Sekitar 200 perusahaan produsen oil pelumas bersaing memperebutkan pasar lokal yang pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp 9,87 triliun, menurut perhitungan duniaindustri.com. Di tengah kemerosotan harga minyak mentah dunia yang sempat jatuh di bawah US$ 30 per barel, industri oli pelumas diuntungkan karena menikmati bahan baku murah.
Duniaindustri.com membuat perhitungan pasar oli pelumas di Indonesia pada 2016 diestimasikan mencapai Rp 9,87 triliun, tumbuh 11% dibanding 2015 yang mencapai Rp 8,9 triliun. Meski terpengaruh pada perlambatan penjualan otomotif, permintaan industri oli pelumas cukup elastis mengingat besarnya populasi kendaraan bermotor (motor dan mobil) di Indonesia.
Permintaan oli pelumas bukan hanya datang dari kendaraan baru, namun juga dari kendaraan existing yang telah dipakai sesuai jarak. Dan seiring kondisi lalu lintas yang makin ekstrem, terutama kemacetan dan kongesti infrastruktur, otomatis hal itu ikut mendorong permintaan di pasar lokal. Beberapa produsen juga telah merambah pasar ekspor di kawasan Asean untuk menangkap peluang lebih besar.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), saat ini terdapat lebih dari 200 produsen oli pelumas di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah terutama di Pulau Jawa. Kapasitas produksi terpasang mencapai 700 ribu kiloliter per tahun dengan nilai omzet sekitar Rp 7 triliun pada 2013.
Potensi produksi pelumas yang tinggi tersebut akan dapat mendorong ekspor pelumas ke negara-negara ASEAN, Jepang, China, Korea Selatan, Timur Tengah, maupun Uni Eropa. Industri oli pelumas saat ini mendapat tantangan dengan bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor. Hal ini menjadikan industri oli pelumas di Indonesia masih sebatas formulasi dan pencampuran (compounding), belum terintegrasi antara industri hulu (upstream) dan hilir (downstream).
Oleh sebab itu, perlu menjaga rantai pasok bahan bakar sehingga menghasilkan pelumas yang terintegrasi dengan minyak dan minyak dasar pelumas (lube base oil).
Di samping itu industri pelumas juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah karena menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, serta pengembangan teknologi produk agar konsumsi energi menurun dan menghasilkan produk yang inovatif.
Saat ini, PT Pertamina Lubricants–anak usaha PT Pertamina (Persero) di bisnis pelumas–menguasai 56,87% pasar oli nasional, disusul oleh Shell dengan pangsa pasar di kisaran angka 12%. Pertamina Lubricants telah menjual 322,25 ribu kilo liter dari total penjualan oli secara nasional hingga Juli 2015 yang mencapai 566,65 ribu kilo liter.
“Angka pangsa pasar tersebut merupakan angka yang luar biasa karena best practice di negara lain kebanyakan market leader 30%. Untuk tahun ini akan kami jaga di atas 50% dan kami akan bertahan di situ,” kata Direktur Utama Pertamina Lubricants Gigih Wahyu Hari Irianto.
Pertamina Lubricants pernah menguasai pangsa pasar oli nasional sebesar 90% sebelum 1997. Pada masa itu, penjualan oli masih diatur oleh Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 tahun 1988 tentang Penyediaan dan Pelayanan Pelumas Serta Penanganan Oli Bekas yang memberikan hak monopoli kepada Pertamina.
Namun, hak monopoli tersebut kemudian dicabut melalui Keppres 21 tahun 2001 tentang Pelayanan Penyediaan Pelumas, yang memperbolehkan adanya pemain baru di pasar pelumas. Akibat adanya hal itu, Gigih mengatakan bahwa pangsa pasar oli Pertamina turun kira-kira sebanyak 40% selama 18 tahun terakhir.(*)
Sumber: di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar