Senin, 31 Oktober 2016

Brand Analysis in Cosmetics Industry 2009-2017

Cosmetics Market Research and Outlook 2009-2017 (Top 10 Cosmetics Companies in Indonesia) was released by October 2016 featuring independent research, data, analysis, assessment and outlook regarding growth projections cosmetics industry in Indonesia, the competitive landscape, and profiles of quick highlights pemain- players in the industry, up to a market share analysis of cosmetic products with the highest level of competition.

This market research begins by presenting economic and market highlights Indonesia, include consumer trends and purchasing power, as well as the segmentation of middle-class consumers in Indonesia. (Page 2-4)

On page 5, presented terminology cosmetics from a Greek word meaning ornate. Followed by a brief profile of the national cosmetics industry on page 6, includes a number of companies, number of employees, export-import, as well as the cosmetic product segmentation.

On page 7, show the value of sales (market size) Indonesia cosmetic industry in the period 2009-2015 with a percentage growth. Duniaindustri.com make exclusive research market growth in the cosmetics industry in Indonesia 2015-2017 on page 8.

On page 9-11, show the data of the top 10 largest cosmetic companies in Indonesia in terms of sales, market segments, as well as the trademark (brand) in Indonesia. This data is important as a reference market strategies and map the competition among brands of cosmetics.

Not to forget, on page 12, presented the top 8 of cosmetic products with the highest sales in the Indonesian market. Data top 8 best-selling cosmetics brand that can become a reference and reference more effective sales strategy, both market leaders and new comer.

On pages 13-15, duniaindustri.com make market research related lipstick market share per brand in Indonesia, the trend of the market share from 2010 to 2015, as well as the analysis of market leader. Especially for powder products, also displayed per brand and market share analysis of market leader on pages 16-17.

Subsequently, on pages 18-45 is the essence of this research is to show market intelligence to the four companies market leader in the cosmetics industry in Indonesia. Overview directed at financial performance, sales per category of products, marketing strategies, distribution network, production capacity and manufacturing facilities, as well as product development strategy.

In addition, at the end of this study show the global cosmetics market growth trends the period 2006-2015, as well as the top 5 global cosmetics company with sales value. (Page 46) While the biggest cosmetic product segments are grouped into skincase, haircare, make-up, fragrances, hygiene products, and others are calculated based on the composition of the market and the potential market in terms of geography shown on page 47.

Cosmetics Market Research and Outlook 2009-2017 (Top 10 Cosmetics Companies in Indonesia) as many as 48 pages comes from research duniaindustri.com with supporting data from BPS, World Bank, industry associations, government agencies, as well as a number of cosmetic companies in Indonesia and the world. Index of industry data is a new feature in duniaindustri.com featuring dozens of selected data according to the needs of users. All data is presented in pdf form so easily downloaded after users perform processes according to the procedure, ie click buy (purchase), click checkout, and fill out the form. Duniaindustri.com priority to the legitimacy and validity of the source of the data presented.(*)

Sources: click here
* Need more market research or industrial data in indonesia, click here

Rekam Jejak dan Kumpulan Data Industri Kosmetik

Industri kosmetik merupakan industri dengan pertumbuhan yang cukup stabil dalam lima tahun terakhir, ditopang besarnya konsumen kelas menengah di Indonesia. Meski perekonomian negeri ini melambat dalam dua tahun terakhir, industri kosmetik cenderung dapat berinovasi dan survive dengan grwoth yang positif.

Untuk merekam pertumbuhan, peta persaingan, serta prospek industri kosmetik di Indonesia, duniaindustri.com memiliki sedikitnya dua data dan riset pasar kosmetik. Simak berikut ulasannya:

1.  Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2009-2017 (Top 10 Perusahaan Kosmetik di Indonesia)
2. Riset Pasar dan Analisis Industri Kosmetik (Tren Pertumbuhan dan 5 Merek Paling Laris)
3. Data Pasar Kosmetik Indonesia (periode empat tahun terakhir)

Berikut outline dan penjelasan detailnya:

1) Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2009-2017 (Top 10 Perusahaan Kosmetik di Indonesia) ini dirilis per Oktober 2016 menampilkan riset independen, data, analisis, kajian, dan outlook mengenai proyeksi pertumbuhan industri kosmetik di Indonesia, peta persaingan, highlights dan profil ringkas pemain-pemain di industri ini, hingga analisis pangsa pasar sejumlah produk kosmetik dengan tingkat persaingan paling tinggi.

Riset pasar ini dimulai dengan menampilkan highlights ekonomi serta pasar Indonesia, dilengkapi tren konsumen dan tingkat daya beli, serta segmentasi konsumen kelas menengah di Indonesia. (halaman 2-4)

Pada halaman 5, disajikan terminologi kosmetik dari bahasa Yunani yang berarti berhias. Dilanjutkan dengan profil singkat industri kosmetik nasional pada halaman 6, berisi jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, ekspor-impor, serta segmentasi produk kosmetik.

Di halaman 7, ditampilkan nilai penjualan (market size) industri kosmetik di Indonesia periode 2009-2015 disertai persentase pertumbuhannya. Duniaindustri.com membuat riset eksklusif pertumbuhan pasar industri kosmetik di Indonesia 2015-2017 pada halaman 8.

Pada halaman 9-11, ditampilkan data top 10 perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia berdasarkan nilai penjualan, segmen pasar, serta merek dagang (brand) di Indonesia. Data ini penting sebagai acuan strategi pasar dan peta kompetisi antar merek kosmetik.

Tak ketinggalan, pada halaman 12, disajikan top 8 produk kosmetik dengan nilai penjualan tertinggi di pasar Indonesia. Data top 8 merek kosmetik paling laris itu dapat menjadi acuan dan referensi strategi penjualan yang lebih efektif, baik bagi market leader maupun new comer.

Pada halaman 13-15, duniaindustri.com membuat riset pasar terkait pangsa pasar lipstik per merek di Indonesia, tren pangsa pasar 2010-2015, serta analisis market leader. Khusus untuk produk bedak, ditampilkan juga pangsa pasar per merek serta analisis market leader di halaman 16-17.

Selanjutnya, pada halaman 18-45 merupakan intisari riset ini yang menampilkan market intelligence terhadap 4 perusahaan market leader di industri kosmetik di Indonesia. Tinjauan diarahkan pada kinerja keuangan, penjualan per kategori produk, strategi pemasaran, jaringan distribusi, kapasitas produksi dan fasilitas pabrik, serta strategi pengembangan produk.

Sebagai tambahan, pada akhir riset ini ditampilkan tren pertumbuhan pasar kosmetik global periode 2006-2015, serta top 5 perusahaan kosmetik global dengan nilai penjualannya. (halaman 46) Sementara segmentasi produk kosmetik terbesar dikelompokkan menjadi skincase, haircare, make-up, fragrances, hygiene product, dan lainnya yang dihitung berdasarkan komposisi pasar serta potensi pasar dari sisi geografis ditampilkan pada halaman 47.

Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2009-2017 (Top 10 Perusahaan Kosmetik di Indonesia) sebanyak 48 halaman ini berasal dari riset duniaindustri.com dengan dukungan data yang berasal dari BPS, Bank Dunia, asosiasi industri, instansi pemerintah, serta sejumlah perusahaan kosmetik baik di Indonesia maupun dunia. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan.(*)

2) Riset Pasar dan Analisis Industri Kosmetik (Tren Pertumbuhan dan 5 Merek Paling Laris) ini dirilis per Juni 2016 menampilkan riset independen, data, analisis, kajian, dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai peta persaingan di industri kosmetik di Indonesia, mencakup highlights dan profil ringkas pemain-pemain di industri ini, tren permintaan/kebutuhan (demand) di pasar lokal, hingga analisis pangsa pasar sejumlah produk kosmetik dengan tingkat persaingan paling tinggi.
Data ini dimulai dengan menampilkan highlights ekonomi serta pasar Indonesia, dilengkapi tren konsumen dan tingkat daya beli. (halaman 2-4)

Pada halaman 5, disajikan terminologi kosmetik dari bahasa Yunani yang berarti berhias. Dilanjutkan dengan profil singkat industri kosmetik nasional pada halaman 6, berisi jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, ekspor-impor, serta segmentasi produk kosmetik.

Di halaman 7, ditampilkan nilai penjualan (market size) industri kosmetik di Indonesia periode 2009-2015 disertai persentase pertumbuhannya. Data di halaman 7 dikomparasi dengan pertumbuhan kosmetik (personal care dan home care) dengan total pertumbuhan industri consumer goods di halaman 8.

Pada halaman 9-11, duniaindustri.com membuat riset pasar terkait pangsa pasar lipstik per merek di Indonesia, tren pangsa pasar 2010-2015, serta analisis market leader. Khusus untuk produk bedak, ditampilkan juga pangsa pasar per merek serta analisis market leader di halaman 12-13.

Di halaman 14-15, dipaparkan tren penjualan kosmetik secara ritel dan consumer behavioral.
Beranjak pada halaman 16-44 merupakan intisari riset ini yang menampilkan market intelligence terhadap 4 perusahaan market leader di industri kosmetik di Indonesia. Tinjauan diarahkan pada kinerja keuangan, penjualan per kategori produk, strategi pemasaran, jaringan distribusi, kapasitas produksi dan fasilitas pabrik, serta strategi pengembangan produk.

Sementara pada akhir riset ini menampilkan 5 merek (top 5) kosmetik dengan nilai penjualan paling tinggi di Indonesia.

Riset Pasar dan Analisis Industri Kosmetik (Tren Pertumbuhan dan 5 Merek Paling Laris) sebanyak 45 halaman ini berasal dari riset duniaindustri.com dengan dukungan data yang berasal dari BPS, WHO dan Bank Dunia, serta sejumlah perusahaan kosmetik di Indonesia. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih.(*)

2) Data Pasar Kosmetik Indonesia (periode empat tahun terakhir) ini menggambarkan tren pertumbuhan pasar kosmetik di Indonesia beserta nilai pasarnya dalam periode empat tahun terakhir. Data ini berasal dari asosiasi industri dan Kementerian Perindustrian yang dikompilasi oleh duniaindustri.com.(*)

Baca selengkapnya di sini
*Cari data yang lebih spesifik, ingin request data/riset pasar, klik di sini
** Butuh riset pasar lainnya, klik di sini 

Minggu, 23 Oktober 2016

Mengupas Kompetisi Industri Semen: Peluang dan Tantangan

Perang harga dan rencana pembatasan investasi semen menjadi fokus tantangan produsen semen di Indonesia pada kuartal IV tahun ini. Seiring perlambatan permintaan yang dipengaruhi kondisi ekonomi nasional, produsen semen diduga masih terlibat perang harga di daerah-daerah tertentu untuk berupaya mengambil pangsa pasar yang lebih besar.

Persaingan di industri semen makin sengit. Pemain besar perang harga di sejumlah daerah yang tingkat persaingannya tinggi. Perang harga itu bisa berupa pemberian diskon yang lebih besar,” ujar sumber duniaindustri.com dari kalangan pelaku industri semen.

Hal itu tidak heran mengingat pada September 2016 pasar semen nasional terkoreksi 3,4% menjadi 5,63 juta ton pada September 2016 dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya 5,83 juta ton, menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Pelemahan tersebut ikut dipengaruhi penurunan pasar di Pulau Jawa sebesar -5,2%, Pulau Kalimantan -4%, dan Pulau Sumatera -3,1%.

Penjualan semen domestik di Pulau Jawa, yang berkontribusi 55% terhadap pasar semen nasional, turun -5,2% pada September 2016 menjadi 3,1 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 3,27 juta ton. Pelemahan pasar semen di Pulau Jawa dipengaruhi penurunan pasar di Jakarta sebesar -15,8%, Banten -11,4%, dan Jawa Barat -10,8%.

Ketiga daerah paling barat di Pulau Jawa itu menderita pelemahan penjualan semen sepanjang bulan lalu, dengan penurunan terparah dialami Jakarta. Daerah lain seperti Jawa Tengah (1,1%), Yogyakarta (5%), dan Jawa Timur (2,6%) masih mencatatkan pertumbuhan pasar semen. Di luar Jawa, hanya Sulawesi (5,8%) serta Maluku & Papua (10%) yang membukukan kenaikan permintaan semen.

Secara akumulasi, penjualan semen domestik pada Januari-September 2016 tercatat masih tumbuh 2,9% menjadi 44,7 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 43,44 juta ton. Meski demikian, penurunan pasar pada September menggerus pertumbuhan penjualan semen domestik sepanjang sembilan bulan tahun ini dari sebelumnya tumbuh 3,9% sepanjang Januari-Agustus 2016.

Selain perang harga, tantangan produsen semen juga terkait kapan realisasi pembatasan investasi semen. Saat ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang menyiapkan Peraturan Menperin untuk memperketat investasi industri semen sebagai tindak lanjut dari over supply yang terjadi pada industri ini.

Dirjen Industri, Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, beleid itu ditargetkan akan keluar tahun ini. “Isinya kami akan atur tentang persyaratan teknis yang diperketat. Misalnya persyaratan lingkungannya, seperti standar emisi dan teknologinya,” ujar Sigit.
Dia mengatakan, saat ini kelebihan kapasitas yang terjadi sekitar 25-26 juta ton dari total kapasitas 90 juta ton, sementara konsumsi hanya mencapai 64-65 juta ton.

Tekanan Margin
Fitch Ratings Ltd, lembaga pemeringkat kredit internasional, memperkirakan kondisi kelebihan pasokan (over supply) semen di Indonesia akan memberikan tekanan terhadap margin laba produsen. Pasalnya, produsen semen di negeri ini telah memperluas kapasitas produksi mereka lebih cepat dari volume penjualan dalam dua sampai tiga tahun terakhir.

Menurut laporan terbaru Fitch Ratings di Jakarta, Senin (10/10), disebutkan industri semen Indonesia dalam jangka menengah cenderung masih mengalami kelebihan pasokan kendati mengalami pemulihan volume penjualan di tahun ini.

Fitch memperkirakan penjualan semen domestik akan meningkat sebesar 4%-5% pada tahun 2016 menjadi sekitar 63 juta ton. Pertumbuhan akan ditopang ekonomi domestik yang lebih kuat dan permintaan yang lebih baik dari sektor terkait infrastruktur. Fitch juga memperkirakan volume penjualan semen meningkat dalam dua tahun ke depan, sesuai dengan harapan bahwa pertumbuhan PDB akan meningkat menjadi 5,5% pada tahun 2017 dan 5,7% pada 2018.

Sebagai perbandingan, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) baru-baru ini menyatakan bahwa total kapasitas produksi semen di negara ini akan mencapai 92.700.000 ton per tahun pada akhir 2016. Perkiraan Fitch, tingkat pemanfaatan kapasitas terpasang (utilisasi) hanya 65%-70%. Tingkat utilisasi sekitar 85% tiga sampai lima tahun yang lalu, ketika ekonomi dan pasar properti yang lebih kuat.

Di sisi lain, kelebihan pasokan dapat memicu perang harga sebagai upaya produsen semen yang berusaha untuk melindungi pangsa pasar mereka di Indonesia. Selain itu, harga batu bara, bahan baku penting untuk semen produksi, telah meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir, memberikan tekanan lebih lanjut pada margin produsen semen. Fitch memperkirakan perusahaan semen mencari cara-cara baru untuk mengurangi biaya, termasuk memotong penggunaan batubara, guna mempertahankan margin mereka.

Kelebihan pasokan saat ini terutama disebabkan oleh 34 juta ton kapasitas dari perusahaan domestik dan pemain baru dari luar Indonesia yang mulai beroperasi dari tahun 2014. Beberapa perusahaan semen, seperti Semen Baturaja dan Semen Indonesia, telah dilaporkan siap untuk memulai pabrik yang baru pada tahun 2017.(*)

Sumber: di sini
* Butuh database industri dan riset pasar, klik di sini

Senin, 17 Oktober 2016

Mazda dan Ford Kalah Bersaing di Indonesia?

Dunia otomotif terutama industri mobil mengalami pergeseran signifikan. Tidak tanggung-tanggung, dua prinsipal mobil dunia, yakni Mazda Motor Corp dan Ford Motor Company, meninggalkan pasar Indonesia.

Kinerja penjualan yang jelek dengan penurunan signifikan disinyalir menjadi faktor utama perubahan strategi kedua prinsipal tersebut.

Mazda Motor Corp mengalihkan bisnis distribusi kendaraan dan suku cadang di Indonesia kepada PT Eurokars Motor Indonesia (Eurokars). Dengan demikian, PT Mazda Motor Indonesia (MMI) mengundurkan diri menjadi agen pemegang merek Mazda di Indonesia.

Menurut pernyataan resmi dalam website MMI, pengalihan bisnis distribusi kendaraan dan suku cadang Mazda kepada Eurokars merupakan bagian dari usaha untuk memperkuat bisnis di Indonesia.

Pasar kendaraan bermotor di Indonesia telah berkembang terus-menerus, dan kondisi pasar berubah dengan begitu cepatnya.

Bertujuan merespons dengan cepat atas perubahan dalam iklim usaha dan memaksimalkan kesempatan untuk berkembang, MMI memutuskan untuk mengalihkan bisnis distribusi kendaraan dan suku cadang Mazda kepada Eurokars untuk melokalkan manajemennya demi kegiatan usaha yang cepat dan efisien.

Eurokars Motor Indonesia akan mulai beroperasi sebagai distributor Mazda pada Februari 2017 mendatang.

Nantinya, Eurokars bertindak sebagai diler Mazda di Indonesia, mendistribusikan kendaraan Mazda di Singapura, dan bertindak sebagai diler Mazda di Australia. Di ketiga pasar tersebut, mereka telah menciptakan kontribusi yang diperhitungkan bagi perkembangan merek Mazda.

”Dengan mempergunakan keahlian dan pengalaman yang dimiliki dalam bisnis mobil di Indonesia, Eurokars Grup akan memperkenalkan aktivitas penjualan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar ini dan mempercepat peningkatan pelayanan pelanggan kami,” ucap Keizo Okue, Presiden Direktur dari MMI.

“Saya yakin mereka akan lebih memperkuat merek Mazda di Indonesia,” imbuh Okue San.

Hingga Agustus 2016, distribusi dari pabrik ke dealer (wholesale) mobil Mazda mencapai 4.303 unit, turun 27% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5.828 unit.

Dengan acuan data tersebut ditambah lagi faktor efisiensi, tak heran bila prinsipal akhirnya melepas keagenan PT Mazda Motor Indonesia dan melemparnya ke PT Eurokars Motor Indonesia.

Sebagaimana diketahui, Eurokars Grup bertindak sebagai dealer Mazda di Indonesia. Selain itu, mereka juga mendistribusikan kendaraan Mazda di Singapura dan bertindak sebagai diler Mazda di Australia.

Mazda melihat Eurokars punya kontribusi yang patut diperhitungkan dalam perkembangan brand mereka di tiga negara tersebut.

Sebelum Mazda, PT Ford Motor Indonesia, anak usaha prinsipal mobil asal Amerika Serikat yakni Ford, telah lebih dulu menutup seluruh operasional di Indonesia dan hengkang dari negeri ini karena kalah bersaing dari prinsipal mobil Jepang. Keputusan bisnis yang mencakup penutupan dealership Ford, menghentikan penjualan dan impor resmi semua kendaraan Ford itu akan dilakukan pada semester II 2016.

Kabar penutupan itu disiarkan melalui laman resmi Ford Indonesia, Januari 2016. “Ini keputusan bisnis yang sulit untuk mundur dari seluruh operasi kami di Indonesia pada paro kedua tahun ini. Termasuk menutup dealership Ford dan menghentikan penjualan dan impor resmi semua kendaraan Ford,” tegas Managing Director FMI Bagus Susanto.

Dia menyampaikan, pemilik mobil Ford bisa terus mengunjungi diler Ford untuk semua dukungan layanan penjualan, servis, dan garansi hingga beberapa waktu ke depan pada tahun ini. “Kami akan menghubungi Anda lagi sebelum proses pergantian untuk memberitahukan peraturan yang baru,” ungkapnya.

Pihaknya berterima kasih atas minat, dukungan, dan kesetiaan para customer terhadap merek Ford. Dia berjanji mengomunikasikan perkembangan yang ada melalui website resmi Ford selama fase peralihan ini.

Communication Director PT Ford Motor Indonesia (FMI) Lea Kartika menambahkan, keputusan bisnis tersebut sesuai arahan dari prinsipal Ford Indonesia yang mulai kemarin (25/1) menghentikan seluruh operasi. “Ini memang keputusan yang sulit. Tapi, itulah risiko bisnis,” ujar Lea Kartika.

Dia mengaku, FMI telah berusaha keras untuk membangun fondasi bisnis Ford di Indonesia sejak 2000. Selama masa itu, penjualan Ford di Indonesia juga sering meningkat. Namun, Lea mengungkapkan, tantangan pada 2015 menjadi semakin berat. “Seperti merek-merek lain, penjualan kami juga tertekan,” katanya.

Merujuk pada data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan Ford di Indonesia pada 2014 mencapai 11.614 unit, sedangkan pada 2015 hanya 6.103 unit atau menurun 47,4 persen. “Ford sulit bersaing di Indonesia karena tidak memiliki fasilitas produksi lokal,” jelasnya.
(*)

Sumber: di sini
* Butuh data industri atau riset pasar, klik di sini