Industri
 tekstil dan produk tekstil dalam negeri, terutama di subsektor benang 
dan kain, kian tergerus produk impor, namun hingga saat ini belum ada 
perhatian dan penanganan yang serius dari pemerintah. Ikatan Ahli 
Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) meminta pemerintah dalam hal ini 
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan untuk menghentikan
 dulu pemberian izin dan rekomendasi impor agar stok produk dalam negeri bisa terjual.
Ketua Umum IKATSI, Suharno Rusdi memperkirakan saat ini ada sekitar 1,5 juta bal benang dan 970 juta meter kain stok yang
 menumpuk di gudang-gudang industri tekstil karena tidak bisa terjual. 
“Kira-kira senilai Rp. 30 triliun atau setara dengan 2 sampai 3 bulan 
stok,” tegas Rusdi dalam keterangan tertulis yang diterima Duniaindustri.com di Jakarta, Rabu (28/8).
Tingginya stok ini
 membuat industri tekstil kesulitan memutar modal kerja nya karena 
siklus modal kerja di sektor tekstil sangat cepat. “Kalau dibiarkan 
berlarut dan stoknya lebih banyak maka dalam 2 sampai 3 bulan ke depan 
akan ada perusahaan yang tidak mampu membayar upah karyawan bahkan tidak
 mampu bayar pesangon,” tambahnya. “Hanya beberapa perusahaan yang 
bermodal kerja kuat saja yang mampu bertahan,” tegasnya.
Kemudian
 Suharno menjelaskan bahwa IKATSI telah menyampaikan secara resmi kepada
 beberapa Menteri terkait. “Intinya kami meminta pemerintah mengubah kebijakan perdagangan agar
 lebih pro produk dalam negeri dan bisa menguasai pasar domestik, sambil
 kita tingkatkan daya saing agar bisa lebih bersaing untuk ekspor,” 
jelasnya.
Hasil analisa Tim
 IKATSI yang disampaikan ke pemerintah menyebutkan7 point utama untuk 
meningkatkan dayasaing yaitu Bahan Baku, energi, SDM, Pasar, Teknologi, 
Fiskal-Moneter dan Lingkungan. “Tahun ini kita butuh penyelamatan 
industri dulu, kita minta pemerintah stop impor kecuali impor untuk 
tujuan ekspor, dalam tiga tahun kedepan kita minta pemerintah terapkan 
trade remedies untuk mensubstitusi impor dan mendorong investasi dan 
dalam 5 tahun kedepan kita harus kerjakan agenda peningkatan daya saing 
yang 7 point tersebut plus harus ada undang-undang ketahanan sandang,” 
jelas Rusdi.
IKATSI
 meminta pemerintah tidak salah fokus hanya mendorong ekspor terus tanpa
 memikirkan struktur integrasi. Sejarah industri TPT nasional akhir 
70-an menunjukan bahwa sebelum masuk pada periode ekspor di 80-an, kita 
terlebih dahulu melalukan substitusi impor untuk
 memperkuat struktur industri sehingga ekspor dilakukan dengan dorongan 
bahan baku lokal. “Kalau mendorong ekspor pakai bahan baku impor, ya 
jadinya seperti sekarang, tidak sustain, neraca perdagangan terus 
tergerus karena banyak pemain yang jadi kecanduan barang impor,“ 
lanjutnya.
“Sekarang
 mau stop impor susah, karena beberapa pihak sudah mereguk keuntungan 
mudah termasuk beberapa oknum birokrasi pembuat dan pelaksana 
kebijakan,” pungkasnya. Untuk itu IKATSI meminta Presiden sendiri yang 
langsung turun tangan menyelamatkan industri padat karya ini.
Hal
 senada diungkapkan Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Federasi Kesatuan
 Serikat Pekerja Nasional (DPN-FKSPN), Ristadi bahwa pemerintah perlu 
segera menyelamatkan tiga juta pekerja di industri tekstil. “Ini sektor 
padat karya yang bisa berdampak buruk jika masalahnya tidak segera 
diatasi, akan banyak pengurangan,” jelasnya.
Berdasarkan
 laporan yang diterima dari masing-masing pengurus daerah, saat ini 
sudah 40 ribuan karyawan yang dirumahkan. “PT. PIR ada 14 ribu yang di 
PHK belum lagi PT. IKM dan PT UNL bahkan sudah tutup,” tegasnya.
Kemudian
 Ristadi membeberkan bahwa alasan mereka dirumahkan sama yaitu stok 
digudang menumpuk dan perusahaan kesulitan untuk menjual barangnya 
karena tidak ada orderan. DPN-FKSPN tengah berkomunikasi dengan 
Kementerian Perdagangan dan kementerian Perindustrian dan meminta agar 
kebijakan pemerintah tidak memberikan kelonggaran pada produk impor. 
“Kita minta impor sementara distop dulu sampai pemerintah punya 
kebijakan yang tepat untuk kembali menyehatkan industri tekstil dalam 
negeri,” tutupnya.(*/)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 170 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 170 database, klik di sini
 - Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
 - Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
 - Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
 - Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
 - Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
 - Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
 - Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
 - Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
 - Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
 - Butuh copywriter specialist, klik di sini
 - Butuh content provider (online branding), klik di sini
 - Butuh market report dan market research, klik di sini
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar