Aroma persaingan industri semen
di Indonesia makin panas dan kritis. Bayangkan saja, kelebihan pasokan
(oversupply) semen di Indonesia pada awal Maret 2017 diestimasi mencapai
50%, melampaui proyeksi awal dari Kementerian Perindustrian yang memperkirakan level oversupply hanya 38% pada 2018.
Menurut data yang diperoleh tim duniaindustri.com,
kapasitas produksi semen saat ini telah menembus 93 juta ton, padahal
demand hingga akhir 2016 hanya sebesar 62 juta ton. Itu berarti, separuh
dari total kapasitas semen nasional berpotensi idle atau tidak terserap
pasar domestik, jika tidak diekspor.
“Persaingan makin sengit.
Oversupply ini terjadi karena kita terlambat investasi pada periode
(pemerintahan lalu). Nah pas sekarang investasi, perekonomian melambat
dan pemain baru bermunculan,” kata sumber duniaindustri.com dari kalangan pelaku industri semen.
Sebagai
perbandingan, Kementerian Perindustrian memperkirakan kelebihan pasokan
semen di Indonesia baru mencapai 38% pada 2018, meningkat dari level
37% pada 2016. Menurut Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, kelebihan pasokan
semen terjadi karena pertumbuhan kapasitas produksi melampaui kebutuhan
dalam negeri.
“Persaingan industri semen akan semakin ketat,
mengingat kapasitas produksi semen di Indonesia pada 2018 diperkirakan
mencapai 106,3 juta ton, atau melebihi 38% dari kebutuhan nasional
sebesar 66,2 juta ton,” ujar Achmad Sigit.
Kondisi kelebihan
pasokan ini akan berdampak luas terhadap utilisasi pabrik, strategi
pemasaran, strategi diversifikasi produk (ready mix and concrete
products), efisiensi, kebijakan harga jual (pricing strategy), hingga
mengarah pada isu konsolidasi pemain. Terbukti, tren penurunan harga
telah mencapai dua digit terutama di daerah dengan permintaan besar dan
tingkat persaingan tinggi, menurut pemantauan duniaindustri.com.
Untuk informasi dan data lebih spesifik, silakan dicermati analisis dan database duniaindustri.com yang terangkum secara lengkap dalam indeks data industri di pojok kiri atas website ini (duniaindustri.com).
Periode Kritis
Industri
semen di Indonesia akan memasuki periode kritis pada 2015-2020 seiring
dengan kelebihan pasokan (oversupply) dengan hadirnya pemain baru,
pelemahan permintaan domestik, serta kelesuan perekonomian nasional.
Perusahaan yang tidak mampu bersaing diperkirakan akan mengalami
kemunduran drastis hingga terancam bangkrut.
Pembangunan pabrik
baru oleh pemain existing dan pemain baru semen mendorong investasi di
industri ini mencapai Rp 15 triliun sepanjang 2016. Meski demikian,
konsumsi semen per kapita di Indonesia yang masih rendah dibanding
negara-negara tetangga tetap memberikan prospek positif bagi industri
ini.
“Konsumsi semen per kapita nasional saat ini sekitar 243 kg
per kapita,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat siaran
pers.
Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, konsumsi
semen per kapita di Malaysia sebesar 751 kg per kapita, Thailand sebesar
443 kg per kapita dan Vietnam sebesar 661 kg per kapita. Untuk itu,
Kementerian Perindustrian terus mendorong penggunaan semen dalam negeri
pada program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah.
“Kami
akan berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta instansi lainnya, sehingga
diharapkan utilisasi industri semen nasional dapat ditingkatkan,” jelas
Airlangga. Ia menegaskan Kemenperin berkomitmen untuk menjaga iklim
usaha tetap kondusif sehingga industri semen nasional dapat berkembang.
Upaya
yang dilakukan, antara lain dengan mengendalikan impor semen maupun
klinker, mendorong diversifikasi produk barang-barang dari semen, serta
penerapan dan penegakan Standar Nasional Indonesia (SNI) semen secara
wajib maupun pengembangannya.
“Selain itu, kami juga meminta
kepada pelaku industri semen nasional agar terus membangun budaya
inovasi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan
yang semakin ketat baik di tingkat regional maupun internasional,”
paparnya.(*)
Sumber: klik di sini
* Butuh riset pasar atau data industri lainnya, total 130 database, klik di sini
** Butuh copywriter andal, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar