mencapai 1,5 kali dari kapasitas nasional. Sementara untuk propylene, kekurangan pasokan masih dalam jumlah yang relatif kecil. Kekurangan pasokan propylene pada 2019 diperkirakan mendekati 200 ribu ton.

Secara khusus, dalam data ini dibedah kinerja produksi, utilisasi, dan keuangan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebagai produsen petrokimia terbesar di Indonesia dan acuan kinerja produksi dan utilisasi dari industri petrokimia nasional. Pada 2011, utilisasi produksi ethylene mencapai 78%, dan cenderung naik di tahun-tahun berikutnya: 89% (2012), 99% (2013), 94% (2014), dan 74% (2015). Chandra Asri juga telah merampungkan ekspansi cracker untuk meningkatkan produksi ethylene hingga 43% menjadi 860 ribu ton per tahun.

Di samping itu, ikut ditampilkan data tren dan proyeksi harga ethylene serta naptha periode 2008-2021.

Data sebanyak 22 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Industri Olefin dan Aromatik Indonesia (INAPLAS), sejumlah perusahaan petrokimia nasional, dan diolah duniaindustri.com.

Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

B) Data dan Analisis Industri Oli Pelumas 2007-2016 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri oli pelumas di Indonesia, mencakup highlights perkembangan industri ini sejak 2007-2016, regulasi sejak 1998-2016, tren permintaan/kebutuhan (demand) di pasar lokal, perkembangan investasi atau ekspansi baru, ukuran pasar (market size) industri oli pelumas, hingga pangsa pasar pemain lokal dan perusahaan internasional (multi national company/MNC), serta prospek dan tantangan industi ini ke depan.

Data ini dimulai dengan menampilkan highlights perkembangan industri ini sejak 2007-2016, regulasi sejak 1998-2016. (halaman 2-5) PT Pertamina Lubricants–anak usaha PT Pertamina (Persero) di bisnis pelumas–pernah menguasai pangsa pasar oli nasional sebesar 90% sebelum 1997. Pada masa itu, penjualan oli masih diatur oleh Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 tahun 1988 tentang Penyediaan dan Pelayanan Pelumas Serta Penanganan Oli Bekas yang memberikan hak monopoli kepada Pertamina. Namun, hak monopoli tersebut kemudian dicabut melalui Keppres 21 tahun 2001 tentang Pelayanan Penyediaan Pelumas, yang memperbolehkan adanya pemain baru di pasar pelumas.

Di halaman 6-9, duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset terkait persaingan pasar di bisnis oli pelumas di Indonesia. Peta persaingan itu dijabarkan dalam chart (infografik) terkait pangsa pasar 10 pemain utama di industri ini. Selain itu ditampilkan perkembangan pangsa pasar periode 2007, 2011, dan 2015. Tidak ketinggalan ditampilkan estimasi penjualan oli pelumas masing-masing pemain disertai pangsa pasarnya.

Pada halaman 10-14, duniaindustri.com secara eksklusif membuat analisis peta persaingan yang terjadi di industri ini, perkembangan pemain baru sejak 2003, serta kabar terbaru investasi dan ekspansi dari sejumlah market leader di industri ini.

Di halaman 15 ditampilkan nilai pasar (market size) industri oli pelumas di Indonesia periode 2013-2016 (forecast) serta neraca perdagangan (ekspor-impor) di industri ini. Selain itu, di halaman 16, ditampilkan tren permintaan (demand) di pasar lokal pada periode 2011-2016 serta pertumbuhannya, dilengkapi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data ini dilengkapi penetrasi populasi otomotif (motor dan mobil) di Indonesia yang menjadi konsumen terbesar oli pelumas. Di halaman 18, ditampilkan prospek (peluang) dan kendala di industri oli pelumas di Indonesia.

Data dan analisis industri oli pelumas sebanyak 19 halaman ini berasal dari Kementerian Perindustrian, BPS, WHO dan Bank Dunia, Kementerian ESDM, dan sejumlah perusahaan oli pelumas di Indonesia, diolah duniaindustri.com. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.

C) Data Industri Petrokimia, Kimia Dasar, dan Logam Dasar ini menampilkan perbandingan pasokan dan permintaan produk petrokimia mencakup PE, PP, PS, PVC, PET periode 2009-2015. Selain itu, struktur industri petrokimia yang belum terintegrasi dan produk yang masih tergantung impor. Kebutuhan investasi untuk memenuhi kebutuhan produk petrokimia. Ditampilkan juga proyek-proyek investasi baru di industri petrokimia nasional. Di industri logam dasar, data ini menampilkan 14 sumberdaya mineral dan cadangannya di Indonesia mencakup tembaga, bauksit, nikel, pasir besi, mangan, emas, perak, seng, dan timah. Berbagai investasi baru di industri berbasis mineral juga ditampilkan dalam data ini. (*)

Sumber: di sini
Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini